10 Tahun Kepemimpinan Joko Widodo

Berkat Digitalisasi, Dede Satoe Bisa Jual Sambal Surabaya ke Amerika, Korea hingga Belanda

Sejak 2016, UMKM di Surabaya ini telah menembus pasar sejumlah negara di belahan dunia

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
Co-Fouder sekaligus Eksekutif Director Dede Satoe, Siti Fatimah Febrina ditemui di sela produksi belum lama ini. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Produsen sambal asal Surabaya, Dede Satoe, sukses menjual produknya ke sejumlah negara di belahan dunia dalam kurun waktu 8 tahun terakhir. 

Selain memastikan kualitas produk, Dede Satoe memanfaatkan tranformasi digital dalam memperluas pasarnya. 

"Apabila tanpa digital, sulit rasanya usaha kami bisa berkembang sejauh ini. Proses digitalisasi memang banyak membantu kami, para UMKM, terutama dalam hal pemasaran," kata Co-Fouder sekaligus Eksekutif Director Dede Satoe,Siti Fatimah Febrina saat ditemui di sela produksi belum lama ini. 

Sejak 2016, UMKM ini telah menembus pasar ekspor ke Amerika. 

Hingga saat ini, pasar ekspor meluas hingga Canada, Australia, Belanda dan Korea Selatan. 

"Paling banyak tetap dari pasar Amerika. Kemudian diikuti Kanada dan Australia," katanya. 

Perempuan yang akrab disapa Sifa ini menceritakan awal mula dia bisa menembus pasar ekspor. Hal ini diawali dengan acara seller meet buyer yang berlangsung secara offline. 

"Sebenarnya, buyer dari Amerika tahu produk kami sebelum maraknya online," katanya.

Produknya yang telah mendapatkan sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) lebih banyak dilirik buyer untuk bisa menembus pasar ekspor. 

Sertifikasi tersebut, memberikan bukti jaminan kualitas yang diterbitkan lembaga sertifikasi independen dan merupakan jaminan keamanan pangan, sehingga produk berhasil untuk ekspor ke beberapa negara.

Setelah sukses menembus pasar ekspor ke Amerika, Dede Satoe kemudian memperkuat pasar internasional dengan memanfaatkan digital. Di antaranya, dalam hal promosi.

Mendukung infrastruktur digital, Presiden Joko Widodo pun telah meresmikan Palapa Ring sebagai pembangunan jaringan serat optik nasional yang menghubungkan seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

Proyek ini bertujuan untuk mewujudkan konektivitas digital yang merata di seluruh negeri. 

Bagi UMKM, program tersebut terbukti sukses meningkatkan akses telekomunikasi-informasi, membuka peluang usah, dan lapangan pekerjaan. Di antaranya, dalam hal promosi dan pemasaran lintas wilayah.

Menariknya, promosi yang dilakukan Dede Satoe justru tanpa berbayar (organik). Para konsumen melakukan review produknya secara mandiri melalui platform media sosial yang berujung viral. 

Bahkan, review produk tersebut di antaranya dilakukan chef profesional. 

"Saya justru tahu dari teman-teman kalau sambal kami di-review. Banyak yang suka dan memberikan testimoni di media sosial. Sehingga, promosi di sini memang sifatnya lebih organik," tegasnya.

Tak heran, jumlah ekspor pihaknya terus bertambah tiap tahunnya. 

Dari total produksi selama sebulan, 25 persen di antaranya untuk melayani pasar mancanegara. 

"Pasar utama kami tetap dalam negeri. Produk ini bisa didapatkan di Surabaya, Sidoarjo, Jakarta, Pontianak, Makassar, Sorong, Jayapura hingga beberapa kota lainnya," ungkapnya.

Usaha ini pun turut menyerap tenaga kerja di lingkungan sekitar. Pihak Dede Satoe memperkerjakan 7 orang karyawan reguler dan 15 orang ibu-ibu non-reguler untuk membantu usahanya.

"Untuk karyawan yang reguler ini dia membantu proses produksi. Di luar itu, kami juga mengajak ibu-ibu di sekitar rumah untuk ikut menyiapkan bahan baku seperti memetik cabai," tuturnya. 

Dalam sebulan, UMKM yang telah berdiri sejak 2011 tersebut dapat menghabiskan sekitar 3 ton cabai. Ada sekitar 17 varian rasa yang disiapkan UMKM ini. 

Di antaranya, sambal ikan roa, sambal ikan teri, sambal ikan peda, sambal ikan jambal roti, sambal sereh, sambal ikan klotok dan beberapa varian lainnya. Andalan UMKM ini tetap pada Sambal Surabaya.

"Kami berterima kasih kepada pemerintah atas berbagai kemudahan yang sudah disiapkan bagi UMKM, khususnya melalui digitalisasi. Dengan digitalisasi, omzet kami bisa naik 100 persen," Ujar Sifa.

"Kami dimudahkan, terutama untuk proses pemasaran, perizinan hingga sejumlah aktivitas digital lainnya. Kami terbantu sekali, terutama saat pandemi. Bahkan, saat itu omzet kami untuk ekspor justru naik bersamaan dengan adanya kebijakan WFH (Work From Home)," katanya. 

➢ IKUTI UPDATE BERITA MENARIK LAINNYA di GOOGLE NEWS SURYA.CO.ID

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved