2000 Hektare Telat Panen Dan DBHCHT Turun, APTI Bondowoso Minta Solusi Penyerapan Tembakau Petani

Dikatakan Yazid, serapan pasar rendah dan produktivitas yang menurun membuat harga tembakau kurang kompetitif.

Penulis: Izi Hartono | Editor: Deddy Humana
surya/Sinca Ari Pangistu (Sinca)
MINTA KEADILAN - Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bondowoso, Muhammad Yazid (baju baik hitam) menyampaikan aspirasinya ke DPRD setempat, Selasa (21/10/2025). 

Karena itulah, kualitas tembakau yang merosot otomatis membuat pabrikan tidak sepenuhnya menyerap hasil panen. Dengan kualitas yang rendah, pabrikan juga akan membeli sekadarnya.

“Ini jadi kegundahan petani. Hasil produksi mereka tidak bisa diserap maksimal,” ujar Sekjen DPC PKB Bondowoso itu.

Tohari berjanji akan berkoordinasi dengan pelaku atau industri rokok agar bisa membeli hasil panen petani.

Dari data Diskoperindag, tercatat ada 20 pabrik rokok di Bondowoso. Beberapa di antaranya sudah beroperasi, sebagian masih dalam tahap pembangunan atau pengurusan izin. 

Selain itu, ada gudang penyimpanan atau belandang, tempat tembakau ditampung sebelum dijual ke pabrikan besar.

"Karena hasil panen tembakau 2025 itu tidak langsung dibuat rokok. Bahan baku itu baru dimanfaatkan 3-4 tahun ke depan,” jelasnya.

Sementara untuk mengatasi menurunnya kualitas tembakau, Tohari meminta OPD terkait untuk terus melakukan pendampingan berkelanjutan bagi petani. Mulai pembibitan hingga pengolahan pasca panen.

Sebab, lanjutnya, kualitas daun tembakau sangat ditentukan tiga hal utama. Yaitu bibit, budidaya, dan cuaca.

“Pembinaannya sebenarnya diterapkan sejak penangkaran benih. Pemilihan benih yang betul-betul berkualitas harus direncanakan sejak awal,” pungkasnya. ****

Sumber: Surya
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved