Jeritan PKL Tuban: Gara-gara Kebijakanmu Membunuh Istriku

PKL di Tuban, Jatim, bercerita istrinya meninggal akibat tekanan pasca-relokasi dari Alun-alun Tuban. Pendapatan anjlok, keluarga terpuruk.

Penulis: Muhammad Nurkholis | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Muhammad Nurkholis
JERITAN PKL - Wahyudi (54), seorang pedagang kaki lima (PKL) asal Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, protes sambil berjualan bawa poster bertuliskan “Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku”, Senin (13/10/2025). 

SURYA.CO.ID, TUBAN - Kisah pilu menyelimuti Wahyudi (54), seorang pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim). 

Istri Wahyudi, Emirnowati (47), meninggal dunia akibat tekanan pikiran yang berat setelah pendapatan keluarga anjlok pasca-relokasi PKL dari Alun-alun Tuban

Dengan membawa tulisan "Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku," Wahyudi melakukan aksi damai pada 11-12 Oktober 2025, menyuarakan harapannya agar kebijakan relokasi dapat dievaluasi.

Relokasi Alun-alun Tuban Berdampak Tragis: Istri PKL Meninggal Dunia

Kesedihan mendalam dirasakan Wahyudi, PKL asal Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Tuban

Lokasi jualannya direlokasi dari Alun-alun Tuban ke area parkir Pantai Boom, sebagai bagian dari kebijakan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, untuk mensterilkan kawasan kota.

Baca juga: Tak Tahan 10 Bulan Merugi, PKL Kembali Berjualan di Alun-alun Tuban

Setelah 10 bulan berjuang dengan pendapatan yang tak menentu, Wahyudi akhirnya menggelar aksi damai pada 11–12 Oktober 2025. 

Ia kembali berjualan di Alun-alun Tuban, sembari menyampaikan isi hatinya. 

Dengan mata berkaca-kaca, ia membawa selembar karton putih bertuliskan “Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku.”

Tulisan tersebut bukanlah sekadar kritik, melainkan ungkapan kecewa atas kepergian istrinya, Emirnowati. 

"Istri kena serangan sesak napas semenjak direlokasi. Kebanyakan mikir anak masih sekolah, masih kecil-kecil,” imbuhnya. 

Baca juga: PKL Tuban Unjuk Rasa Protes Relokasi di Depan Kantor Pemkab : Kebijakanmu Membunuhku

Wahyudi bercerita, penyakit istrinya jarang kambuh sebelum relokasi, namun frekuensinya meningkat drastis setelah penghasilan mereka turun dan terlilit utang.

Pendapatan Anjlok Drastis, Keluarga Terlilit Utang

Wahyudi mengungkapkan perbedaan pendapatan yang drastis. 

“Kalau dulu di alun-alun bisa dapat ratusan ribu, sekarang hanya puluhan ribu, bahkan kadang minus,” ujarnya. 

Ia mengenang, "Kemarin jualan di alun-alun, sebentar saja sudah dapat Rp150 ribu.”

Penurunan pendapatan yang signifikan ini, disebut memicu tekanan pikiran hebat pada sang istri, yang kemudian memperburuk kondisi kesehatannya hingga meninggal dunia. 

Kini, Wahyudi harus berjuang seorang diri membesarkan dua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan kelas 3 SD.

Baca juga: Kisah Pilu PKL Tuban Usai Direlokasi, Ada yang Meninggal Akibat Banyak Pikiran

Permohonan Evaluasi Kebijakan Relokasi untuk Bupati Tuban

Wahyudi hanya bisa mendoakan istrinya yang telah genap 100 hari meninggal dunia. 

Ia berharap kebijakan relokasi PKL Alun-alun Tuban bisa dievaluasi. 

"Harapan saya, bisa kembali seperti dulu, sebelum ada korban,” pungkas Wahyudi, berharap tidak ada lagi keluarga yang mengalami nasib serupa akibat dampak kebijakan. 

Kisah Wahyudi ini, menjadi pengingat akan pentingnya kajian dampak sosial, sebelum sebuah kebijakan diterapkan.

Baca juga: PKL Ancam Kembali Jualan di Alun-alun Tuban, Unjuk Rasa Berakhir Tanpa Kesepakatan

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved