100 Hari Tidak Cukup Menepis Bau Sampah, Bupati-Wabup Bangkalan Juga Dipusingkan Begal-Pengangguran

Yang paling 'menyengat' adalah permasalahan sampah di Bangkalan yang seakan tidak pernah berujung dalam enam tahun terakhir.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
Surya/Ahmad Faisol (Ahmad Faisol)
EVALUASI KERJA BUPATI - Mahasiswa dari BEM UTM Bangkalan mengangkat permasalahan sampah dan begal motor dalam evaluasi 100 Hari Kinerja Bupati-Wakil Bupati Bangkalan di halaman Kantor Pemkab Bangkalan, Selasa (3/6/2025). 

Setelah berjalan sekitar dua pekan, warga kemudian menolak dengan cara menghadang laju truk sampah menuju Bukit Jaddih pada 27 Juli 2023 silam. 

Setelah itu, tempat pembuangan sampah DLH kembali berpindah-pindah dan mendapatkan penolakan warga. Mulai dari Kecamatan Kwanyar, Tanjung Bumi, Arosbaya, hingga yang terbaru di Kecamatan Klampis. 

Pada pekan kelima Januari 2025, DLH hampir selama tiga hari berjibaku membersihkan sampah dari pekarangan rumah, sawah, dan kebun cabai dan agung milik warga Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi.

Sampah yang ‘berenang’ akibat luapan air sungai akibat derasnya air hujan itu tentu bukan hanya mengganggu pemandangan. Namun juga bau tidak sedap yang seakan merontokkan bulu hidung masyarakat terdampak.

Terbaru, video penghadangan truk sampah oleh warga di Bangkalan kembali beredar luas di media sosial (medsos) pada 19 April 2025 malam. 

Dalam video itu, warga yang mayoritas kaum emak-emak menyoraki truk sampah. Keterangan dalam video disebutkan lokasi kerumunan warga itu di Dusun Debeng, Desa Bulung dan Desa Bragang, Kecamatan Klampis. “Sampah yang menumpuk di kawasan UTM saat ini ‘semerbak’ menyengat hidung,” ungkap Fauzi.

Selain persoalan sampah, jaminan keamanan dan kenyamanan bagi mahasiswa di kawasan kampus UTM juga menjadi tuntutan atas maraknya aksi pencurian maupun begal motor.  

Berdasarkan kajian BEM UTM, faktor ekonomi sebagai dampak minimnya lapangan pekerjaan menjadi salah satu yang mendorong aksi begal maupun pencurian sepeda motor di Bangkalan.

“Teman-teman resah, apalagi sekarang momen penerimaan mahasiswa baru. Ada mahasiswa baru yang diterima melalui jalur UTBK SNBP mengundurkan diri karena ada begal. Mereka lebih baik kuliah di luar Madura karena takut dibegal,” paparnya.

BEM UTM juga menyoroti belum juga terpecahkannya masalah genangan air di akses jalan yang menjadi jalur utama mahasiswa menuju kampus UTM. Permasalah genangan air disebut Fauzi telah berlangsung selama bertahun-tahun.  

“Kasihan teman-teman mahasiswa ketika hujan, sudah berpakaian rapi dari rumah kos  terapi mereka harus melepas sepatu seperti anak-anak SD di pedesaan,” pungkasnya. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved