Sindikat Uang Palsu Kampus UIN Makassar

Bukti Sindikat Uang Palsu di UIN Makassar Berbiaya Tinggi, 1 Tinta Rp 20 Juta, Ada Ditahan Bea Cukai

Terungkap bukti baru sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar dioperasikan dengan biaya tinggi. Satu tinta harganya mencapai Rp 20 juta.

Editor: Musahadah
kolase TVOne
Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak mengungkap awal mula terbongkarnya sindikat uang palsu di UIN Alauddin, Makassar. Ternyata harga 1 tinta sampai Rp 20 juta. 

"Uang Palsu Ciptaan UIN Alauddin Tersebar Lebih Dari Rp 745 T Dalam Masyarakat," bunyi unggahan itu.

Lantas, benarkan uang palsu yang beredar di masyarakat mencapai Rp 745 triliun?

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Marlison Hakim membantah informasi tersebut.

"Dapat kami tegaskan bahwa berita di media sosial terkait produksi uang palsu yang mencapai 745 triliun adalah tidak benar," tegas Marlison, saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/12/2024).

Menurutnya, berdasarkan penegasan kepolisian, uang palsu yang dicetak dengan nominal Rp 100.000 itu telah diproduksi sebanyak 4.906 lembar dan 972 uang lembar yang belum terpotong.

Kendati demikian, BI enggan mengungkap berapa total nominal uang palsu tersebut.

Selain uang palsu, polisi juga menemukan dokumen sertifikat SBN senilai 700 Triliun dan Deposito BI senilai Rp 45 triliun yang juga diduga palsu.

"Perlu kami tegaskan bahwa BI di Departemen Pengelolaan Uang, tidak pernah mengeluarkan sertifikat deposito. Jadi yang senilai Rp 745 triliun adalah sertifikat palsu bukan nilai uang palsu yang diproduksi," jelas dia.

Dia menyampaikan, produksi uang palsu UIN Alauddin Makassar baru dilakukan pada Mei 2024, bukan 2010.

Marlison juga menyampaikan, berdasarkan hasil penelitian BI, uang palsu UIN Alauddin Makassar memiliki kualitas yang relatif sangat rendah.

Sampel barang bukti teridentifikasi bahwa uang palsu tersebut bukan dicetak dengan mesin cetak uang, melainkan dicetak menggunakan teknik cetak inkjet printer dan sablon biasa.

Hal itu sejalan dengan barang bukti mesin cetak temuan polisi berupa mesin cetak inkjet dan sablon biasa.

"Mesin itu bukan tergolong ke dalam mesin pencetakan uang," kata Marlison.

Sementara, mesin cetak besar yang diberitakan dibeli di China, belum dipakai tersangka untuk mencetak uang palsu.

Meski belum digunakan, dia memastikan bahwa mesin tersebut juga bukan tergolong mesin pencetakan uang.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved