Berita Surabaya

Di Forum HAPPI, Nelayan Surabaya Kembali Kompak Tolak Proyek Reklamasi SWL

Para nelayan dari pesisir Surabaya tetap kompak menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) Surabaya Waterfront Land (SWL). 

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
Para nelayan dari pesisir Surabaya tetap kompak menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) Surabaya Waterfront Land (SWL). Berbicara pada forum Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI) Cabang Surabaya, Sabtu (30/11/2024). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Para nelayan dari pesisir Surabaya tetap kompak menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) Surabaya Waterfront Land (SWL)

Berbicara pada forum Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI) Cabang Surabaya, Sabtu (30/11/2024), mereka justru mendesak para ahli dan akademisi untuk ikut mendukung aspirasi mereka.

Berlangsung di Hotel Dafam Pacific Caesar Surabaya, Forum Group Discussion (FGD) ini awalnya ingin mendengarkan penjelasan dari para pihak.

Selain perwakilan nelayan dan masyarakat pesisir, pertemuan ini juga menghadirkan pihak pengembang, akademisi hingga perwakilan pemerintah.

Perwakilan Pengurus Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI) Jawa Timur, Prof Ir Daniel Mohammad Rosyid menjelaskan, bahwa forum ini untuk menyerap aspirasi masyarakat. 

HAPPI turun untuk mendengarkan harapan banyak pihak, hingga nantinya memberikan rekomendasi kepada PT Granting Jaya sebagai pengembang PSN SWL.

"Kami selama ini mendengarkan berita simpang siur terkait PSN ini. Padahal, ini merupakan bagian dari bidang yang seharusnya dikaji oleh HAPPI," kata Prof Daniel.

"Sehingga, kami sebagai asosiasi profesi tidak bisa diam saja melihat hal ini. Kami membentuk tim untuk ikut mengkaji proyek tersebut," imbuh alumnus program M.Phil leading to Ph.D di Dept. of Marine Technology, the University of Newcastle upon Tyne, Inggris ini.

Pihaknya mengakui, proyek multi-years tersebut memiliki dampak luas dan risiko besar. 

"Secara umum, bisa dibilang agak suram, ya suram. Namun, ini bergantung pada preposisi kita," ujar Prof Daniel.

Namun, menurut Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan dan Teknik Kelautan ITS Surabaya ini, kekhawatiran masyarakat soal dampak tersebut harus disikapi. 

Di antaranya, dengan menghadirkan sejumlah rekayasa teknologi yang mengantisipasi dampak negatif, baik kepada masyarakat maupun lingkungan.

"Kami sebagai insinyur dilatih untuk membuat rekayasa teknologi itu. Kami percaya bahwa teknologi itu untuk dihadirkan," tuturnya.

"Mungkin ide ini sedikit bersifat antroposentrisme (berpusat pada manusia), tidak terlalu ecosentris (semua aspek lingkungan mempunyai nilai). Tapi, kami katakan bahwa pembangunan adalah proses sintesis lingkungan bukan sekadar dari proyek kemudian dampaknya bagaimana," tambah kata mantan Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Surabaya ini.

Sehingga, HAPPI juga akan mengkaji hukum, lingkungan, sosial, ekonomi, dan beberapa lainnya. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved