Cuaca Ekstrem Bikin Petani Kedelai Jombang Merana, Harga Jual Turun Drastis

Hasil panen petani kedelai di Kabupaten Jombang saat ini tak seperti yang diharapkan.

Foto Istimewa Miskun
PETANI KEDELAI - Miskun (baju hijau) petani kedelai saat menunjukkan hasil panen kedelai miliknya di Desa Podoroto, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis (13/11/2025) merugi karena cuaca kemarau basah. Harga kedelai hanya laku Rp6.000 per kilogram. 
Ringkasan Berita:
  • Cuaca ekstrem bikin petani kedelai di Jombang Jawa Timur menjerit. Hasil panen yang ditunggu-tunggu tak sesuai harapan. Harga jual juga merosot Rp 6.000/kilogram, dari yang biasanya Rp 14.000/kilogram
  • Dari lahan seluas sekitar 1.400 meter persegi, hanya diperoleh sekitar 4 kuintal kedelai. Musim lalu, hasilnya bisa jauh lebih banyak.
  • Petani kedelai Jombang berharap pemerintah dapat membantu menyediakan varietas kedelai yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.

 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Hasil panen petani kedelai di Kabupaten Jombang saat ini tak seperti yang diharapkan.

Cuaca ekstrem membuat hasil panen petani kedelai justru jauh di bawah perkiraan.

Fenomena kemarau basah yakni curah hujan tinggi di masa kemarau mengacaukan siklus tanam dan pertumbuhan kedelai.

Tanaman yang semula tumbuh subur, tiba-tiba terhambat karena akar membusuk dan bunga banyak yang rontok akibat perubahan cuaca mendadak.

"Sekarang hujan turun terus padahal harusnya kemarau. Akhirnya banyak tanaman rusak, polongnya kosong," ucap Miskun, petani asal Desa Podoroto, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang saat dikonfirmasi, Kamis (13/11/2025).

Baca juga: Ning Ita Buka Pelatihan Olahan Makanan Berbahan Dasar Kedelai di Kota Mojokerto

Ia menuturkan, hasil panen tahun ini merosot drastis dibanding tahun sebelumnya.

Dari lahan seluas sekitar 1.400 meter persegi, hanya diperoleh sekitar 4 kuintal kedelai. Padahal pada musim lalu, hasilnya bisa jauh lebih banyak.

Harga Jual di Tingkat Petani Terjun Bebas

Selain itu, harga jual di tingkat petani juga ikut terjun bebas.

"Sekarang cuma laku Rp 6.000 per kilo. Biasanya bisa sampai Rp 14.000. Untungnya tipis, kadang malah rugi kalau dihitung sama ongkos tenaga," keluhnya.

Baca juga: Mahasiswa dan Dosen UISI Latih Warga Karangkiring Gresik Olah Kedelai Jadi Produk Bernilai Ekonomi

Miskun mengaku tetap menanam kedelai meski sadar risikonya tinggi. Biaya tanam, mulai dari bibit hingga tenaga kerja, mencapai sekitar Rp1,5 juta.

"Kalau tidak ditanami, sawahnya nganggur. Jadi ya tetap tanam saja, walaupun hasilnya pas-pasan," ujarnya pasrah.

Musim Tanam Penuh Tantangan

Koordinator Wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kesamben, Anasrul Hakim, membenarkan bahwa musim tanam kali ini memang penuh tantangan.

Menurutnya, pola tanam di wilayah tersebut umumnya padi-padi bero atau padi-padi kedelai.

Dari total 4.125 hektare lahan pertanian, sekitar 1.300 hektare merupakan lahan bero yang biasa ditanami kedelai melalui program Optimalisasi Lahan (OPLAH).

Namun, program itu tidak berjalan maksimal akibat kondisi tanah yang terlalu lembap.

"Air di lahan tinggi sekali, padahal kedelai tidak tahan genangan. Akibatnya, isi polong tidak sempurna dan produktivitasnya turun," ungkapnya.

Anasrul menambahkan, banyak petani kini berharap harga kedelai bisa naik untuk menutup kerugian akibat turunnya hasil panen.

"Kami tetap mendampingi petani agar bisa meminimalkan dampak cuaca. Tapi yang paling berpengaruh memang iklim. Kalau sudah seperti ini, sulit dikendalikan," katanya melanjutkan. 

Cuaca yang sulit diprediksi menjadi tantangan tersendiri bagi petani kecil seperti Miskun.

Ia berharap pemerintah dapat membantu menyediakan varietas kedelai yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.

"Kami cuma ingin tanaman aman. Kalau panennya gagal terus, lama-lama petani malas nanam kedelai," beber Miskun.

Kini, di tengah hasil panen yang tak seberapa dan harga jual yang rendah, para petani di Kesamben hanya bisa berharap pada nasib baik di musim tanam berikutnya.

 "Yang penting tetap semangat. Rezeki sudah ada yang ngatur,” punglas Miskun.

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved