Hikmah Ramadan 2025
Merawat Kemabruran Puasa - Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati
Kajian tasawuf kini sedang tren. Tiba-tiba muncul banyak orang mengaku sufi dengan konotasi bermacam-macam.
Sufi palsu juga cenderung membeda-bedakan kelas sosial-ekonomi jemaahnya, lebih respek dan lebih mudah memberikan pelayanan terhadap kelas masyarakat atas dan cenderung menyepelekan jemaah yang tidak berkelas.
Sufi palsu memiliki mobilitas tinggi dalam melayani permintaan orang atau jemaah khususnya, sementara murid-murid di padepokannya cenderung ditelantarkan.
Sedangkan sufi sejati, membimbing dan mengajar dengan hati dan rohani, sehingga dirasakan betul di dalam hati para murid dan jemaahnya. Segala sesuatu darinya bersumber dari hati nurani sehingga meyakinkan para muridnya.
Persis seperti qaul yang mengatakan: “Segala yang keluar dari hati akan mendarat di hati” (kullu ma kharaja minal qalb waqa’a fil qalb).
Sementara, sufi palsu lebih pintar membolak balik kata-kata, berpenampilan menarik dan memukau, tetapi sayang seperti kata qaul: Ucapannya “masuk di telinga kanan keluar dari telinga kiri”, tanpa ada yang tersimpan. (*)
merawat kemabruran puasa
Nasaruddin Umar
Hikmah Ramadan
Sufi Palsu
Sufi Sejati
Ramadan
surabaya.tribunnews.com
Renungan Spiritual dan Sosial di Penghujung Ramadhan : Sudahkah Kita Menjadi Pribadi yang Fitri ? |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa - Dari Salam, Islam dan ke Istislam |
![]() |
---|
Puasa Ramadhan di Indonesia, Indah dan Nikmat ! |
![]() |
---|
Kebutuhan Ramadhan Meningkat, Pinjol Solusinya? |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa - Dari Ta'abbud ke Isti'anah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.