Jeritan PKL Tuban: Gara-gara Kebijakanmu Membunuh Istriku
PKL di Tuban, Jatim, bercerita istrinya meninggal akibat tekanan pasca-relokasi dari Alun-alun Tuban. Pendapatan anjlok, keluarga terpuruk.
Penulis: Muhammad Nurkholis | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, TUBAN - Kisah pilu menyelimuti Wahyudi (54), seorang pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim).
Istri Wahyudi, Emirnowati (47), meninggal dunia akibat tekanan pikiran yang berat setelah pendapatan keluarga anjlok pasca-relokasi PKL dari Alun-alun Tuban.
Dengan membawa tulisan "Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku," Wahyudi melakukan aksi damai pada 11-12 Oktober 2025, menyuarakan harapannya agar kebijakan relokasi dapat dievaluasi.
Relokasi Alun-alun Tuban Berdampak Tragis: Istri PKL Meninggal Dunia
Kesedihan mendalam dirasakan Wahyudi, PKL asal Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Tuban.
Lokasi jualannya direlokasi dari Alun-alun Tuban ke area parkir Pantai Boom, sebagai bagian dari kebijakan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, untuk mensterilkan kawasan kota.
Baca juga: Tak Tahan 10 Bulan Merugi, PKL Kembali Berjualan di Alun-alun Tuban
Setelah 10 bulan berjuang dengan pendapatan yang tak menentu, Wahyudi akhirnya menggelar aksi damai pada 11–12 Oktober 2025.
Ia kembali berjualan di Alun-alun Tuban, sembari menyampaikan isi hatinya.
Dengan mata berkaca-kaca, ia membawa selembar karton putih bertuliskan “Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku.”
Tulisan tersebut bukanlah sekadar kritik, melainkan ungkapan kecewa atas kepergian istrinya, Emirnowati.
"Istri kena serangan sesak napas semenjak direlokasi. Kebanyakan mikir anak masih sekolah, masih kecil-kecil,” imbuhnya.
Baca juga: PKL Tuban Unjuk Rasa Protes Relokasi di Depan Kantor Pemkab : Kebijakanmu Membunuhku
Wahyudi bercerita, penyakit istrinya jarang kambuh sebelum relokasi, namun frekuensinya meningkat drastis setelah penghasilan mereka turun dan terlilit utang.
Pendapatan Anjlok Drastis, Keluarga Terlilit Utang
Wahyudi mengungkapkan perbedaan pendapatan yang drastis.
“Kalau dulu di alun-alun bisa dapat ratusan ribu, sekarang hanya puluhan ribu, bahkan kadang minus,” ujarnya.
Ia mengenang, "Kemarin jualan di alun-alun, sebentar saja sudah dapat Rp150 ribu.”
Penurunan pendapatan yang signifikan ini, disebut memicu tekanan pikiran hebat pada sang istri, yang kemudian memperburuk kondisi kesehatannya hingga meninggal dunia.
Kini, Wahyudi harus berjuang seorang diri membesarkan dua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan kelas 3 SD.
Baca juga: Kisah Pilu PKL Tuban Usai Direlokasi, Ada yang Meninggal Akibat Banyak Pikiran
Permohonan Evaluasi Kebijakan Relokasi untuk Bupati Tuban
Wahyudi hanya bisa mendoakan istrinya yang telah genap 100 hari meninggal dunia.
Ia berharap kebijakan relokasi PKL Alun-alun Tuban bisa dievaluasi.
"Harapan saya, bisa kembali seperti dulu, sebelum ada korban,” pungkas Wahyudi, berharap tidak ada lagi keluarga yang mengalami nasib serupa akibat dampak kebijakan.
Kisah Wahyudi ini, menjadi pengingat akan pentingnya kajian dampak sosial, sebelum sebuah kebijakan diterapkan.
Baca juga: PKL Ancam Kembali Jualan di Alun-alun Tuban, Unjuk Rasa Berakhir Tanpa Kesepakatan
PKL Tuban
jeritan PKL Tuban
Alun-alun Tuban
relokasi PKL
Tuban
Kabupaten Tuban
Multiangle
Eksklusif
Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky
Kilang Minyak Pertamina-Rofsnet Tuban Mandek 10 Tahun, Anggota DPR RI Desak Pemerintah Bertindak |
![]() |
---|
693 PPPK Paruh Waktu Tuban Tunggu Nasib, Hingga Medio Oktober Belum Ada Kepastian Pelantikan Dan SK |
![]() |
---|
Cari Biang Keracunan Siswa Tulungagung, Polisi Ambil Sisa Muntahan, Sampel MBG Dan Swab Food Handler |
![]() |
---|
Siagakan 7 Puskesmas Di Tulungagung, Satgas MBG Fokus Sembuhkan Siswa Keracunan di SMPN 1 Boyolangu |
![]() |
---|
Keracunan Massal di SMPN 1 Boyolangu Tulungagung, Orang Tua Siswa Usul MBG Tak Diteruskan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.