Berita Viral

Beda Nasib Guru Zaharman dan Wali Murid yang Mengetapelnya hingga Buta, Dapat Balasan Setimpal

Masih ingat dengan Guru Zaharman yang dulu viral diketapel wali murid hingga buta? begini nasibnya. Beda dengan si wali murid.

kolase Tribun Bengkulu dan Kemdikbud
Kolase foto Guru Zaharman yang Dikatapel Wali Murid hingga Buta. Kini Dapat Penghargaan Atas Pengabdiannya. 

Ketika ia menegur seorang siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, orangtua siswa tersebut tidak menerima tindakan itu dan menyerangnya dengan ketapel.

Serangan itu mengakibatkan kebutaan permanen pada mata kanan Zaharman.

Akibat peristiwa tersebut, mata sebelah kanannya sudah tidak berfungsi.

"Orang mungkin melihatnya normal, tetapi sebenarnya ini palsu. Kejadian itu terjadi saat saya berusia 58 tahun. Tentu trauma ada, tetapi saya memilih untuk bertahan karena beberapa alasan. Pertama, usia saya sudah mendekati masa pensiun, sehingga pindah sekolah akan merepotkan. Kedua, masalah dengan masyarakat dan siswa sudah selesai. Saya juga merasa, di manapun mengajar, tantangan akan selalu ada,” papar Zaharman dengan penuh ketegaran.

Meski insiden tersebut meninggalkan luka fisik dan emosional, Zaharman menolak menyerah. 

Ia tetap melanjutkan tugasnya sebagai pendidik. Baginya, mengajar adalah panggilan hati yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja.

Kondisi SMA Negeri 7 Rejang Lebong, tempat Zaharman mengajar, mencerminkan tantangan pendidikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Minimnya fasilitas, jumlah guru yang terus berkurang, dan siswa yang kurang memiliki etika dan sopan santun menjadi tantangan yang terus dihadapi.

"Fasilitas sekolah semakin menurun, jumlah guru berkurang, dan sikap anak didik yang kurang sopan membuat beberapa guru memilih pindah. Murid juga semakin sedikit karena mereka lebih memilih sekolah baru yang menawarkan lingkungan lebih baik," ungkap Zaharman.

Zaharman mengakui situasi ini semakin diperparah oleh pola asuh yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

"Dulu, kalau kita dimarahi guru, orangtua akan mendukung guru. Sekarang, jika guru memarahi siswa, malah orangtua yang marah kepada guru. Ini membuat siswa sulit belajar bertanggung jawab. Kasihan mereka, karena jika selalu dilindungi, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah," tuturnya.

Penghargaan yang diterima Zaharman bukan hanya pengakuan atas dedikasinya, tetapi juga simbol motivasi bagi guru-guru lain, khususnya yang mengabdi di daerah 3T.

Ia percaya tugas seorang pendidik adalah menyelesaikan amanahnya di mana pun berada, tanpa memandang besarnya tantangan.

"Di manapun kita mengajar, pasti ada banyak permasalahan. Ada banyak guru yang mengajar di wilayah 3T lainnya yang menghadapi tantangan seperti saya, contoh di daerah Sulawesi sana. Tetapi kita harus tetap semangat. Anak-anak yang kita didik adalah generasi penerus bangsa," katanya dengan penuh semangat.

Melalui penghargaan ini, Zaharman berharap dapat menginspirasi guru-guru lain untuk terus berjuang dan tidak menyerah pada keadaan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved