Citizen Reporter

Tingkatkan Omzet Bank Sampah di Sampang, Ubhara Surabaya Beri Bantuan Mesin Pemotong Ring AMDK

Bank Sampah Sakera dengan usaha komposting sampah organik, jasa simpanan sampah, dan pengepul sampah nonorganik awalnya beromzet  kecil

Editor: Musahadah
istimewa
PEMBERDAYAAN - Foto kiri: mesin pemotong ring gelas plastik air minum dalam kemasan karya Ubhara Surabaya. Foto kanan: Ketua Tim Pelaksana Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya Agus Kiswantono, MT bersama dengan Mitra Bank Sampah dan Peserta Pelatihan. 

SURYA.CO.ID – Keberadaan bank sampah selama ini mampu memberikan manfaat ganda untuk masyarakat. 

Selain mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), bank sampah juga bisa memberikan nilai guna dan keuntungan ekonomis bagi nasabahnya (penabung sampah). 

Meski demikian, sejumlah permasalahan kerap menghinggapi bank sampah di sejumlah wilayah, seperti  Bank Sampah Sakera di Jalan Aji Gunung RT 002/RW 004, Kelurahan Gunung Sekar, Kabupaten Sampang, Madura. 

Bank Sampah Sakera yang selama ini melakukan usaha komposting sampah organik, jasa simpanan sampah, dan pengepul sampah nonorganik awalnya hanya beromzet  Rp 300 ribu per bulan.  

Minimnya omzet menyebabkan banyak pengurus nonaktif dan mundur satu per satu, hingga akhirnya pada tahun 2019, bank sampah dikelola Abdul Muis.

Baca juga: Dies Natalis ke-43 Ubhara Surabaya: Kampus 2 Segera Diresmikan, RPL Menjangkau Luas

Lambat laun, omzet rata-rata mulai naik menjadi Rp 5 juta per bulan dengan 11 nasabah (KK) tetap dari Kelurahan Gunung Sekar dan 30 nasabah tidak tetap  dari kelurahan/desa lain di Kecamatan Sampang Kota (Banyuanyar, Dalpenang, Rongtengah, Karangdalem, Polagan, dan Tanggumong). 

Meski omzet mulai meningkat, namun permasalahan lain mulai membayangi. 

Abdul Muis, koordinator Bank Sampah Sakera mengungkapkan, selama ini pihaknya hanya bisa menjual sampah gelas air minuman dalam kemasan (AMDK) bekas utuh seharga Rp 2500/kg ke pengepul. 

Padahal, kalau dipotong dan dijual terpisah antara ring dan plastik gelas, bisa dihargai lebih mahal,  sebesar Rp. 1000/kg dan Rp. 6000/kg.

“Rata-rata sehari kami menerima 5 kg sampah gelas plastik dalam kemasan. Artinya, satu bulan rata-rata bisa sampai 150 kg. Kalau gelas plastik ini dijual utuh, kami hanya meraih pendapatan Rp. 375.000 per bulan. Sebaliknya jika ring dan gelas plastik dijual terpisah, pendapatan jauh lebih besar, yakni  Rp. 1.050.000 per-bulan,” ungkap Abdul Muis saat ditemui pada Sabtu (2/8/2025). 

Melihat permasalahan ini, tim Universitas Bhayangkara Surabaya yang terdiri dari Agus Kiswantono (Teknik Elektro), Dewi Cahya Febrina (Teknik Elektro) dan Dr Diana Rapitasari (Ekonomi Manajemen) mengusulkan pendanaan kegiatan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek melalui Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM). 

“Alhamdulllah, setelah melalui tahap seleksi ribuan proposal dari dosen PTN/PTS se-tanah air, proposal PKM lolos dan didanai untuk dilaksanakan di salah satu UMKM Kabupaten Sampang dalam skema program PKM mono tahun,” kata Agus Kiswantono, pada Sabtu (2/8/2025).

Dalam kegiatannya, tim membuat mesin pemotong ring gelas plastik AMDK dengan menerapkan teknologi tepat guna (TTG). 

Mesin dibuat dengan tinggi 80 cm, panjang 60 cm, dan lebar 45 cm serta menggunakan penggerak motor induksi berkapasitas 750 watt. 

Mesin pemotong ring gelas yang menggunakan teknologi tepat guna ini berbeda dengan alat pemotong sebelumnya. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved