Sosok Setiawati Ningsih dan Warisan Anyaman Plastik yang Ditekuninya di Desa Selorejo Jombang

Setiawati Ningsih bukan sekadar perajin, ia adalah saksi hidup ketekunan selama hampir tiga dekade. 

SURYA.co.id/Anggit Pujie Widodo
TAS ANYAMAN PLASTIK - Setiawati Ningsih (61) saat menunjukkan hasil karya tas anyaman plastik yang sudah ia produksi sejak tiga dekade terakhir di Dusun Selorejo, Desa Selorejo, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Sabtu (12/7/2025). Berawal dari karyawan pabrik hingga berani membuka usaha sendiri. 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Tangan terampil Setiawati Ningsih (61) dan para pekerjanya di Dusun Selorejo, Desa Selorejo Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang Jawa Timur, terus bergerak lincah, menenun lembar demi lembar plastik menjadi tas.

Suara halus gesekan anyaman plastik terdengar nyaris setiap hari, menghasilkan tas yang bukan hanya fungsional, tetapi juga sarat nilai ketekunan dan warisan keterampilan.

Setiawati Ningsih bukan sekadar perajin, ia adalah saksi hidup ketekunan selama hampir tiga dekade. 

Dari sebuah ruang produksi sederhana miliknya, tas anyaman karyanya telah menempuh perjalanan panjang, melintasi pasar-pasar lokal hingga pernah mendarat di negeri jauh seperti Kanada.

TAS ANYAMAN PLASTIK - Setiawati Ningsih (61) saat menunjukkan hasil karya tas anyaman plastik yang sudah ia produksi sejak tiga dekade terakhir di Dusun Selorejo, Desa Selorejo, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Sabtu (12/7/2025). Berawal dari karyawan pabrik hingga berani membuka usaha sendiri.
TAS ANYAMAN PLASTIK - Setiawati Ningsih (61) saat menunjukkan hasil karya tas anyaman plastik yang sudah ia produksi sejak tiga dekade terakhir di Dusun Selorejo, Desa Selorejo, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Sabtu (12/7/2025). Berawal dari karyawan pabrik hingga berani membuka usaha sendiri. (SURYA.co.id/Anggit Pujie Widodo)

Semua itu bermula dari sebuah keputusan berani di tahun 1997. Kala itu, Setiawati memutuskan meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh di usaha pembuatan tas.

Selama 11 tahun sebelumnya, ia menyerap ilmu dari balik layar belajar menganyam, meracik manajemen, hingga membaca selera pasar.

“Saya tidak hanya bekerja, tapi mencatat dalam ingatan bagaimana usaha itu dijalankan,” ucapnya Sabtu (12/7/2025).

Berbekal pengalaman itu, Setiawati membuka usaha sendiri. Namun sejak awal, ia menaruh prinsip yang tak goyah: kualitas tak boleh ditawar.

Ia hanya menggunakan bahan baku terbaik, bahkan saat pasar menawarkan alternatif lebih murah.

"Dari awal sampai sekarang, saya tetap pakai bahan yang sama. Kualitas itu investasi jangka panjang," tegasnya.

Keuletan itu membuahkan hasil. Tas buatannya kerap diburu, terutama menjelang Lebaran atau musim hajatan.

Pada masa sibuk, ia bisa memproduksi lebih dari 3.000 tas dalam sebulan. Sedangkan di bulan biasa, pesanan tetap mengalir meski tak seramai saat musim puncak.

Tas-tas itu dijual dengan harga yang ramah kantong, antara Rp 4.000 hingga Rp22.000. Model, ukuran, dan jenis anyaman menjadi penentu harganya.

Pelanggannya tersebar dari Jombang hingga luar daerah seperti Malang, Batu, Jakarta, bahkan pernah menembus pasar Malaysia dan Kanada.

Namun, bukan hanya harga yang membuat tas anyaman plastik ini bertahan. Menurut Setiawati, daya tariknya terletak pada keawetan dan multifungsi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved