20 Tahun Arpa 55 Menjaga Alam Jombang, Dari Hobi Mendaki Gunung Jadi Pelopor Kebersihan Lingkungan
Salah satu kegiatan yang paling berkesan bagi mereka adalah kolaborasi Wastra Alami bersama warga Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, JOMBANG - Saat ramai seruan memecahkan masalah gunung sampah di Jombang, masih ada sekelompok orang yang mengabdi tanpa pamrih untuk menjaga kebersihan alam.
Mereka kerap berkumpul di bawah rindangnya pepohonan Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Di sana, suara tawa terdengar bercampur dengan obrolan ringan.
Itulah komunitas Adventure Paranoid 55 yang akrab disebut Arpa 55. Sebuah komunitas yang lahir bukan dari seminar besar atau organisasi resmi, melainkan dari hobi sederhana mencintai alam.
Sudah 20 tahun lebih mereka berdiri, namun semangat yang mengikat para anggotanya tetap sama yaitu cinta terhadap alam dan kebersamaan. Ketua Arpa 55, Ika Prasetya, masih ingat betul masa-masa awal komunitas ini terbentuk.
“Kami dulu cuma anak-anak muda yang suka naik gunung, camping, dan duduk di bawah bintang. Tetapi dari perjalanan itu, kami belajar satu hal penting, alam yang indah ini tidak akan bertahan kalau tidak dijaga,” kata Ika, Selasa (7/10/2025).
Lambat laun, Arpa 55 berubah dari sekadar kelompok petualang menjadi penggerak aksi lingkungan. Mereka mulai rutin menggelar kegiatan bersih gunung, kampanye anti sampah di jalur pendakian, hingga bersih-bersih sungai di wilayah Jombang.
Dalam setiap kegiatan, ada semangat yang sama, menjaga alam agar tetap hidup. “Kami tidak mau sekadar mendaki lalu pulang membawa foto. Kami ingin meninggalkan jejak yang berarti bukan sampah, tetapi perubahan,” kata Ika.
Salah satu kegiatan yang paling berkesan bagi mereka adalah kolaborasi Wastra Alami bersama warga Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung.
Dalam kegiatan itu, Arpa 55 menggandeng Dinas PUPR dan DLH Jombang untuk mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan pentingnya menjaga kebersihan sungai.
“Warga sangat antusias. Ada yang baru sadar kalau membuang sampah ke sungai ternyata berdampak besar. Momen itu yang bikin kami yakin, perubahan bisa dimulai dari hal kecil,” tambah Ika.
Setiap tanggal 17 Agustus, Arpa 55 punya tradisi yang berbeda. Mereka menggelar upacara kemerdekaan di puncak gunung atau menanam pohon di lereng bukit.
Upacara sederhana itu bukan hanya bentuk cinta tanah air, tetapi juga simbol penghormatan pada bumi yang mereka pijak.
Namun bagi Ika dan kawan-kawannya, menjaga alam bukan seremoni tahunan. Mereka kini tengah menyusun program jangka panjang agar aksi hijau bisa terus berlanjut.
Rencananya, akan ada kegiatan rutin seperti penanaman pohon, edukasi lingkungan ke sekolah-sekolah, hingga gerakan bersih desa.
“Kami ingin gerakan ini hidup terus, tidak berhenti di satu acara. Alam butuh perawatan, bukan sekadar perayaan,” ungkap.
Komunitas Pelestarian Alam
Arpa 55 Jombang
relawan kebersihan lingkungan
kisah pelestari alam Jombang
20 tahun menjaga alam
sampah
pecinta alam
Jombang
kisah inspiratif
SURYA.co.id
Sosok Miss Tionghoa Indonesia 2025 Angeline Virginia Wong, Satukan 2 Budaya Lewat Seni dan Desain |
![]() |
---|
Dampak Kerusuhan Agustus, Pemkab Kediri Lakukan Penyesuaian Proyek Pembangunan Stadion Dan Pasar |
![]() |
---|
Dana Transfer Turun Rp 128 Miliar, DPRD Kediri Minta PAD Digenjot Untuk Menstabilkan Fiskal Daerah |
![]() |
---|
Lirkk Kalamum Qodimun Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Terjemahan |
![]() |
---|
Hujan Deras Disertai Angin di 2 Kecamatan di Lamongan Selatan, Belasan Rumah Rusak dan Pohon Tumbang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.