9 Pengeroyok Anak di Blitar Dibekuk Polisi, Masalah Sepele Berujung Penjara

Penulis: Samsul Hadi
Editor: Cak Sur
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENGEROYOKAN - Polisi menunjukkan pelaku kasus pengeroyokan anak di Desa Sukosewu, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis (7/8/2025). Dari 9 pelaku, 6 di antaranya masih berstatus anak di bawah umur.

SURYA.CO.ID, BLITAR - 9 pengeroyok anak berinisial RIP (15) di Desa Sukosewu, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim), ditangkap Satreskrim Polres Blitar. 

Dari 9 pelaku, 6 di antaranya masih berstatus anak di bawah umur. 

Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Momon Suwito Pratomo, mengatakan bahwa kasus pengeroyokan terjadi pada Senin (4/8/2025). 

Para pelaku melakukan pengeroyokan kepada korban secara bergantian dengan tangan kosong di 3 lokasi, yaitu di depan rumah korban, di jalan persawahan Desa Sukosewu, dan di rumah salah satu pelaku di Desa Sukosewu.

Para pelaku memukul korban di bagian wajah, punggung, dada dan perut. Korban mengalami luka memar di dada dan wajah. 

"Korban dijemput di rumahnya, lalu diajak ke rumah salah seorang pelaku. Para pelaku dan korban sudah saling kenal," kata Momon, Kamis (7/8/2025).

Ia mengatakan, para pelaku ditangkap sekitar 3 jam, setelah orang tua korban melaporkan kasus pengeroyokan ke polisi.

Saat ini, 3 pelaku yang sudah dewasa dilakukan penahanan di Polres Blitar. Sedang 6 pelaku anakp-anak diproses sesuai UU Sistem Peradilan Pidana Anak.

"Kami juga mengamankan barang bukti dua unit sepeda motor, jaket, kaus lengan pendek dan celana pendek warna biru," ujar Momon.

Momon menjelaskan, pemicu pengeroyokan bermula dari video korban mengenakan hoodie salah satu perguruan silat yang tersebar lewat status WhatsApp (WA). 

Pada Sabtu (2/8/2025) malam, korban bersama temannya baru pulang main dari Alun-alun Kanigoro. 

Korban merasakan tidak enak badan, kemudian dipinjami hoodie perguruan silat milik temannya.

Teman korban sempat merekam video, ketika korban mengenakan hoodie perguruan silat. 

Rekaman video itu diunggah di status WA temannya. Video kemudian beredar sampai ke para pelaku. 

Padahal korban bukan anggota perguruan silat tersebut. 

Para pelaku jengkel melihat video korban mengenakan hoodie perguruan silat, padahal korban bukan anggota perguruan silat.

"Para pelaku melakukan pengeroyokan karena jengkel dan marah terhadap korban. Masalahnya, korban bukan anggota perguruan silat, tapi memakai baju perguruan silat," ungkap Momon.

Berita Terkini