Berita Viral

Pantesan Kuliah Gratis di UGM, Tabiat Anak Pencari Rumput Tampak Sejak Kecil, Prestasi Tak Main-main

Pantesan Bisa Kuliah Gratis di UGM, Tabiat Anak Pencari Rumput Ini Sudah Tampak Sejak Kecil. Prestasinya Tak Main-main.

kolase laman UGM
Gigih Anak pencari rumput yang bisa kuliah gratis di UGM. Tabiatnya Tampak Sejak Kecil, Prestasi Tak Main-main. 

SURYA.co.id - Kisah perjuangan Gigih Indah Sukma Halwai, anak pencari rumput, bisa kuliah gratis di UGM ramai jadi sorotan.

Pantas saja Gigih bisa kuliah gratis di UGM, tabiatnya sejak kecil sudah terlihat.

Prestasi Gigih juga tak main-main di bidang Fisika.

Sejak kecil, Gigih menunjukkan tekad dan kegigihannya dalam mengejar pendidikan.

Mimpi berkuliah di UGM ia upayakan dengan rajin belajar dan mengikuti berbagai perlombaan.

Baca juga: Perjuangan Anak Petani Singkong Bisa Kuliah Gratis di UGM, Cita-cita Terinspirasi dari Najwa Shihab

Hasilnya, Gigih berhasil meraih berbagai prestasi, termasuk medali perak dan perunggu di olimpiade fisika dan gelar juara 1 di kompetisi inovasi sains tingkat provinsi.

Anak ketiga dari empat bersaudara ini memang gemar belajar fisika.

Ia aktif mengikuti klub belajar fisika di sekolahnya.

Di klub ini, ia terbiasa membahas soal-soal olimpiade maupun membuat kreasi alat inovasi. Meski terkenal sulit, soal-soal fisika membuatnya merasa senang dan tertantang.

Gigih bersyukur, sang ayah, Muhidin (59), selalu mendukung cita-citanya.

Sosok Muhidin jugalah yang memantik semangat Gigih untuk mengejar pendidikan setinggi-tingginya.

Muhidin tidak pernah memaksa Gigih untuk menjadi juara kelas, baginya yang terpenting adalah Gigih rajin belajar dan memiliki karakter yang baik.

“Saya sebagai orang tua selalu memberikan motivasi, apa pun pandangan atau pendapatnya tidak pernah saya bantah."

"Kalau cita-cita Gigih baik bagi hidupnya di dunia dan akhirat, saya berdoa semoga Tuhan mengabulkan."

"Kalau kuliah di UGM baik untuk hidup Gigih ke depan, keluarga tentu mendukung,” ucap Muhidin, melansir dari laman UGM.

Muhidin, pria asal Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuhan Haji,  Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, harus menjalani peran sebagai seorang ayah dan ibu bagi keempat putranya.

Baca juga: Sosok Johan Vylvius Rajaguguk, Anak Petani Masuk FEB UGM Tanpa Tes dan Dapat Beasiswa Sampai Lulus

Sejak istrinya, Purnawati, meninggal dunia pada 2019 lalu, Gigih berjuang sendiri menafkahi sekaligus merawat anak-anaknya.

Bukan hal mudah bagi Muhidin. Apalagi, perkembangan anak bungsunya agak terhambat. 

Saat sang istri masih hidup, Muhidin fokus pada profesinya sebagai guru honorer

Sementara Purnawati mengurus toko kelontong yang ada di depan rumahnya.

Penghasilan dari toko digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sepeninggal sang istri, toko tersebut tidak ada yang mengurus sehingga tak ada lagi pemasukan.

Muhidin hanya mengandalkan penghasilan dari mengajar sebagai guru Matematika di MAS NW Korleko.

Dengan penghasilan sebesar Rp 2 juta per bulan, Muhidin harus putar otak untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Terlebih, pada Desember ini, ia tidak lagi menerima uang sertifikasi karena telah memasuki usia pensiun.

Meski masih diperbolehkan mengajar, penghasilannya akan berkurang drastis karena hanya mendapat gaji pokok 500.000 rupiah per bulan.

“Untuk tambah-tambah, setelah mengajar, saya juga ngarit rumput untuk pakan sapi,” ujar Muhidin.

Meski penghasilannya sebagai guru honorer pas-pasan, Muhidin selalu berupaya memenuhi kebutuhan putrinya bernama Indah Sukma Halwai (17), yang punya keinginan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Meski awalnya merasa berat karena memikirkan biaya yang tak sedikit, Muhidin pun akhirnya merestui Gigih mendaftar kuliah di UGM.

Kabar bahagia datang ke Muhidin ketika Gigih dinyatakan diterima kuliah gratis di UGM, karena mendapatkan subsidi UKT 100 persen.

Saat itu, ia dan Gigih terkejut bukan main hingga sang anak harus memeriksa layar beberapa kali.

Ia pun turut memeriksa layar Simaster Gigih dan mendapati bahwa benar, kuliah sang anak di UGM gratis hingga lulus nanti.

Baca juga: Kisah Guru Honorer Nyambi Mengarit Rumput Demi Nafkahi Keluarga, Kini Senang Anak Bisa Kuliah di UGM

Kini, ia dan Gigih tinggal menunggu pengumuman beasiswa KIP Kuliah.

“Saya sangat merasa terbantu dengan adanya subsidi UKT, khususnya dalam keadaan ekonomi yang sulit seperti ini,” ucapnya berterima kasih sambil berdoa agar subsidi ini dapat dimanfaatkan Gigih dengan sebaik-baiknya.

Menjelang keberangkatan Gigih ke Yogyakarta, Muhidin tak henti-hentinya memberikan nasihat.

Ia mengingatkan Gigih untuk selalu menjaga tutur kata dan perilaku di tanah rantau, serta memanfaatkan subsidi yang diterima secara maksimal.

Tak lupa, ia juga berpesan agar Gigih selalu disiplin menunaikan shalat lima waktu.

“Nanti, setelah di Yogyakarta, jaga diri baik-baik. Jaga baik-baik apa yang keluar dari mulut sebab bila salah, itu bisa membahayakan. Bertutur kata yang lemah lembut, sabar, dan jangan lupa sholat,” pesannya.

Gigih tak henti mengucap syukur saat dinyatakan diterima di program studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM.

Ia menjadi satu-satunya murid MAN 1 Lombok Timur yang berhasil masuk UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tahun ini.

“Deg-degan, nangis, bahagia, semuanya campur. Saya masih tidak percaya bisa diterima di UGM lewat SNBP. Di sekolah saya, jarang ada yang lulus SNBP,” ceritanya haru saat ditemui di rumahnya yang berada di Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuhan Haji,  Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Dalam kisah lain, Moses Patibang tak pernah menyangka dirinya yang hanya anak petani singkong bisa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. 

Selain kuliah, Moses juga mendapatkan beasiswa penuh selama kuliah. 

Keberhasilan Moses ini menjadi prestasi juga bagi sekolahnya, SMA Negeri (SMAN) 3 Toraja. 

Moses menjadi satu-satunya alumnus SMAN 3 Toraja tahun 2024 yang diterima di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024.

Kuliah di UGM sudah menjadi impian Moses sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). 

Untuk mewujudkan impiannya, anak bungsu dari tiga bersaudara ini mati-matian mempertahankan nilai dan prestasinya sejak duduk di bangku SMA.

Selama 3 tahun di bangku SMA, ia selalu mendapat peringkat 5 besar di sekolah.

Perjuangan anak bungsu dari tiga bersaudara asal Tana Toraja ini pun tak sia-sia.

Ia diterima kuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi UGM.

Namanya juga terdaftar sebagai calon mahasiswa penerima KIP Kuliah.

Bahkan saat registrasi, ia mendapat subsidi UKT (Uang Kuliah Tunggal) 100 persen.

Alasan utama Moses mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, lantaran terinspirasi dari idolanya, Najwa Shihab. 

"Saya ingin memiliki kemampuan berbicara di depan publik yang baik seperti Najwa Shihab dan kalau sudah lulus kelak saya bercita-cita ingin menjadi dosen," harapnya.

Setelah Moses kuliah di UGM, Natan akan hidup seorang diri.

Keberhasilan Moses ini momen membanggakan sekaligus mengharukan bagi sang ayah, Natan Kapitong (55).

Apalagi Moses bisa kuliah di UGM tanpa dipungut biaya alias gratis.

Pria yang sehari-hari menjadi petani singkong dan tukang ojek panggilan ini tak pernah menyangkan anak ketiganya bisa kuliah.

Mengingat, selama ini hidup mereka sangat jauh dari kata cukup.

Dalam lima tahun terakhir, Natan menjadi orangtua tunggal dan menghidupi ketiga anaknya.

Untuk hidup sehari-hari, Natan mengandalkan penghasilan dengan jumlah rata-rata penghasilan kurang dari Rp 500.000 per bulan.

Anak petani singkong yang diterima di UGM Yogyakarta
Anak petani singkong yang diterima di UGM Yogyakarta (Kompas.com)

Keluarga Natan tinggal di rumah kayu yang jauh dari kota dan pemukiman warga, di Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja.

Untuk menuju rumahnya, hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan setapak berbatu yang licin.

Akses jalan juga hampir tanpa penerangan, dan berlumpur di tengah hutan kecil.

Untuk membiayai kehidupannya dan anak-anaknya, Natan masih harus dibantu anak pertamanya yang bekerja sebagai buruh bangunan di Papua dan membantu bayar biaya kuliah anak keduanya di salah satu universitas swasta di Toraja.

Keterbatasan ekonomi menjadi alasan Natan untuk meminta Moses agar menunda keinginan melanjutkan ke bangku kuliah.

Kalau pun terpaksa, ia meminta untuk memilih kampus yang tidak jauh dari Toraja.

Akan tetapi, Moses terus bersikeras dan meyakinkan dirinya jika pilihan kuliah di UGM harus terwujud demi masa depannya kelak.

Natan pun melunak, saat tahu Moses mendaftar lewat jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2024.

Yang dilakukannya hanyalah berdoa untuk kelulusan sang anak tercinta.

Sampai tibalah pada 26 Maret 2024 silam. Moses menghadiri suatu acara ibadah di gereja.

Perasaan Moses mulai campur aduk ketika akan membuka pengumuman SNBP di ponselnya.

Sambil berlari dan teriak sekeras-kerasnya, seperti ingin mengabarkan siapa saja kabar baiknya.

"Puji Tuhan, saya lulus UGM. Saya lulus UGM!"

Begitu haru dan senangnya, hingga membuat seluruh jemaat dan sang Pendeta ikut bahagia karena berita baik Moses hari itu.

Dia juga berharap, semoga UGM dapat selalu memberi kemudahan dan bantuan kepada Moses selama menempuh kuliah.

Natan juga berharap Moses dapat tepat waktu menyelesaikan kuliah di UGM, belajar yang tekun, dan sebuah kebanggaan jika anaknya mampu menjadi contoh bagi masyarakat.

Selama nanti menuntut ilmu di UGM, Natan berpesan agar Moses yang akan berangkat meninggalkan Toraja untuk selalu ingat dan mengandalkan Tuhan dalam setiap aktivitasnya kelak.

"Moses tidak akan berada di titik ini tanpa campur tangan Tuhan," ungkapnya.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved