Berita Viral

Apa Hubungan Demo di Nepal dengan di Indonesia? Sama-sama Muncul Bendera One Piece, Ini Kata Pakar

Sejak Senin (8/9/2025), Nepal diguncang demonstrasi besar yang digerakkan oleh kalangan muda. Apa ada hubungannya dengan demo di Indonesia?

|
Youtube First Post
DEMO RICUH NEPAL - Tangkapan layar menunjukkan aksi demonstrasi yang berujung ricuh di Nepal akibat pelarangan media sosial oleh pemerintah pada Senin (8/9/2025). 

SURYA.co.id - Sejak Senin (8/9/2025), Nepal diguncang demonstrasi besar-besaran yang digerakkan oleh kalangan muda, khususnya generasi Z.

Aksi tersebut langsung menarik perhatian internasional bukan hanya karena berhasil menekan Perdana Menteri KP Sharma Oli untuk mengundurkan diri dan membakar gedung parlemen, tetapi juga karena munculnya simbol unik: bendera bajak laut dari anime One Piece.

Fenomena ini terasa akrab bagi publik Indonesia.

Sebab, beberapa pekan sebelumnya, bendera yang sama juga sempat marak dikibarkan menjelang perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, sebagai bentuk sindiran dan kekecewaan terhadap pemerintah.

Apakah Ada Hubungan dengan Indonesia?

Direktur The Pandita Institute sekaligus pengamat hubungan internasional, Agung Setiyo Wibowo, menilai penggunaan simbol yang sama di dua negara berbeda itu tidak bisa langsung dianggap meniru.

“Bukan inspirasi langsung, melainkan penyebaran simbolik lewat budaya populer dan media sosial. Akar pemicunya berbeda,” ujar Agung, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/9/2025), melansir dari Kompas.com.

Agung menjelaskan bahwa pemicu utama protes di Nepal adalah kebijakan pemerintah yang memblokir puluhan aplikasi media sosial.

Baca juga: Rekam Jejak Bisnu Prasad Paudel, Menteri Keuangan Nepal yang Dikejar dan Ditendang Massa saat Demo

Langkah itu dianggap generasi muda sebagai upaya membungkam kebebasan berekspresi.

Perasaan marah bercampur jenuh terhadap praktik korupsi serta gaya hidup mewah para elit politik kemudian menyulut demonstrasi menjadi kerusuhan. 

“Tindakan itu memicu demonstrasi masif yang cepat berubah menjadi kerusuhan,” tambahnya.

Ia menekankan, bendera One Piece yang terlihat di Nepal maupun Indonesia sebaiknya dipahami sebagai bentuk migrasi simbol melalui internet.

“Kesamaan simbol tidak serta-merta menjadi bukti peniruan taktis; migrasi simbol via internet itu alami, tapi motif, konteks politik, dan pemicu di setiap negara tetap lokal,” jelas Agung.

Makna Bendera Bajak Laut One Piece

Bendera yang disebut Jolly Roger, bergambar tengkorak tersenyum dengan topi jerami, memiliki arti mendalam. 

Mengutip Telegraph, simbol tersebut merepresentasikan kebebasan, perlawanan terhadap otoritas, sekaligus tekad mengejar cita-cita meski harus melawan aturan dunia.

Tak heran, saat ribuan pemuda Nepal memenuhi jalanan, bendera itu dikibarkan berdampingan dengan tulisan “#WAKEUPNEPAL” atau “Bangun Nepal” serta “UNMUTE YOUR VOICE” yang berarti “Suarakan pendapatmu”.

Di Indonesia, bendera yang sama sempat menghiasi atap truk, toko, bahkan berkibar bersama Merah Putih.

Namun, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menilainya sebagai “gerakan sistematis” yang berpotensi mengganggu persatuan bangsa.

Fenomena Global

Menurut Agung, meningkatnya intensitas aksi protes sejak 2024 hingga 2025 terlihat di berbagai negara, mulai dari Serbia, Prancis, Indonesia, hingga Nepal.

Ia menyebut tren ini sebagai peringatan bahwa banyak sistem politik gagal mengakomodasi aspirasi dasar warganya.

“Ketika saluran politik formal gagal, jalanan menjadi alternatif tekanan. Itu sebabnya pola serupa muncul di berbagai wilayah meski konteks lokal tetap menentukan taktik dan hasil,” tuturnya.

Ia juga memperingatkan bahwa kondisi serupa berpotensi melahirkan gelombang protes di negara lain.

“Kita bisa melihat gelombang protes di negara-negara yang memiliki kombinasi masalah serupa — tapi bentuk dan eskalasinya akan unik setiap tempat,” kata Agung.

Lebih lanjut, ia menyebut kombinasi frustrasi akibat korupsi, ketimpangan ekonomi, minimnya peluang kerja, serta kemampuan generasi muda memanfaatkan media sosial, menjadi bahan bakar utama.

“Ketika frustrasi struktural, korupsi yang tercium luas, ketimpangan ekonomi, prospek pekerjaan yang buruk, bersinggungan dengan platform komunikasi online yang efisien dan generasi muda yang termobilisasi, mobilisasi publik dapat meledak cepat,” ujarnya.

Namun, menurut Agung, ujung dari setiap protes sangat bergantung pada respons pemerintah. Ada yang menanggapi dengan represi, ada pula yang membuka ruang dialog.

“Bentuk dan eskalasinya akan unik di setiap tempat,” pungkasnya.

Fenomena bendera One Piece dalam demonstrasi di Nepal maupun Indonesia memperlihatkan bagaimana budaya populer dapat menjadi medium politik di era digital.

Dari sudut pandang penulis, simbol tersebut bukan sekadar “atribut hiburan”, melainkan penanda generasi muda yang mencari bahasa baru untuk menyampaikan kekecewaan.

Namun, penting dicatat bahwa setiap aksi protes memiliki akar persoalan yang berbeda.

Di Nepal, pemicu utamanya adalah pembatasan media sosial, sementara di Indonesia kemunculannya lebih sebagai ekspresi kritik simbolik menjelang perayaan kemerdekaan. Kesamaan visual tidak serta-merta berarti ada hubungan langsung.

Dengan demikian, peristiwa ini sebaiknya dipahami sebagai bagian dari dinamika global: anak muda memanfaatkan simbol lintas budaya untuk memperkuat pesan mereka.

Respons pemerintah terhadap ekspresi tersebut akan menentukan apakah energi publik dikelola menjadi dialog konstruktif atau justru berubah menjadi eskalasi konflik.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved