Opini

Pahlawan adalah Teladan, Bukan Validasi

Siapa sebenarnya sosok pahlawan, dan siapa warga negara yang layak mendapat gelar tersebut? Berikut ulasannya!

Editor: Musahadah
Surabaya.Tribunnews.com/Habibur Rohman
Rangkaian Parade Surabaya Juang merupakan kegiatan dalam rangka peringatan Hari Pahlawan di Kota Surabaya ini dimulai dari Tugu Pahlawan dan berakhir di jala Gubernur Suryo Surabaya, Minggu (5/11/2023) 

Jadi, sosok pahlawan di era sekarang adalah siapa saja yang berani berbuat baik dan peduli pada sesama serta lingkungan di tengah keadaan yang sulit.

Mereka mungkin bukan tokoh besar, tapi dari keberanian dan kepedulian mereka, perubahan nyata bisa dirasakan di sekitar kita.

Ungkapan "sepi ing pamrih, rame ing gawe" dari falsafah Jawa memiliki makna mendalam yang dapat kita pelajari, terutama dalam konteks kepahlawanan di era kini.

Secara harfiah, ungkapan ini berarti "tidak mencari pamrih, namun giat bekerja."

Falsafah ini menekankan ketulusan dan dedikasi tanpa mengharapkan penghargaan atau pengakuan, sehingga sangat relevan sebagai sikap dalam menghadapi berbagai tantangan di era modern.

Kita membutuhkan sosok yang memiliki ketulusan dalam kepedulian sosial, yang membantu tanpa harapan akan penghargaan, pengakuan, atau balasan.

Di tengah masyarakat yang cenderung menilai seseorang dari jumlah "suka" atau "pengikut" di media sosial, sikap ini menjadi semakin bernilai.

"Rame ing gawe" mendorong kita konsisten bertindak dan tetap giat berbuat baik meski tanpa sorotan kamera.

Dewasa ini banyak tantangan seperti krisis lingkungan, konflik sosial, dan persoalan ekonomi yang membutuhkan upaya konsisten dari semua orang.

Pahlawan modern adalah mereka yang secara konsisten bekerja, memberikan solusi nyata, dan membangun perbaikan jangka panjang, bukan hanya dalam momen-momen tertentu yang menarik perhatian publik.

Menjaga Keikhlasan di Tengah Godaan Pengakuan Publik bukan perkara “enteng”.

Karena  media sosial dan teknologi digital memberikan peluang kita tergoda untuk membuktikan kepahlawanan atau kebaikan diri pada orang lain.

Filosofi "sepi ing pamrih" menekankan pentingnya menjaga keikhlasan meskipun mungkin tak ada yang melihat atau memuji.

Ini adalah cara untuk memastikan bahwa kebaikan yang dilakukan tidak semata untuk penampilan, tetapi untuk manfaat yang dirasakan oleh banyak orang.

Dengan demikian, filosofi "sepi ing pamrih, rame ing gawe" adalah pengingat untuk menanamkan ketulusan dalam setiap tindakan kita, terutama di era modern yang serba transparan dan terbuka.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved