2000 Hektare Telat Panen Dan DBHCHT Turun, APTI Bondowoso Minta Solusi Penyerapan Tembakau Petani
Dikatakan Yazid, serapan pasar rendah dan produktivitas yang menurun membuat harga tembakau kurang kompetitif.
Penulis: Izi Hartono | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, BONDOWOSO - Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bondowoso mengadu ke DPRD terkait masalah pertembakauan, pada Selasa (21/10/2025). Mereka juga menyampaikan masih ada 30 persen tembakau petani yang belum terpanen.
Serta meminta optimalisasi penggunaan anggaran DBHCHT Bondowoso yang terpotong hampir 50 persen di tahun 2026.
Menurut Ketua APTI Bondowoso, Muhammad Yazid, saat ini masih ada 30 persen dari sekitar 8.000 hektare lahan tembakau petani Bondowoso yang belum terpanen. Penyebabnya, karena mereka melakukan tanam tembakau mundur akibat cuaca.
Sementara saat ini, gudang-gudang tembakau sudah mulai akan tutup. "Tahun ini 8.000 hektare, jadi kalau 30 persen sekitar 2.000 hektare," jelasnya.
Ini ditambah produktivitas tembakau yang disebutnya turun dari tahun sebelumnya. Untuk tanah sawah, produktivitas tembakau per hektare hanya 9 kuintal. Sementara tahun lalu, bisa mencapai 1,2 ton.
Dikatakan Yazid, serapan pasar rendah dan produktivitas yang menurun membuat harga tembakau kurang kompetitif.
Karena itulah, harga tembakau saat ini turun antara 10-15 persen. Tahun kemarin, tembakau rajangan harganya sekitar Rp 60.000 per KG sementara tahun ini, turun Rp 50.000 per KG.
Melihat ini, APTI meminta legislatif membantu mencari solusi dalam penyerapan tembakau petani yang belum terserap. "Bisa ada pasar yang bisa menyerap. Langkahnya tentu proaktif ke gudang atau pabrikan bisa menyerap tembakau semuanya," ujarnya.
Yazid juga meminta optimalisasi penggunaan DBHCHT tahun 2026. Pasalnya, kata Yazid tahun depan pagunya turun hampir 50 persen.
Tahun 2025 ini pagu DBHCHT Bondowoso mencapai Rp 65 milar. Tahun 2026, pagunya turun hingga hanya Rp 34 miliar. "Turun hampir 50 persen," ujarnya.
Ia meminta anggaran yang turun ini dioptimalkan untuk peningkatan kualitas bahan baku tembakau. Meski secara regulasi diperbolehkan untuk komoditas lainnya. "Kita harapkan dimaksimalkan di peningkatan kualitas bahan baku," jelasnya.
Optimalisasi dimaksud seperti bantuan pupuk ZA dan pupuk lainnya, pelatihan peningkatan sumber daya manusia, dan alat mesin pertanian.
Selain itu, kata Yazid, pihaknya belajar dari kondisi cuaca ekstrem tahun ini. Petani seharusnya dibantu mengadopsi teknologi pasca panen, atau sentuhan teknologi pasca panen agar tak bergantung pada matahari.
"Bagaimana ada sentuhan tekonologi yang menggunakan alat atau media lain yang bisa melakukan proses pengeringan," jelasnya.
Ketua Komisi 2 DPRD Bondowoso, Tohari mengaku paham kondisi pertembakauan hari ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya, yakni musim yang sangat berpengaruh pada kualitas panen.
harga tembakau tak menentu
APTI Bondowoso
DBHCHT Bondowoso turun
panen tembakau terlambat
DPRD Bondowoso
harga tembakau turun
tembakau
serapan tembakau
Bondowoso
SURYA.co.id
| Dedi Mulyadi Datangi Aqua Lagi Usai Heboh Dugaan Pakai Air Sumur Bor, KDM Sebut Iklannya Keliru |
|
|---|
| Di Kabupaten Jember, Sudah Ada 248 Koperasi Merah Putih, Baru 10 yang Berjalan |
|
|---|
| Rekam Jejak Hasan Nasbi yang Kritik Gaya Koboi Menkeu Purbaya, Baru Jabat Komisaris Pertamina |
|
|---|
| Ramalan Cuaca Surabaya Hari Ini Selasa 28 Oktober 2025: Waspadai Hujan Petir di Pagi Hari |
|
|---|
| Doa Allahumma Khairan Fii Kulli Amrin Antaziruh, Memohon Agar Setiap Urusan Berakhir dengan Kebaikan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.