Kasus Pesta Gay di Surabaya
Bahaya HIV di Kalangan Pria Penyuka Sesama Jenis, Pakar Seksologi Unair Singgung Tekanan Psikologis
Meningkatnya kasus HIV di kalangan pria penyuka sesama jenis di Surabaya menjadi fenomena kesehatan yang memerlukan perhatian serius.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: irwan sy
Ringkasan Berita:
- Kasus HIV di Surabaya meningkat, terutama pada pria penyuka sesama jenis yang berisiko tinggi penularan virus melalui mikrotrauma.
- Penularan HIV bukan hanya pada gay, tetapi pada siapa pun yang berhubungan seksual tidak aman, berganti pasangan, dan tanpa kondom.
- PrEP efektif, namun harus diawasi dokter.
- Penggunaan tanpa resep berisiko efek samping serius dan resistensi virus.
- Hubungan seksual berisiko juga menularkan penyakit lain (Hepatitis B, Sifilis, dll.).
SURYA.co.id, SURABAYA – Meningkatnya kasus HIV di kalangan pria penyuka sesama jenis di Surabaya menjadi fenomena kesehatan yang memerlukan perhatian serius.
Menurut Pakar Seksologi dan Andrologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Cennikon Pakpahan SpAnd, aktivitas seksual pria penyuka sesama jenis memiliki tingkat risiko penularan HIV yang jauh lebih tinggi dibandingkan hubungan heteroseksual.
“Secara anatomi, jaringan di area anus lebih rapuh dibandingkan vagina karena tidak memiliki pelumasan alami dan lebih mudah mengalami mikrotrauma saat penetrasi," jelas Cennikon Harian Surya, Rabu (29/10/25).
Baca juga: Kasus Pesta Gay di Hotel Surabaya, Nama 34 Tersangka Tercantum dalam Berkas Acara Pemeriksaan
Virus HIV dapat menular melalui kontak langsung antara cairan tubuh yang mengandung virus (darah, cairan semen, cairan rektal, atau vagina) dengan jaringan mukosa atau luka terbuka.
“Jadi, kalau sampai terjadi perdarahan atau luka di bagian anus, maka cairan tubuh yang mengandung virus dengan mudah berpindah ke tubuh pasangan. Inilah yang menjadikan hubungan anal sebagai salah satu faktor risiko tertinggi penularan HIV,” tambahnya.
Tanpa Proteksi Jadi Sumber Utama Penularan
Cennikon menegaskan bahwa HIV bukan hanya menyerang kelompok gay saja.
Semua orang yang melakukan hubungan seksual tidak aman, berganti-ganti pasangan, dan tanpa menggunakan kondom memiliki risiko yang sama.
“Faktor risiko HIV ditentukan oleh perilaku, bukan orientasi seksual seseorang. Kalau seseorang sering berganti pasangan, tidak menggunakan kondom, atau melakukan hubungan seksual secara bebas, peluangnya sama besar untuk terinfeksi HIV,” tegasnya.
Namun, menurut berbagai penelitian, lanjutnya, prevalensi HIV di kalangan pria yang berhubungan dengan sesama pria memang lebih tinggi karena pola aktivitas seksualnya yang berisiko, terutama melalui hubungan anal dan oral tanpa perlindungan.
“Kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh melalui luka kecil pada anus membuat virus mudah sekali berpindah. Apalagi kalau dilakukan tanpa proteksi,” jelasnya.
PrEP Efektif, tapi Tidak Boleh Asal Konsumsi
Di tengah meningkatnya kesadaran akan risiko HIV, kalangan gay dan kelompok berisiko tinggi kini banyak menggunakan PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis), yaitu obat antiretroviral yang berfungsi mencegah penularan HIV.
Menurut Cennikon, secara medis, PrEP memang terbukti cukup efektif jika dikonsumsi dengan benar dan di bawah pengawasan dokter.
Namun, penyalahgunaan atau konsumsi tanpa resep bisa berbahaya.
“PrEP itu bukan suplemen biasa. Obat ini termasuk antivirus golongan antiretroviral yang harus dikonsumsi sesuai dosis dan petunjuk dokter. Penggunaan tanpa pengawasan medis dapat meningkatkan risiko efek samping seperti gangguan fungsi hati atau menurunkan efektivitas obat akibat resistensi virus,” jelasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/BAHAYA-HIV-dr-Cennikon-Pakpahan-SpAnd-Pakar-Seksologi-dan-An.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.