SURYA Kampus

Diskusi ICAS di Unair, Soroti Hubungan Antara Manusia dan Sungai di Era Kolonial dan Masa Kini

Rangkaian acara The 13th International Convention of Asia Scholars (ICAS) terus berlangsung di Gedung ASEEC Tower Ruang A8.01, Universitas Airlangga

Penulis: Eko Darmoko | Editor: Cak Sur
Istimewa
International Convention of Asia Scholars (ICAS) di Gedung ASEEC Tower Ruang A8.01, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kampus Dharmawangsa-B, Rabu (31/7/2024). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Rangkaian acara The 13th International Convention of Asia Scholars (ICAS) terus berlangsung. Acara ini berlangsung di Gedung ASEEC Tower Ruang A8.01, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kampus Dharmawangsa-B.

Pada sesi kedua, terselenggara panel diskusi yang membahas tentang interaksi manusia dan sungai yang keduanya saling berkaitan.

Diskusi ini berfokus pada ruang lingkup Asia Tenggara, dengan tema Human-riverine interactions in Southeast Asia III, Rabu (31/7/2024).

Freek Colombijn dari Vrije Universiteit Amsterdam membuka sesi panel ICAS ini dengan paparan tentang hubungan manusia dan sungai di masa lampau. Pada era kolonial antara tahun 1800 hingga 1870, perkembangan kota tanpa perencanaan menyeluruh di Indonesia membawa dampak signifikan terhadap sungai-sungai. Hal itu dikarenakan sungai menjadi sumber utama semua kebutuhan manusia.

Antara tahun 1942 hingga 1970, Indonesia mengalami urbanisasi yang sangat pesat tanpa perencanaan yang memadai, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Periode ini ditandai dengan lonjakan populasi yang cepat akibat urbanisasi, industrialisasi, dan migrasi dari desa ke kota. Pembangunan kota yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan berbagai masalah lingkungan dan infrastruktur.

Pada tahun 1970 hingga 2020, hipermodernisasi dan investasi yang pesat di Indonesia memiliki dampak signifikan pada tata kelola sungai. Pembangunan infrastruktur canggih dan ekspansi urban yang cepat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sering kali mengabaikan kebutuhan untuk perencanaan dan pengelolaan sungai yang berkelanjutan. Hal ini juga turut menyumbang dampak buruk pada sungai-sungai di Indonesia.

"Masalah-masalah ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk perencanaan urban yang lebih baik dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Hal itu guna mengatasi dampak negatif dari urbanisasi yang tidak terencana," papar Freek.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair, Purnawan Basundoro menambahkan, bahwa air adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, di mana ada manusia, di sana ada air.

Indonesia, sebagai negara tropis di garis khatulistiwa yang memiliki curah hujan tinggi dipastikan memiliki pasokan air melimpah. Curah hujan yang konsisten sepanjang tahun, bersama dengan banyaknya sungai, mendukung kehidupan dan pertanian di seluruh kepulauan.

Meski demikian, pengelolaan sumber daya air tetap penting untuk menghadapi tantangan seperti perubahan iklim dan urbanisasi.

Purnawan menjelaskan, pada masa kolonial, sungai-sungai di Jakarta dan Surabaya memainkan peran krusial sebagai sumber utama kehidupan dan penggerak ekonomi.

Di Jakarta, Sungai Ciliwung tidak hanya menyediakan air bersih bagi penduduk, tetapi juga berfungsi sebagai jalur transportasi utama, memfasilitasi perdagangan dan mobilitas antara berbagai daerah di kota.

"Demikian pula di Surabaya, Sungai Kalimas berperan penting dalam kegiatan perdagangan dan distribusi barang, membantu menghubungkan pelabuhan dengan pusat-pusat perdagangan lokal," tutur Purnawan.

Kedua kota tersebut, dengan sungai-sungai yang mengalir melalui pusat-pusat aktivitas mereka, mencerminkan bagaimana infrastruktur alami ini sangat vital dalam mendukung kehidupan sehari-hari dan pertumbuhan ekonomi pada masa itu. Sungai-sungai ini bukan hanya sekadar aliran air, tetapi juga sebagai urat nadi yang menyokong kehidupan urban dan ekonomi kolonial di Indonesia.

Namun, meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan bangunan kota menjadikan beberapa sungai mulai tercemar. Urbanisasi yang pesat mengakibatkan pencemaran sungai karena limbah industri dan rumah tangga yang sering dibuang langsung ke aliran air tanpa pengolahan yang memadai.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved