Pelajar Di Semarang Tewas Ditembak
Nasib Kapolrestabes Semarang di Kasus Polisi Tembak Mati Pelajar, Keluarga Korban: Pindahtugaskan
Nasib Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar kena imbas kasus polisi tembak mati pelajar yang menghebohkan publik. Keluarga minta dipindahtugas.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Nasib Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar kena imbas kasus polisi tembak mati pelajar yang menghebohkan publik.
Pihak keluarga korban menuntut agar Kombes Irwan dipindahtugaskan.
Karena dianggap melindungi anggotanya.
Diketahui, Kasus siswa SMK berinisial GRO tewas ditembak oknum polisi dari Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Semarang, Aipda Robig Zaenudin (Aipda RZ) di Jalan Candi Penataran Raya, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang pada Minggu (24/11/2024) masih berproses di Polda Jateng.
Baca juga: Imbas Aipda Robiq Tembak Pelajar di Semarang, Kompolnas Soroti Soal Senpi, Minta Ini ke Polda Jateng
Saat ini Aipda RZ terjerat etik dan pidana dalam kasus penembakan yang menewaskan GRO namun statusnya belum tersangka.
Proses ekshumasi untuk mengungkap kasus kematian GRO, siswa SMK di Semarang rampung dilakukan pada Jumat (29/11/2024) sore selama dua jam.
Bude GRO, Diah Pitasari berharap agar penyebab kematian GRO dapat terkuak.
Diah juga menyampaikan agar polisi tetap transaparan dalam mengusut kasus kematian GRO.
"Saya sudah sampaikan, jangan ada yang ditutupi, harus transparan, besok harapannya bisa dapat hasil autopsinya," ujarnya, Jumat (29/11/2024), melansir dari Tribunnews.
Ia pun berharap polisi yang menembak GRO untuk dihukum seberat-beratnya.
Baca juga: 4 Kejanggalan Baru Kasus Polisi Tembak Mati Pelajar di Semarang, Waktu Kematian hingga Bukti CCTV
Selain itu, Diah juga berharap polisi penembak GRO dipecat.
"Pembunuhnya segera mendapat keadilan, kita targetnya dipecat, Kapolrestabes semoga dipindahtugaskan, dia hanya melindungi anggotanya," harapnya.
"Belum ada pembuktin, sudah mendzalimi yang lain, harusnya pembuktian dulu, kalau terbukti kan baru, ini sudah seakan-akan anak buahnya benar, di lapangan belum ada olah perkara, visum, kok sudah berani membuktikan dengan pernyataan itu," tambahnya.
Ia pun meminta agar siapapun pelaku yang membuat nyawa GRO melayang agar dihukum seberat-beratnya.
"Mudah-mudahan amanah, seperti kata Pak Dwi, yang berbuat harus bertanggung jawab," pungkasnya.
Kejanggalan Baru Kasus Polisi Tembak Mati Pelajar di Semarang
Selain itu, terungkap kejanggalan baru di kasus polisi tembak mati pelajar di Semarang, Jawa Tengah.
Hingga kini, Polda Jawa Tengah belum menetapkan pelaku penembakan, Aipda Robig Zaenudin sebagai tersangka penembakan pelajar berinisial GRO (17).
Padahal dari fakta-fakta yang diungkap Polda Jawa Tengah, dipastikan Aipda Robig Zaenudin menembak GRO tanpa tembakan peringatan yang berujung tewasnya pelajar berprestasi tersebut.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, beralasan penetapan tersangka belum dilakukan karena kasusnya masih penyelidikan, belum masuk penyidikan.
"Penetapan tersangka dilakukan setelah kasus naik ke penyidikan. Saat ini, Aipda Robig masih dalam status terperiksa," ujar Artanto di sela-sela Aksi Kamisan di depan Mapolda Jateng, Kamis (28/11/2024).
Baca juga: Respon Tegas Komnas HAM Soal Kasus Polisi Tembak Mati Pelajar di Semarang, Ada Sejumlah Kejanggalan
Berikut kejanggalan baru kasus ini:
- Selisih Waktu Kematian dan Pemberitahuan Polisi, Terlalu Lama
Bude GRO, Diah Pitasari, mengungkap sikap polisi yang tak kunjung memberitahu keluarga mengenai tewasnya sang ponakan.
Menurut Diah, selisih waktu kematian GRO dengan waktu polisi memberitahu keluarga, sangat panjang.
Dimana, Diah menerima informasi berdasarkan berita yang beredar bahwa GRO meninggal dunia pukul 02.00 WIB, Minggu (24/11/2024).
Namun, pihak keluarga baru dikabari bahwa GRO meninggal dunia pukul 12.27 WIB.
"Kita belum tahu, kita yang tidak terima, GRO disebut gangster itu lho, janggalnya sampai kita menerima berita kok lama sekali, kalau di berita Gamma meninggal jam 02.00 WIB, kita menerima berita 12.27 WIB siang," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (29/11/2024).
"Itupun pas di kamar jenazah, Gamma sudah dikain kafani, hanya dibuka wajahnya, kita diminta memastikan itu Gamma, tidak lihat tubuh," sambungnya.
2. Polisi Cari Informasi tentang Korban
Tak hanya itu, Diah mengungkap bahwa pada Minggu subuh, ada anggota polisi yang mencari informasi mengenai Gamma ke tetangga sekitar.
"Kata tetangga sekitar subuh itu ada anggota yang mencari keberadaan GRO, tapi tidak ditemukan, karena pada saat kejadian, tidak ada data, hanya diketahui berdasar sidik jari, yang mengarah ke alamat Utinya," terangnya.
"Yang pertama ditanya, tetangga itu tidak tahu siapa GRO, jam 08.00-09.00, ada anggota yang menyisir, kebetulan tahu, kan sudah tahu posisi korban dimana, mengapa kita tahu 12.27 WIB, itu pun yang memberi kabar bukan anggota," terangnya.
Diah sendiri kenal betul siapa sosok GRO.
Karena rumahnya tinggal Diah berdekatan dengan rumah nenek GRO.
Selain itu, Diah yang merawat GRO setelah ibu GRO meninggal dunia.
3. Polisi Tak Beri Tahu Penyebab Kematian Korban

Enam hari pascakematian GRO, keluarga korban menyetujui pembongkaran makam korban.
Kakek korban, S, mewakili keluarga setuju dan ikhlas atas pembongkaran GRO oleh polisi.
Dia berharap, pembongkaran makam itu memperlancar proses penanganan kejadian yang menewaskan cucunya.
S mengaku tidak tahu penyebab kematian cucunya itu.
Oleh karena itu dia setuju dilakukan ekshumasi untuk mengetahui penyebab kematian GRO.
"Setuju (ekshumasi), demi keadilan," kata Siman kepada wartawan, termasuk Tribun Jateng, di TPU daerah Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jumat (29/11).
S mengaku tidak tahu, cucunya meninggal dunia karena tertembak.
Penyebab kematian cucunya tersebut diketahui saat hendak dilakukan proses ekshumasi, setelah mendapatkan informasi yang beredar di masyarakat.
Dia tidak diberi tahu dari pihak berwenang penyebab kematian cucunya saat jenazah dibawa ke rumah duka di Kabupaten Sragen untuk dimakamkan.
Di sisi lain dia juga tidak tahu apakah ada luka-luka pada jenazah cucunya.
"Dibuka namung rai thok, kepengen weruh bener putu kula napa mboten (Dibuka hanya bagian wajah saja, ingin tahu apakah benar cucu saya atau bukan)," ungkapnya.
S mengungkapkan, cucunya merupakan sosok yang pendiam dan penurut.
Biasanya cucunya itu pulang ke Sragen saat momen Lebaran atau libur sekolah.
"Pendiam, bukan anak nakal, penurut. Kalau tidak diajak ngomong, tidak ngomong," ungkapnya.
berita viral
Semarang
Polisi Tembak Mati Pelajar
Kapolrestabes Semarang
Kombes Irwan Anwar
Polrestabes Semarang
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Imbas Kombes Irwan Anwar Cuma Dimutasi Usai Anggotanya Tembak Mati Pelajar, Pandji: Dikasih Jabatan |
![]() |
---|
Alasan Kapolrestabes Semarang Tak Cukup Dimutasi, Kebohongannya Terkuak di Rekonstruksi Kasus Gamma |
![]() |
---|
Rekam Jejak Kombes M Syahduddi Kapolrestabes Semarang Pengganti Kombes Irwan Anwar, Ini Prestasinya |
![]() |
---|
Nasib Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar Dimutasi ke Sini Usai Anggotanya Tembak Mati Pelajar |
![]() |
---|
Sosok Komika yang Setiap Hari Unggah Foto Kapolrestabes Semarang Imbas Polisi Tembak Mati Pelajar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.