Penganiayaan Siswa SD di Jember

Benarkah Kepsek di Jember Penganiaya 3 Siswa Akan Bebas dari Jeratan Hukum? Ini Respons Wali Murid

Kepala SDN Sanenrejo 02 Jember diduga aniaya siswa. Kasus dimediasi, benarkah Kepsek tersebut bakal bebas dari jeratan hukum?

Kolase SURYA.co.id/Imam Nahwawi
KEPSEK ANIAYA SISWA - Kolase foto SDN Sanenrejo 02 di Jember. Kepala sekolahnya viral karena aniaya 3 siswanya. 

Ia berharap Dinas Pendidikan memberi sanksi tegas agar kasus serupa tidak terulang.

"Saya bukan bagaimana ya, soalnya ini kejadian yang kedua kali. Jangan sampai terulang kembali, jangan cuma dimutasi," tegas Intan.

Kasus dugaan kekerasan di SDN Sanenrejo 02, Jember, seolah membuka kembali ruang diskusi publik tentang bagaimana dunia pendidikan seharusnya berjalan.

Di satu sisi, ada kesepakatan damai antara pihak sekolah dan wali murid. Namun di sisi lain, muncul pertanyaan mendasar: apakah penyelesaian secara kekeluargaan cukup memberi keadilan bagi anak-anak yang menjadi korban?

Sebagai penulis, saya melihat persoalan ini bukan sekadar soal “salah paham” di dalam kelas. Ada rekam jejak panjang dari kepala sekolah yang pernah melakukan tindakan serupa.

Artinya, ada pola yang berulang. Jika hanya diselesaikan lewat mediasi tanpa sanksi jelas, bukan tidak mungkin kasus seperti ini kembali terjadi di kemudian hari.

Di balik itu, peran guru dan kepala sekolah sejatinya adalah teladan. Anak-anak datang ke sekolah bukan hanya untuk mengejar nilai akademik, tetapi juga belajar karakter.

Maka ketika sosok pemimpin sekolah justru terlibat dalam tindak kekerasan, rasa aman dan kepercayaan murid serta orang tua otomatis terkikis.

Saya juga menilai keberanian sebagian orang tua murid untuk menolak pencabutan laporan adalah bentuk perlawanan terhadap budaya “damai di bawah meja” yang masih sering ditemui dalam kasus kekerasan.

Tentu, perdamaian penting. Tetapi jika perdamaian hanya dimaknai sebagai “menutup kasus” tanpa solusi berkelanjutan, maka nilai edukatifnya hilang.

Pada akhirnya, kasus ini menjadi cermin bagi dunia pendidikan kita: sekolah bukan hanya tempat mengajar, tetapi juga ruang melindungi.

Ketika siswa justru merasa terancam di sekolahnya sendiri, itu tanda bahwa ada sistem yang perlu dibenahi, baik dari sisi pengawasan dinas, standar etika guru, maupun keberanian masyarakat untuk menolak kekerasan dalam bentuk apa pun.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved