Opini
Indonesia Harus Jadi Pemimpin Ekonomi ASEAN: Timor-Leste Mitra Strategis Menuju Kebangkitan Kawasan
Bergabungnya resmi Timor-Leste menjadi anggota penuh ASEAN pada KTT ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia, 26–28 Oktober 2025, bukan sekadar perluasan ASEAN
Oleh: Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring. S.E.,M.Si, Pengamat Ekonomi Nasional & Internasional, Ketua Persatuan Profesor/Gurubesar Indonesia (DPD PERGUBI) Jawa Timur & Profesor di Universitas Ciputra Surabaya
Bergabungnya resmi Timor-Leste menjadi anggota penuh ASEAN pada KTT ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia, 26–28 Oktober 2025, bukan sekadar perluasan keluarga ASEAN. Ini adalah momentum strategis bagi Indonesia untuk membuktikan kembali kepemimpinannya sebagai jangkar ekonomi Kawasan/ “Anchor of the Regional Economy”. Kini, ASEAN terdiri dari 11 negara dengan lebih dari 680 juta penduduk di mana Indonesia sendiri mewakili 42 persen populasi ASEAN dengan 286,7 juta jiwa.
Indonesia punya ukuran ekonomi/ size Indonesia terbesar di ASEAN, dengan harapan tingkat investasi yang terus meningkat melalui program hilirisasi. Namun, realitas menunjukkan bahwa kita belum memimpin standar, efisiensi, dan daya saing. Aspek Logistik Indonesia masih peringkat 61 dunia, dan struktur ekspor masih dominan komoditas mentah. Ini berarti, leading by size belum otomatis menjadi leading by performance. Masuknya Timor Leste membuka peluang nyata untuk mengubah keadaan itu.
Timor-Leste: Titik Tumbuh Baru Indonesia di Timur ASEAN
Timor-Leste menghadirkan potensi minyak dan gas, pariwisata bahari kelas dunia sperti Atauro Island di Dili, Ombai‑Wetar Strait, Nino Konis Santana National Park, serta pembangunan infrastruktur yang terus tumbuh dan membutuhkan banyak investasi bisa datang disupport dari para investor dari Indonesia. Bagi Indonesia, manfaatnya dapat dirasakan dalam tiga horizon waktu: dalam jangka Pendek: perdagangan perbatasan NTT dengan Dili potensial makin lancar dan ongkos logistik lebih efisien, pasar baru untuk bahan bangunan, farmasi, dan ritel dari Indonesia dan wisata Flores–Dili–Atauro lebih kuat melalui penyederhanaan izin dan imigrasi. Jangka Menengah: harmonisasi tarif dan jasa ASEAN membuka ekspansi telekomunikasi, logistik, pendidikan Indonesia, proyek energi dan perikanan dengan pelabuhan Kupang & Atapupu sebagai hub dan jangka Panjang: diseriusi Koridor Pertumbuhan Timur: Kupang–Dili–Oecusse menjadi kawasan industri bersama dan integrasi ke jaringan ASEAN & Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan memperluas pasar UMKM Indonesia di kawasan Pasifik. Kalau NTT maju, maka hubungan Indonesia–Timor Leste akan terasa langsung oleh rakyat.
Perdagangan Indonesia dengan Timor Leste: Dari Perbatasan ke Pasar Regional
Saat ini perdagangan Indonesia dengan Timor Leste masih relatif kecil dalam nilai kawasan, namun pertumbuhannya stabil. Tantangannya ada pada biaya logistik, standar produk, dan prosedur bea cukai. Prioritas jangka pendek ke depan yang bisa langsung dieksekusi Indonesia antara lain: One-stop border trade di PLBN Mota’ain & Wini, digitalisasi kepabeanan & pre-clearance barang, standarisasi SPS/TBT untuk pangan & perikanan, Ro-Ro Atapupu Dili juga cold chain perikanan, platihan vokasi logistik & pariwisata berbasis politeknik/BLK NTT dan promosi pariwisata bersama Flores–Dili–Atauro
Jika langkah-langkah ini berjalan tepat, NTT akan menjadi pintu dagang Indonesia menuju Pasifik ( Papua New Guinea (PNG) , Vanuatu, Fiji, Kepulauan Salomon) dan Timor Leste menjadi mitra pertumbuhan bukan sekadar tetangga. Kawasan Pasific sangat tinggi ketergantungannya akan impor pangan dan komoditas dasar karena keterbatasan lahan, geografis, dan sumber daya lokal. Indonesia sebagai produsen besar komoditas (misalnya sawit, karet, kopi, kakao) mempunyai keunggulan suplai yang bisa diarahkan ke Pasifik sebagai strategi segmentasi pasar baru Indonesia dengan mengandeng/ bersinergi bersama Timor Leste.
Visi Besar Presiden Prabowo: ASEAN Kuat dan Bersatu.
KTT 2025 mengusung tema “Inclusivity and Sustainability”, sejalan dengan visi ASEAN Community Vision 2045 yang menekankan integrasi ekonomi digital, konektivitas kawasan, dan ketahanan geopolitik.
Sikap Presiden Prabowo jelas: Indonesia harus menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kuat dan Bersatu, Hilirisasi, ketahanan pangan dan energi, dan industrialisasi harus diperluas ke timur Indonesia, ASEAN harus memperkuat centrality di Indo-Pasifik dalam menghadapi persaingan global.
Dengan modal PDB terbesar dan kebijakan hilirisasi yang sudah terbukti menarik Foreign Direct Investment (FDI) besar, Indonesia punya legitimasi memimpin Kawasan Asean namun kepemimpinan itu harus naik kelas:
Dari pemimpin ukuran/size (42 persen populasi ASEAN dengan 286,7 juta jiwa Indonesia) menjadi pemimpin standar, produktivitas, dan integritas. Saya usul setidaknya ada 3 Lompatan Kepemimpinan Indonesia di ASEAN dilakukan Presiden Prabowo agar tidak hanya menjadi "raksasa tidur" di Asia Tenggara, Indonesia harus melakukan lompatan strategis:
Pertama : Market-maker Konektivitas ASEAN (2025–2027), regional Payment Connectivity pakai QRIS antarnegara ASEAN dan ASEAN Single Window 2.0: untuk menurunkan biaya ekspor UMKM, Kedua: Indonesia menjadi ORKESTRATOR Rantai Pasok Hijau/ Green Supply Chain (2026–2030): Nikel untuk jadikan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dan ekosistem kendaraan listrik ASEAN dan menjadi titik pusat atau fasilitas utama (HUB) logistik timur Indonesia melayani pasar Pasifik. Ketiga: Rule-setter Tata Kelola Regional (2026–2032) dimana standar anti korupsi & (Environmental, Social, Governance (ESG) ASEAN yang kredibel dan Jakarta sebagai pusat pembiayaan transisi Kawasan.
Jika Indonesia bisa menjadi penentu arah kebijakan regional dan bukan hanya sekedar anggota ASEAN the largest nation namun sudah saatnyalah menjadi leading nation di Kawasan Asean.
| Jauh dari Kesan Kolot, Santri Kini Penjaga Moral, Pelopor Ekonomi dan Diaspora Peradaban Bangsa |
|
|---|
| Tayangan Xpose Uncensored Fitnah, Dukung Pesantren Tempuh Jalur Hukum |
|
|---|
| Saatnya Pemerintah Indonesia Menjadikan Guru sebagai Profesi Strategis Negara |
|
|---|
| UU BUMN 2025: Akhir dari ‘Sapi Perah Politik’ dan Amputasi yang Merugi?! |
|
|---|
| Pajak, Protes, dan Kepercayaan Publik : Jalan Tengah untuk Indonesia |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.