SURYA.CO.ID - Tiya Diran, menceritakan pengalaman selama menjadi Master of Ceremony (MC) langganan Istana Negara sejak era Presiden Soeharto.
Mantan presenter TVRI itu mulai menerima tawaran pekerjaan sebagai MC di Istana sejak 1995.
Ketika itu, ia tengah mencapai masa kejayaan sebagai presenter program English News Service di TVRI.
Meski tidak termasuk presenter yang dilatih khusus pihak Istana pada masa itu, kefasihan ibu tiga anak ini dalam bebahasa Inggris telah memikat pihak Istana.
Posisinya pun tak tergantikan meski presiden berganti. Mulai dari era Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Bagaimana cerita lengkap Tiyan Dira, dikutip dari Kompas.com.
Soeharto
Perempuan kelahiran Bandung, 23 November 1966 itu, mengatakan, setiap era pemerintahan berbeda pula karakter masing-masing presiden.
Seorang pembawa acara, kata Tiya, harus mengenal karakter presiden dan suasana hatinya.
Hal ini perlu dilakukan agar lontaran candaan untuk mencairkan suasana justru tidak terkesan "garing".
Pada masa Presiden Soeharto, menurut Tiya, suasananya sangat berbeda dibandingkan saat ini.
"Dulu sebenarnya takut juga kan mau bercanda-canda begitu. Tapi presiden juga manusia, dia sama kok seperti kita," kata Tiya.
Dia mengisahkan, pada suatu ketika, dia harus membawakan acara peluncuran vaksin.
Ketika itu, putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau yang biasa disapa Mba Tutut ingin agar peluncuran itu dilakukan pada tanggal 12 bulan 12 jam 12.12 WIB.
"Itu semuanya diada-adain, paduan suaranya dilamain, terus diisi acara macem-macem, ternyata akhirnya molor. Bukan jam segitu peluncurannya," ungkap Tiya.