Berita Viral

Rekam Jejak Laode Ida, Eks Wakil Ketua DPD RI yang Jadi Dewan Pembina GRIB Jaya Pimpinan Hercules

Inilah rekam jejak Laode Ida, politikus dan akademisi yang baru saja ditetapkan sebagai ketua dewan pembina organisasi masyarakat GRIB Jaya.

Editor: Musahadah
kolase tribunnews
ORMAS - Laode Ida (kiri), eks Wakil Ketua DPD RI yang menjadi dewan pembina GRIB Jaya pimpinan Hercules (kanan). Ini rekam jejaknua. 

SURYA.CO.ID - Inilah rekam jejak Laode Ida, politikus dan akademisi yang baru saja ditetapkan sebagai dewan pembina organisasi masyarakat Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya.

Penetapan Laode Ida sebagai ketua dewan pembina GRIB Jaya dibenarkan Sekretaris Jenderal DPP GRIB Jaya, LP Zulfikar. 

Dia mengatakan, Laode Ida tokoh yang tepat untuk mengisi posisi strategis tersebut.

Dikatakan, untuk meminta Laode Ida sebagai dewan pembina GRIB Jaya, dilakukan komunikasi intensif yang berlangsung lama. 

“Beliau punya pengaruh, pengalaman, dan integritas. Sudah lama kita membangun komunikasi. Akhirnya beliau bersedia menjadi pembina kami,” ujar Zulfikar, Minggu (22/6/2025).

Baca juga: Berani Senggol Ketum GRIB Jaya Hercules di Polemik Ijazah Jokowi, Ini Rekam Jejak Rismon Sianipar

Zulfikar menyebut, dalam waktu dekat Ketua Umum GRIB Jaya, Hercules Rosario de Marshal, akan menyerahkan Surat Keputusan (SK)pengangkatan secara langsung kepada Laode Ida.

Penyerahan SK ini dianggap sebagai bentuk keseriusan dan komitmen GRIB untuk memperkuat struktur kepemimpinan.

“SK akan diberikan langsung oleh Pak Ketum (Hercules). Ini bukti keseriusan kami membangun ormas dengan sosok yang punya rekam jejak bersih,” tambahnya.

Kehadirannya Laode Ida di tubuh GRIB Jaya ditargetkan mampu membawa perubahan mendasar pada pola pembinaan kader, citra publik, hingga relasi ormas dengan masyarakat.

“Beliau orang yang berkompeten dan kredibel. Dengan bimbingan beliau, kami percaya GRIB bisa lebih diterima masyarakat luas,” kata Zulfikar lagi.

Menurutnya, sosok Laode Ida membawa energi baru, semangat pembaruan, serta visi intelektual yang selama ini dibutuhkan oleh ormas-ormas di Indonesia.

“Beliau bukan hanya tokoh politik, tapi juga sosiolog, aktivis, dan intelektual publik,” ujarnya.

Di sisi lain, Laode Ida membenarkan bahwa dirinya telah menerima tawaran untuk bergabung dan membina ormas GRIB Jaya.

Bagi pria kelahiran Muna, Sulawesi Tenggara, GRIB adalah wadah baru untuk menjalankan jiwa sosial dan pengabdian yang selama ini menjadi semangat hidupnya.

“Saya ini aktivis, jadi jiwa pengabdian saya selalu terpanggil. GRIB bisa jadi ladang sosial untuk pembinaan yang lebih baik,” kata Laode Ida.

Ia menegaskan bahwa sejak awal ia disambut oleh para pengurus ormas yang berasal dari latar belakang aktivis, akademisi, dan profesional.

“Banyak teman di GRIB ini orang-orang pergerakan. Profesional juga. GRIB tak bisa dipandang sebelah mata,” tegasnya.

Laode Ida juga menanggapi stigma yang selama ini melekat pada sosok Hercules. Ia menyebut bahwa publik tidak boleh langsung menghakimi.

 “Biarlah sejarah nanti yang bicara. Yang penting kita lakukan yang terbaik untuk bangsa,” tandasnya.

Siapakah Laode Ida

Dikutip dari wikipedia, Laode Ida lahir di Tobea (Towea), Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara pada 12 Maret 1961.

Ia mengenyam pendidikan di SD Negeri Tobea (1974), SMEP Negeri Raha (1977), dan SMEA Negeri Raha (1981).

Ia meraih gelar Sarjana Jurusan Pembangunan Masyarakat dan Pendidikan Non Formal dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada 1985. 

Selama kuliah, dia pernah meraih penghargaan sebagai mahasiswa teladan dari IKIP Jakarta pada 1983. 

Kemudian dia meraih gelar Magister Sosiologi pada 1995 dan Doktor Sosiologi pada 2002, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Tesisnya berjudul ''Dinamika Internal Nahdlatul Ulama (NU) Setelah Kembali ke Khittah 1926". 

Sementara disertasinya berjudul "Gerakan Sosial Kelompok Nahdlatul Ulama (NU Progresif)".

Laode Ida memulai karier sebagai pembina program pendidikan non formal di Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara pada 1986.

Setahun kemudian ia diangkat sebagai dosen di Universitas Halu Oleo pada 1988, sambil bekerja sebagai wartawan untuk harian Angkatan Bersenjata hingga tahun 2000.

Pada 1991, ia bekerja sebagai editor ahli untuk penerbit PT Fikahati Aneska, Jakarta.

Pada 1993, ia menjadi Koordinator program Pengembangan Nelayan untuk BORDA (Jerman)-PT Spektra Jakarta di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pada 1995, Laode Ida bekerja sebagai Senior Management Staff untuk Program Pengembangan Wilayah di Direktorat Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia.

Pada 1997, ia bekerja sebagai Staf Ahli bidang Sosial Politik dan Pedesaan untuk Fraksi Karya Pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Laode Ida juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dua periode sejak 2004 hingga 2014.

Ia juga menjabat sebagai Anggota Ombudsman Republik Indonesia periode 2016–2021.

Profil GRIB Jaya

HERCULES MINTA MAAF - Hercules meninggalkan Gedung KPK usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
HERCULES MINTA MAAF - Hercules meninggalkan Gedung KPK usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (19/1/2023). (Tribunnews/Irwan Rismawan)

GRIB adalah ormas yang dibentuk oleh Rosario de Marshall atau Hercules pada 2011.

Hercules adalah mantan preman yang berkuasa di Tanah Abang pada 1980-an yang kisahnya cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia dan kini beralih profesi sebagai pebisnis.

Sampai saat ini, Hercules juga masih menduduki kursi Ketua Umum DPP GRIB.

Dilansir dari laman GRIB Jaya Jateng, organisasi ini dibentuk untuk membangun demokrasi yang sehat dengan muatan nilai kejujuran, keadilan, dan partisipatif.

Mereka juga memastikan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) berjalan dengan baik dalam koridor undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

GRIB juga bekerja sama dengan stake holder dalam menjalankan fungsi organisasi dan kritis mengawal proses penyelenggaraan serta pelaksanaan pemilu.

Organisasi ini memiliki banyak anggota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Pada masa Pilpres 2024, GRIB secara terang-terangan memberikan dukungan kepada pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Hercules kala itu menyebut, dukungan ini merupakan harga mati dan tidak bisa diganggu gugat.

"Kecuali beliau angkat bendera putih, mungkin GRIB bisa ambil tindakan ke mana. Namun saat ini, harga mati untuk (mendukung) beliau (Prabowo Subianto)," ujarnya, dikutip dari Antara (3/6/2023).

Disinyalir, hal itu dilatarbelakangi oleh Hercules yang pernah mengaku "berutang nyawa" kepada Prabowo.

Dilaporkan Kompas.com (4/5/2021), sebelum pindah ke Jakarta, Hercules bergabung dalam operasi tentara Indonesia untuk memperjuangkan wilayah Timor Timur atau Timor Leste.

Sebelum diberikan amanah sebagai Tenaga Bantuan Operasi, Hecules merupakan yatim piatu yang kehilangan kedua orangtuanya dalam pengeboman wilayah Ainaro tahun 1978.

Karenanya, dia mengaku berutang kepada Prabowo yang kala itu menjabat sebagai kapten Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Timor Timur.

"Prabowo adalah satu-satunya orang yang bisa menyerang saya tanpa saya mengangkat tangan untuk membalasnya," ucapnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sosok Laode Ida, Mantan Wakil Ketua DPD RI Resmi Jadi Dewan Pembina GRIB Jaya

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved