Hikmah Ramadan 2025

Renungan Spiritual dan Sosial di Penghujung Ramadhan : Sudahkah Kita Menjadi Pribadi yang Fitri ?

Ciri pribadi yang Idul Fitri, adalah mereka yang diampuni dosa-dosanya oleh Allah, serta semakin meningkat ketaatannya kepada Allah setelah Ramadhan

Editor: Cak Sur
Istimewa
Dr H M Hasan Ubaidillah SHI, MSi 

Demikianlah penetapan Allah SWT yang kemudian dipahami hambanya, bahwa hawa nafsu merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang untuk memenuhi apa yang diinginkan dan selalu mengajak untuk menempuh jalan kefasikan dan kesesatan. 

Sang nabi pun mengingatkan umatnya melalui sabdanya yang memperingatkan, bahwa musuhmu yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang ada di antara lambungmu, lalu anakmu yang keluar dari tulang rusukmu, istrimu yang kamu gauli  dan sesuatu yang kamu miliki (HR. Al Baihaqi). 

Itulah perhiasan dunia yang membuat manusia terbuai, dengan keinginan untuk hidup kekal dan abadi sebagaimana yang dilukiskan oleh Ibnu Sina dalam Risalah al-Thayrnya. 

Dalam roman yang ditulis oleh Ibnu sina tersebut, dikisahkan ketika sekawanan burung tertangkap oleh pemburu dan dimasukkan kedalam sangkar yang indah serta dilengkapi dengan berbagai jenis makanan dan minuman yang digemari burung-burung tersebut, maka sekawanan burung itu menjadi terbiasa dan akhirnya jadi tidak tahu lagi  bahwa di luar sangkarnya ada dunia yang lebih luas dan lebih indah yang dapat membuat mereka lebih bahagia. 

Manusia yang terperangkap dalam jeratan nafsunya juga mengalami amnesia, bahwa ada kehidupan surgawi yang menanti dirinya ketika bisa terbebas dari sangkar kemewahan fatamorgana dunia.

Dalam gambaran yang lebih ekstrem, manusia yang dikuasai dan dikendalikan oleh hawa nafsunya diibaratkan seperti binatang yang hina. 

Firman suci Tuhan pun menegaskan, bahwa apakah kalian tidak melihat betapa banyak orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atas hal tersebut,  atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahaminya,  mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu. (QS.  Al-Furqan: 43-44)

Demikian bahayanya hawa nafsu tersebut apabila menguasai diri manusia sehingga haruslah diperangi dan dikendalikan. 

Ramadhan merupakan momentum tahunan yang dijadikan sebagai wahana manusia untuk berperang dan mengendalikan hawa nafsunya, sehingga jiwa manusia akan dikuasai oleh jalan ketakwaan yang membebaskan manusia dari belenggu nafsunya, serta membawa diri manusia kepada jalan kebahagiaan dan keselamatan tidak hanya di kehidupan dunia yang singkat ini, akan tetapi lebih dari itu akan membawa manusia menuju puncak kenikmatan kehidupan kekal akhirat.

Ketika dihamparkan karpet merah oleh Tuhan yang merajai segalanya dengan seruan agungnya, masuklah kalian wahai orang-orang yang telah melakukan ibadah puasa Ramadhan dengan selamat dan penuh ketenangan melalui pintu al-Rayyan yang memang dikhususkan bagi orang yang berpuasa. 

Akan tetapi, gambaran orang yang sukses dalam menjalankan ibadah puasa sepanjang Ramadhan tidak tampak pada realitas kehidupan kebanyakan masyarakat. 

Puasa Ramadhan yang seharusnya menumbuhkembangkan sikap dan perilaku terpuji seperti tersemainya sikap tawadhu, qona’ah, sabar, jujur, amanah, wara’,  peduli kepada sesama serta sifat-sifat terpuji yang lain  tampak remang-remang. 

Justru yang tampak jelas dan terang benderang adalah sikap hedonis yang mempertontonkan kerakusan manusia yang dikuasai hawa nafsunya. 

Realitas yang ada di masyarakat, menunjukkan  bahwa Ketika berlebaran hasrat untuk mengkonsumsi makanan dan hidangan lezat merupakan keharusan. 

Hal ini bisa dilihat dari berbagai menu makanan lezat dan nikmat yang tersaji Ketika lebaran. Aneka kue lebaran juga dihidangkan dengan berbagai macam variannya. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved