Pembunuhan Vina Cirebon

Kekejaman Iptu Rudiana Dibongkar Saka Tatal dan Para Terpidana Kasus Vina, Otto Sampai Tahan Tangis

Ternyata, Iptu Rudiana tak hanya membiarkan anak buahnya menyiksa para terpidana kasus Vina secara kejam, tapi juga ikut menyiksa. 

Editor: Musahadah
kolase kompas TV/tribun jabar
Kesaksian Saka Tatal yang mengaku disiksa Iptu Rudiana membuat Otto Hasibuan sampai menahan tangis. 

SURYA.co.id - Terungkap peran Iptu Rudiana dalam penyiksaan para terpidana kasus Vina Cirebon pada 2016 silam.

Ternyata, Iptu Rudiana tak hanya membiarkan anak buahnya menyiksa para terpidana kasus Vina Cirebon secara kejam, tapi juga ikut menyiksa. 

Hal ini diungkapkan Saka Tatal saat menjadi saksi di sidang Peninjauan Kembali (PK) terpidana kasus Vina di Pengadilan Negeri (PN) Cirebon pada Kamis (12/9/2024). 

Saka yang kini bebas setelah dihukum 8 tahun penjara di kasus ini, mengaku masih ingat wajah-wajah polisi yang menyiksanya saat dia berusia 15 tahun di tahun 2016 silam. 

Satu wajah yang tidak pernah dilupakan itu adalah Iptu Rudiana. 

Baca juga: Gelagat Jaksa Jati Pahlevi Ditantang Sumpah Saka Tatal saat Sidang PK Terpidana Kasus Vina Cirebon

Saka mengaku dipukul pakai tangan hingga diinjak badannya oleh ayah Eky tersebut. 

"Berapa kali saya lupa karena banyak yang mukul, bisa dibilang 20 orang lebih. Yakin Rudiana ikut melakukan," kata Saka Tatal

Diungkapkan Saka, penyiksaan itu sudah mulai terjadi saat dia dan 8 temannya yang ditangkap anggota Iptu Rudiana masuk ke unit Narkoba Polres Cirebon Kota. 

Saat itu dia tidak tahu apa-apa terkait kasus yang membuat polisi begitu berinngas. 

Diakui, pemeriksaan para tersangka ini dilakukan secara terpisah. 

Saat di ruang unit narkoba Polres Cirebon Kota itu, dia disetrum dan diinjak-injak. 

Alat setrum kotak ada tombolnya seperti charger ponsel yang ditempekan ke seluruh bagian tubuhnya hingga merasakan kesakitan yang luar biasa. 

Tak hanay itu, mata Saka bengap karena ditonjok polisi berpakaian seragam. 

"Saya disuruh mengaku, katanya teman-teman kamu udah pada ngaku. Pak, saya salah apa. 
Saka gak pernah melakukan apapun yang melanggar hukum," ungkap Saka. 

Saat mau masuk sel, Saka juga dipukul pakai gembok. Dan ketika di dalam sel kepalanya diadu dengan teralis besi. 

Selama disel itu Saka mengaku diberi makan, namun nasi yang diberikan itu dilempar ke mukanya sehingga kocar-kacir. 

Setelah itu, dia disuruh memakannya tanpa menggunakan tangan, tapi pakai mulut langsung mengambil di lantai. 

"Kenapa gak pakai tangan?," tanya kuasa hukum terpidana, Otto Hasibuan

"Nanti disiksa lagi, saya udah gak kuat, gak bisa nahan. Yang dewasa udah mengakui," ungkap Saka sambil menangis. 

Saka juga mengungkap perlakuan polisi yang menjepit tangannya pakai kursi besi hingga membuat tangannya bengkok. 

Mendengar hal itu, ketua majelis hakim Arie Ferdian langsung meminta Saka maju ke depan menunjukkan kondisi tangannya yang bengkok. 

"Ini dinjek pakai kursi besi, di atasnya ada orangnya," ungkap Saka.

Pengakuan Saka sempat membuat Otto Hasibuan tak tahan dan menghentikan pertanyaannya beberapa saat. 

Saat itu Saka mengaku dipaksa membalsem mata dan kemaluannya dengan balsem dan cabe kering oleh oknum polisi. 

"Posisi waktu di dalam sel. Sama cabe kering ke alat kelamin. Kalau gak mau disiksa lagi," ungkap Saka. 

Tak hanya itu, Saka juga mengaku diberi satu botol air kencing untuk diminum bersama terpidana lainnya.

 "Air kencing satu botol besar, disuruh minum," ungkap Saka hingga membuat Otto terdiam menahan tangis. 

Iptu Rudiana Makin Terpojok

Hadi Saputra, terpidana kasus Vina Cirebon menceritakan perlakuan kejam anak buah Iptu Rudiana.
Hadi Saputra, terpidana kasus Vina Cirebon menceritakan perlakuan kejam anak buah Iptu Rudiana. (youtube kompas TV)

Eko Ramdani, salah satu terpidana kasus Vina juga mengungkap kesaksian soal perlakuan kepolisian, termasuk Iptu Rudiana.

Eko Ramadani menceritakan, pada tanggal 31 Agustus 2016 itu dirinya ditangkap oleh Rudiana dan anggotanya di depan SMPN 11 Cirebon.

Eko kemudian dibawa ke Unit Narkoba Polres Cirebon Kota bersama para terpidana lainnya.

Saat masuk ke dalam ruangan, kata Eko, polisi kemudian membawa Sudirman dan Jaya.

"Gak lama kemudian Jaya ngomong 'iya Eko ini'. Saya sempat ngomong ke Hadi 'itu mabok apa?' 'iya mabok' 'yaa Allah ada aja'," kata Eko Ramadani dikutip dari Kompas TV, Kamis (12/9/2024).

Setelah itu lanjut Eko, dirinya pun tidak banyak ditanya lagi oleh Iptu Rudiana dan anggotanya.

"Langsung dipisahin, dipencarin, dipukulin habis-habisan," kata Eko.

"Setelah itu diinjak-injak, diperlakukan yang tidak seharusnya dilakukan ke manusia," tambahnya.

Eko mengaku awalnya tak tahu siapa yang memukuli ia dan teman-temnnya.

Namun akhirnya setelah di Polda Jabar ia baru tahu sosok Iptu Rudiana.

"Setelah tahu ada gak orang itu (Rudiana) mukul kamu?," tanya kuasa hukum 7 terpidana, Jutek Bongso.

"Ada, sempet di tengah-tengah ruangan tahanan pas Hadi dipukul gembok, Eko juga dapat perlakuan sampai sobek di bagian hidung," kata Eko sambil menangis.

Di sana Eko dipaksa mengaku ikut dalam permbunuhan Vina dan Eky.

"Terus disuruh ngakuin, kan ada pengakuan Jaya saya yang ngejar-ngejar. Katanya 'udah ngapain sih mesti harus gak, harus iya (ngaku)," ungkapnya.

Tak hanya Eko Ramadani, Rifaldy alias Ucil juga mengaku dipukuli oleh Iptu Rudiana.

Menurutnya pada tanggal 1 September 2016 Iptu Rudiana datang ke Polsek Utara Barat bersama anggotanya.

Saat itu Ucil sudah ditahan dalam perkara senjata tajam.

Ucil menegaskan kalau saat itu dirinya belum tahu kalau Iptu Rudiana adalah ayah Eky.

"Mereka datang, tiba-tiba nanyain itu, kamu tahu gak kejadian yang di flyover ini. Saya bilang gak tahu pak, saya udah 3 hari di sini, kejadian apa pak?," kata Ucil.

Kemudian Ucil pun dipaksa mengaku dengan cara kepalanya dibenturkan oleh Rudiana dan anggotanya.

"Saya dijedot-jedotin, di situlah saya mulai berontak, 'apa-apaan pak'," ujarnya.

Setelah itu Ucil pun dipaksa mengaku dan dipertemukan dengan Sudirman.

Sudirman pun menyebut kalau Ucil adalah Andika, dan setelah itu mereka dibawa ke Polres Cirebon Kota.

Ucil pun dibawa ke Unit Narkoba Polres Cirebon Kota dan dipaksa mengaku membunuh dan memperkosa.

Dirinya pun ingat betul kalau oknum yang memukulinya itu adalah Iptu Rudiana.

"Di polsek saya dijedot-jedotin sama dia (Rudiana) sama anggotanya, itu tanggal 1 September 2024," tandas Ucil.

Pengakuan serupa diucapkan Hadi Saputra, terpidana kasus Vina Cirebon  lainnya.

Hadi yang menjadi saksi mahkota untuk 5 terpidana lain mengungkap, saat tewasnya Vina dan Eky pada 27 Agsutus 2016, dia tidur di rumah kontrakan milik Kahfi (RT Pasren) bersama sembilan temannya. 

Hadi dan 9 temannya itu baru bangun esok harinya, tanggal 28 Agustus 2016 setelah dibangunkan RT Pasren.

Baca juga: Dukung Iptu Rudiana Dihadirkan di Sidang PK Terpidana Kasus Vina, Pakar: Keterangan Bisa Dibatalkan

Hadi bahkan baru mengetahui tewasnya Eky dan Vina di fly over Talun setelah dua hari kejadian. 

Karena tak tahu menahu, Hadi pun melakukan aktivitas seperti biasa. 

Baru, pada tanggal 31 Agustus 2016 saat tengah berkumpul dengan teman-temannya dia ditangkapi polisi dari unit Narkoba Polres Cirebon Kota. 

Saat itu lah penderitaan Hadi dan teman-temannya dimulai. 

Saat ditangkap dia sudah ditempeleng oleh polisi hingga disuruh jalan jongkok menuju kantor Unit Narkoba Polres Cirebon Kota. 

Setelah itu dimulailah pemeriksaan. 

Saat itu yang diperiksa pertama adalah Sudirman dan Jaya ditempat terpisah dengan Hadi dan yang lainnya. 

"Waktu itu saya mendengar anggota bilang, udah catutin saja nama teman-teman kalian," ungkap Hadi. 

Saat itu, Hadi mendengar Jaya mengatakan kalau Eko yang nguber korban dan dia yang memukul. 

Jaya mengatakan itu seperti orang ketakutan. 

Gak lama setelah itu polisi masuk ke ruangannya. 

"Kita semua langsung dipukul diinjek-injek. Banyak polisi. 

Pakai tangan, pakai kaki. Apa aja yang disitu. 

Saya cuma mikir, ini ada apa kok begini," ungkap Hadi dengan terbata-bata menahan tangis. 

Mendapat penganiayaan itu Hadi langsung memikirkan rencana pernikahannya yang hanya tinggal 2 minggu ke depan.

"Saya mikir, saya ini gimana pernikahan saya. 2 mingguan lagi. Saya habis dipukulin," ungkapnya sambil menangis.  

Di sela penganiayaan itu, datang seorang polisi yang mengatakan bahwa salah satu orang yang ada di sana adalah ayah dari korban.

"Datang lagi, saya mendengar seorang polisi mengatakan: 'Kalian tahu gal, siapa yang kalian bunuh'. 

Siapa pak, tahu juga enggak kejadian. 'Ini bapaknya," katanya. 

Saat itu Hadi tidak sempat melihat sosok polisi yang dimaksud, namun seiring berjalannya waktu , polisi itu adalah Iptu Rudiana, Kanit Narkoba Polres Cirebon Kota saat itu.

Setelah itu, mereka dipukuli terus hingga akhirnya Hadi dipanggil untuk diperiksa di ruangan terpisah. 

Di ruangan itu, Hadi disuruh jongkok hingga dipukul sampai muntah darah dari mulut dan hidungnya. Setelah itu dia ditinggal sendirian.

Sesudah itu, hampir maghrib mereka dibawa ke ruang tahanan, tapi tidak masuk ke sel. 

"Kami disuruh jongkok. Disitu tangan saya dipukuli pakai penggaris besi. Agak lama itu, di situ saya paling ingat, anggota bernama pak Anwar. Dia ambil gembok pukul-pukul kepala saya," katanya masih dengan suara terbata-bata menahan tangis. 

Hadi menceritaka saat itu gembok itu sampai nancap di kepala hingga darah segar keluar seperti air mancur. 

"Luka buktinya masih ada apa," katanya. 

Saat itu, luka itu tidak diobati, hanya ditempeli bubuk kopi.

Setelah itu, seorang temannya mengaku haus dan meminta minum. 

"Gak tahunya dikasihnya air kencing," ungkap Hadi dengan tangisan yang lebih keras. 

Melihat hal itu, ketua majelis hakim langsung menskors sidang, memberi waktu Hadi untuk bisa menenangkan diri. 

Sementara itu, Iptu Rudiana pernah membantah melakukan penganiayaan kepada para tersangka.

Bahkan ia berdalih hanya mengamankan, bukan menangkap para terpidana.

"Saya enggak nangkap ya, saya hanya mengamankan saja."

"Beda ya nangkap dan saya amankan, karena saat itu saya baru tahu mereka pelakunya," ujar Rudiana.

Rudiana juga menegaskan bahwa tuduhan penganiayaan yang dilayangkan kepadanya tidak benar.

"Soal penganiayaan itu tidak ada. Tidak ada penganiayaan," ucapnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Pengakuan Eko Bongkar Boroknya Perlakuan Iptu Rudiana Saat Interogasi Terpidana Kasus Vina Cirebon

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved