Berita Viral

Ingat Pak Alvi Guru Honorer yang Nyambi Kerja Jadi Pemulung? Nasibnya Disinggung Lagi Anggota DPR

Kisah viral Pak Alvi, guru honorer yang masih harus nyambi kerja jadi pemulung, memantik reaksi dari anggota DPR RI, Dede Yusuf.

kolase Tribunnews dan Medsos X
Anggota DPR Dede Yusuf dan Pak Alvi Guru Honorer yang Nyambi Kerja Jadi Pemulung. 

SURYA.co.id - Kisah viral Pak Alvi, guru honorer yang masih harus nyambi kerja jadi pemulung, memantik reaksi dari anggota DPR RI.

Dede Yusuf menilai pemerintah perlu segera meninjau kembali struktur upah guru honorer dan menetapkan standar minimum demi mewujudkan kesejahteraan guru di tanah air.

"Pemerintah perlu segera meninjau kembali struktur upah bagi guru honorer serta menetapkan standar minimum yang jelas agar mereka mendapatkan gaji yang sesuai dengan peran penting yang mereka emban," kata Dede dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, melansir dari ANTARA.

Hal tersebut disampaikan Dede menanggapi kisah seorang guru honorer asal Sukabumi, Jawa Barat, bernama Alvi Noviardi yang viral di media sosial.

Diketahui Alvi Noviardi memulung sepulang mengajar. Memulung menjadi pekerjaan sampingan Alvi selama 36 tahun terakhir untuk menutupi kebutuhan hidupnya.

Baca juga: Rekam Jejak AKBP Tri Suhartanto yang Bantu Pak Alvi Guru Honorer Nyambi Pemulung, Segini Gajinya

Dede memandang kisah Alvi itu merupakan cerminan dan tantangan nyata yang dialami oleh ribuan guru honorer di Indonesia.

Ia mengatakan pemerintah bertanggungjawab besar untuk memastikan kesejahteraan para guru dapat terwujud, termasuk guru honorer.

“Kisah guru Alvi ini menjadi potret buruk penghargaan Negara bagi para tenaga pendidik,” ucap Dede.

Dede menilai walaupun guru honorer berstatus pegawai tenaga harian lepas (THL), tapi pekerjaannya sama beratnya dengan guru ASN.

Dengan demikian, kata dia melanjutkan, guru honorer berhak mendapatkan penghasilan yang layak, bahkan jaminan sosial ketenagakerjaan.

Baca juga: Harta Kekayaan AKBP Tri Suhartanto Kapolres Cimahi yang Bantu Pak Alvi Guru Honorer Nyambi Pemulung

"Guru honorer juga berhak mendapat penghasilan yang layak, jaminan sosial, perlindungan kerja, serta akses yang adil terhadap pelatihan dan pengembangan profesional," kata Dede.

Dede memahami pemerintah sudah berusaha memperbaiki sistem perekrutan guru melalui seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Akan tetapi, ia memandang posisi yang ditawarkan dalam seleksi PPPK belum mampu menampung semua guru honorer di Indonesia.

“Tapi kan proses ini juga enggak mudah. Slot yang diberikan tidak mencukupi untuk guru honorer eksisting yang jumlahnya sangat besar itu,” kata dia.

Dede lalu mengingatkan bahwa faktor kesejahteraan bagi guru berpengaruh terhadap kualitas layanan pendidikan.

"Jangan sampai masa depan penerus bangsa menjadi terdampak akibat kurangnya perhatian negara terhadap kesejahteraan guru," ujar Dede.

Sebelumnya, Alvi Noviardi, atau yang lebih akrab disapa Pak Alvi, menceritakan perjalanan hidupnya hingga bisa menjadi guru honorer yang punya pekerjaan sampingan sebagai pemulung. 

Pak Alvi mengaku, sudah mengumpulkan barang bekas sejak kali pertama masuk kuliah pada 1988 silam. 

Baca juga: Rejeki Nomplok Pak Alvi Guru Honorer Nyambi Kerja Jadi Pemulung, Kini Punya Warung dan Akan Umrah

Barang bekas tersebut kemudian ia jual untuk tambahan membayar kuliah.

Sambil mengenyam pendidikan tinggi, Alvi juga mulai mengajar sebagai guru honorer.

Ia tak pernah malu melakukan pekerjaan tersebut. 

Bahkan, ia menjadi pemulung hingga menikah dan memiliki dua anak.

Kini, sudah 36 tahun Pak Alvi menjadi guru honorer sekaligus pemulung.

Sepulang mengajar, ia mengeluarkan karung yang biasa digunakan untuk mengumpulkan barang bekas.

Tak jarang, ia bertemu dengan para murid atau alumni di jalanan saat sedang mencari barang bekas. 

Pak Alvi tidak langsung menjual barang hasil memulung. Ia akan mengumpulkan barang tersebut selama seminggu.

Hasil yang ia dapatkan dari menjual barang-barang bekas tersebut biasanya hanya berkisar antara Rp 50 hingga Rp 100 ribu setiap minggunya.

"Seminggu paling kekumpul enam karung. Ada gelas plastik dan lainnya."

"Paling mahal itu tembaga, satu kilogramnya Rp 60 ribu, tapi ngumpulinnya lama," ujar Alvi, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.

Baca juga: Kisah Pak Alvi Guru Honorer Nyambi Kerja Jadi Pemulung, Muridnya Tak Malu Menyapa saat Ketemu

Mulai Viral

AKBP Tri Suhartanto
AKBP Tri Suhartanto (Kolase Tribratanews.jabar.polri.go.id)

Kisah Alvi mendadak viral pada akhir 2023 hingga awal 2024.

Sejak itu, banyak uluran tangan yang membantu kehidupannya, termasuk dari Amal Bakti Islami yang membangunkan Alvi sebuah warung untuk menambah penghasilan.

Sejak memiliki warung pada pertengahan 2024, Alvi tidak lagi jadi pemulung.

Kini, setiap bel pulang sekolah berbunyi, Alvi bergegas menuju rumahnya di Kampung Bantar Muncang, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ditemani dua anaknya, Alvi tampak semangat menjalani aktivitas barunya sebagai pemilik warung.

Kini, ia tinggal berdua dengan anak-anaknya setelah istrinya meninggal dunia.

Alvi masih mengajar di satu sekolah, yakni MTS yang beralamat di Mangkalaya, Cisaat, Kabupaten Sukabumi, di mana ia mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved