Mengatasi Banjir di Sidoarjo
Antisipasi Banjir di Kabupaten Sidoarjo, Normalisasi Sungai Menjadi Kunci
Predikat sebagai Kota Delta disematkan untuk Sidoarjo karena secara gegrafis diapit dua aliran sungai besar
Penulis: M Taufik | Editor: Titis Jati Permata
Ringkasan Berita:
- Diapit dua aliran sungai besar, yaitu Kali Surabaya di sebelah utara dan Kali Porong di sebelah selatan, membuat Kabupaten Sidoarjo mendapat julukan Kota Delta
- Sebagai daerah delta, Sidoarjo memiliki banyak saluran air dan rentan terhadap banjir, terutama saat curah hujan tinggi atau ketika air laut pasang.
- Aalah satu upaya untuk mengantisipasi agar banjir tidak terus terjadi adalah dengan melakukan normalisasi sungai di Kabupaten Sidoarjo
SURYA.CO.ID, SIDOARJO – Predikat sebagai Kota Delta disematkan untuk Sidoarjo karena secara geografis diapit dua aliran sungai besar, yaitu Kali Surabaya di sebelah utara dan Kali Porong di sebelah selatan. Keduanya merupakan pecahan dari Sungai Brantas.
Selain itu, terhitung ada sekira 48 sungai besar di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Serta ada sejumlah sungai kecil, termasuk jaringan irigasi dan saluran air lainnya.
Dengan karakteristik sebagai daerah delta, Sidoarjo secara alami memiliki banyak saluran air dan rentan terhadap banjir, terutama saat curah hujan tinggi atau ketika air laut pasang.
Normalisasi Sungai untuk Antisipasi Banjir di Sidoarjo
Karena itu, salah satu upaya untuk mengantisipasi agar banjir tidak terus terjadi adalah dengan melakukan normalisasi sungai.
Pengerukan endapan di sungai-sungai besar dan kecil, pengangkatan sampah yang menyumbat aliran sungai, dan sebagainya itu sedang digenjot oleh Pemkab Sidoarjo memasuki musim penghujan ini.
Diantaranya yang sedang berjalan adalah pengerukan Afvour di Desa Candi sampai Klurak yang panjangnya sekira 1,2 kilometer.
Baca juga: Pimpin Panen Jagung Di Sidoarjo, Menteri Imigrasi Tegaskan Bukti Kemandirian Pangan Lokal
Kemudian normalisasi Afvour Trengguli di Desa Kedungkembar Kecamatan Prambon sepanjang 6 kilometer, Afvour Kedungkampul Desa Tanjekwagir Krembung 1,1 kilometer, dan Afvour Kedungpeluk di Kecamatan Candi dinormalisasi sepanjang 2,3 kilometer, serta normalisasi di sejumlah titik lainnya.
“Alat berat sudah dikerahkan untuk melakukan pengerukan di sejumlah sungai tersebut sejak beberapa waktu lalu. Kita terus pantau dan evaluasi. Kalau dirasa kurang, kita tambah alat beratnya. Jika memungkinkan, sewa juga tidak apa-apa karena kemampuan alat berat itu juga terbatas,” kata Bupati Sidoarjo Subandi.
Menurutnya, upaya itu harus dikebut. Apalagi sekarang sudah masuk musim penghujan.
Supaya sungai-sungai bisa maksimal menampung air saat hujan dengan intensitas tinggi terjadi. Dengan begitu, potensi banjir bisa berkurang di Sidoarjo.
Bupati Sidoarjo Pantau Langsung Proses Normalisasi
Dalam beberapa kesempatan, Bupati Subandi turun langsung memantau proses normalisasi di sejumlah lokasi.
Seperti kemarin, orang nomor satu di Kabupaten Sidoarjo itu turun langsung memantau proses normalisasi sungai Mbah Gepuk di Kecamatan Candi.
Dengan naik perahu, Subandi menyusuri sungai Mbah Gepuk dari Balongdowo sampai Kalipecabean, sekira empat kilometer.
Baca juga: Antisipasi Banjir Sidoarjo, Bupati Subandi Pantau Normalisasi Sungai Mbah Gepuk di Balonggabus Candi
Dalam kesempatan itu, bupati melihat langsung kondisi sungai yang mengalami pendangkalan.
Dia juga memantau sejumlah alat berat yang sedang bekerja melakukan pengerukan dalam program normalisasi oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (PUBMSDA) Sidoarjo.
Alat berat bergerak membersihkan lumpur yang mengendap di bawah sungai, serta mengangkat tumbuhan liar yang memenuhi permukaan sungai.
"Kita berusaha terus gerak cepat, ini sudah 1,8 kilometer selesai dilaksanakan normalisasi. Jika kurang maksimal, kita akan tambah alat berat," kata Subandi.
Baca juga: Pj Gubernur: Banjir Sidoarjo di Candi Awet karena Kontur Tanah Rendah dan Pendangkalan Sungai
Sekarang ini, ada sembilan alat berat yang sudah beroperasi melakukan pembersihan sungai.
Jika alat berat tersebut dirasa kurang maksimal, Subandi mengaku akan menyewa lagi untuk menambah alat berat.
Daerah Prioritas Normalisasi Karena Rawan Banjir
Bupati menegaskan bahwa daerah yang rawan terjadi banjir seperti di Kecamatan Tanggulangin, Taman, Candi dan Porong menjadi prioritas normalisasi. Diharapkan normalisasi bisa tuntas dalam satu bulan ke depan.
Ya, Sungai Mbah Gepuk kerap menjadi penyebab banjir di kawasan Balonggabus dan Balongdowo, Kecamatan Candi, Sidoarjo.
Utamanya saat musim hujan, sungai yang mengalami pendangkalan tidak mampu menampung air sehingga meluber ke permukiman penduduk.
Ketika banjir terjadi, rumah-rumah warga dan jalan kampung di sana tergenang.
“Pernah banjirnya sampai seminggu baru kering,” kata M Khoiruman, ketua RT di Desa Balongdowo.
Menurutnya, banjir di sana akibat air sungai meluber. Karena sungai itu posisinya lebih tinggi dari kampung, potensi air meluber sangat tinggi mengakibatkan banjir.
Pihaknya berharap, pemerintah terus mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi banjir di sana. Seperti normalisasi sungai dan sebagainya, supaya banjir tidak terjadi.
“Atau setidaknya banjirnya tidak terlalu tinggi, dan tidak terlalu lama menggenang di permukiman warga,” harapnya.
Dalam upaya normalisasi sungai di berbagai lokasi itu, Bupati Subandi mengintruksikan Dinas PUBMSDA dan camat untuk terus berkoordinasi memantau wilayah masing-masing.
Ketika ada persoalan seperti banjir dan sebagainya, supaya bisa cepat disikapi dan dicari solusinya.
Pemkab Sidoarjo akan rutin melakukan pengecekan normalisasi sungai. Alat-alat berat harus terus bekerja. Setiap minggu semua progres normalisasi akan dievaluasi.
Dalam kesempatan tersebut bupati juga mengimbau kepada masyarakat untuk ikut kegiatan normalisasi lingkungan.
Melakukan kerja bakti, membersihkan saluran-saluran kecil yang tersumbat agar tidak banjir.
Untuk program itu, bupati akan membuat surat edaran kepada camat dan kepala desa agar ikut terlibat aktif dalam kegiatan normalisasi lingkungan di wilayahnya masing-masing.
Di sisi lain, Pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) juga terus melakukan sosialisasi itu.
Serta melakukan pengawasan di sejumlah titik, menangkap warga yang membuang sampah sembarangan.
Pemerintah mengajak masyarakat untuk terus menjaga kebersihan. Utamanya menjaga bersama-sama untuk tidak membuang sampah ke sungai.
Supaya tidak terjadi pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai yang berujung terjadinya banjir.
BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS
| Sosok Freddy Damanik yang Muak Tanggapi Roy Suryo di Kasus Ijazah Jokowi, Ini Reaksi Eks Presiden |
|
|---|
| Akhir Nasib Bupati Pati Sudewo Usai Lolos dari Pemakzulan Berkat 6 Fraksi, Janji Perbaiki 2 Hal |
|
|---|
| Meski Pertamina Klaim Tak Ada Campuran Air di Pertalite, Ombudsman Jatim Desak Ada Ganti Rugi |
|
|---|
| Bupati Kediri Ungkap Arahan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat Konsolidasi Internal |
|
|---|
| Hanya PDI-P yang Dukung Pemakzulan Bupati Pati Sudewo, 6 Fraksi Lain Pilih Lakukan Perbaikan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/alat-berat-untuk-mengeruk-sampah-di-beberapa-sungai-di-Sidoarjo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.