11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup

Melihat Geliat Usaha Sepatu di Eks Dolly Surabaya, KUB Mampu Jaya Akui Masih Terima Dukungan Pemkot

KUB Mampu Jaya hingga hari ini masih bertahan memproduksi sepatu dan sandal pesanan pabrik di eks lokalisasi Dolly Surabaya

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: irwan sy
Fikri Firmansyah/TribunJatim.com
USAHA SEPATU DI DOLLY - Ketua KUB Mampu Jaya, Atik, memperlihatkan deretan sepatu pesanan pabrik di rumah produksi eks Wisma Barbara kepada Harian Surya, Kamis (20/11/25). Meski 11 tahun berlalu sejak penutupan Dolly, KUB Mampu Jaya mengaku masih menerima dukungan fasilitas dari Pemkot Surabaya. 
Ringkasan Berita:
  • KUB Mampu Jaya (fokus produksi sepatu/sandal/sliper hotel) bertahan selama 11 tahun di eks bekas Wisma Barbara Dolly.
  • Kelompok ini masih menerima dukungan fasilitas gratis dari Pemkot Surabaya (tempat usaha, listrik, air) sejak penutupan Dolly 2014.
  • Jumlah anggota aktif menyusut dari 30 menjadi 16 orang yang bekerja dengan sistem borongan.
  • Ketua KUB harap Pemkot tidak hanya menyediakan fasilitas, tetapi juga menggiatkan pendampingan, sharing, dan kunjungan rutin agar UKM lain tidak meredup.

 

SURYA.co.id, SURABAYA – Sudah 11 tahun lebih kawasan lokalisasi Dolly resmi ditutup pada Juni 2014.

Lokasi ini berubah menjadi denyut usaha kecil, salah satunya Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mampu Jaya yang hingga hari ini masih bertahan, bahkan tetap menerima dukungan fasilitas dari Pemkot Surabaya.

Baca juga: Unesa Dorong Pendidikan Inklusif Anak di Eks-Lokalisasi Lewat Sekolah Budaya Gang Dolly Surabaya

KUB Mampu Jaya fokus memproduksi sepatu dan sandal pesanan pabrik, serta sliper hotel yang dianggap sebagai produk paling stabil permintaannya.

Rumah produksi mereka yang berada di bekas Wisma Barbara, jantung kawasan eks Dolly.

Ketua KUB Mampu Jaya, Atik Triningsih, mengatakan bahwa dukungan pemerintah masih mereka rasakan hingga kini.

Sejak tahun pertama pasca-penutupan Dolly, kelompoknya diberi ruang usaha oleh Pemkot Surabaya.

Hingga kini, mereka masih diperbolehkan menggunakan gedung tersebut tanpa biaya sewa.

“Tempat ini milik Pemkot. Kami diberi izin menempati, dan listrik serta air juga ditanggung pemerintah. Itu dukungan yang masih terus kami terima sampai sekarang,” ujar Atik, Kamis (20/11/25).

Fasilitas Gratis Jadi Penopang

Bagi para anggota KUB, keberadaan fasilitas gratis itu menjadi penopang penting untuk menjaga produksi tetap berjalan di tengah fluktuasi pesanan.

Ia menceritakan pada tahun-tahun awal pendirian, KUB Mampu Jaya memiliki sekitar 30 anggota yang aktif mengikuti pelatihan dan program pendampingan.

Namun semakin ke sini, jumlah tersebut menyusut. Kini hanya tersisa 16 anggota yang benar-benar aktif.

Menurut Atik, sebagian memilih bekerja dari rumah karena pendapatan tidak setinggi masa awal pemulihan pasca-penutupan Dolly.

Yang tersisa adalah mereka yang sudah stabil secara keahlian dan komitmen.

“Yang bertahan ini (16 anggota) ya yang sudah settle,” ujarnya.

Adapun untuk sistem kerja mereka berbasis borongan sesuai jumlah pesanan, bukan gaji bulanan.

Dengan skema tersebut, usaha tetap berjalan secara mandiri, meski fasilitas produksi tetap mengandalkan dukungan pemerintah.

Dalam wawancara ini, Atik juga sempat mengenang masa Wali Kota Tri Rismaharini, yakni ketika kelompoknya sering diajak mengikuti berbagai pameran UMKM.

Pameran menjadi ruang penting untuk memperluas jaringan dan mengenalkan produk mereka.

Namun beberapa tahun terakhir, kesempatan mengikuti pameran semakin jarang.

Meski demikian, Atik menegaskan bahwa pemerintahan Wali Kota Eri Cahyadi tetap memberikan dukungan, terutama melalui keberlanjutan penggunaan gedung produksi.

“Kami tetap dibolehkan menempati tempat ini. Itu juga bantuan. Hanya saja pameran memang sudah jarang,” ucapnya.

Atik berharap Pemkot Surabaya tidak hanya menyediakan fasilitas tempat, tetapi juga kembali menggiatkan pendampingan dan kunjungan rutin.

Menurutnya, banyak UKM di eks Dolly yang kini meredup karena kurang perhatian.

“Bukan soal pameran saja. Kami butuh sharing, kunjungan, dan perhatian supaya UKM yang dulu sempat dilatih tidak mati semua. Sayang dulu sudah dibangun sedemikian rupa,” jelasnya.

Saat ini, KUB Mampu Jaya menjadi satu dari sedikit kelompok usaha yang masih bertahan di kawasan yang dulu digagas sebagai kampung UKM setelah penutupan Dolly.

Berbagai aktivitas produksi masih terlihat di bekas bangunan wisma yang kini berubah fungsi menjadi ruang usaha.

Meski pendapatan masa lalu diakui lebih besar, Atik merasa kehidupan saat ini jauh lebih tenang dan terukur.

“Kalau boleh memilih, saya pilih yang sekarang. Lebih tenang, dan penghasilan tiap bulan lebih jelas,” tutupnya.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved