Berita Viral
Perjuangan Kakak Beradik Anak Guru Honorer Masuk ITB, Berkali-kali Gagal, Kini Kariernya Mentereng
Kisah perjuangan kakak beradik anak guru honorer memang cukup menginspirasi. Berkali-kali gagal masuk ITB, kini jadi orang sukses.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
Saat itu, ayah Melly yang berjualan bubur keliling harus menutup usahanya.
Ia kemudian menjadi pekerja serabutan sebagai tukang cat rumah.
Sementara ibunya sudah meninggal dunia.
Kegigihan Melly akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil lulus dari program studi (prodi) Teknik Metalurgi ITB dengan meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Cum Laude, yakni 3,6.
Selain itu, Melly mampu merampungkan studinya hanya dalam waktu 3,5 tahun.
Atas prestasinya ini, Melly merasa bangga dan terharu karena bisa menyelesaikan pendidikannya.
"Saya sangat senang karena pada akhirnya menamatkan perjuangan kuliah dan tugas akhir saya dengan hasil yang cukup memuaskan," ungkap Melly, dikutip dari laman Puslapdik Kemdikbud, Jumat (15/32024).
Momen bahagia Melly selepas sidang skripsi diabadikan oleh dosen pembimbingnya, Imam Santoso.
Imam mengaku turut senang atas keberhasilan dari anak didiknya tersebut.
"Sebagai anak dari kaum minoritas, dan tidak mampu dimana ayahnya hanya pedagang bubur, dan Melly juga membantu ekonomi keluarga dengan jualan online, ia terlihat percaya diri dan tidak malu, dan kuliahnya sangat sungguh-sungguh, "kata Imam.

Usut punya usut, ternyata Melly merupakan satu-satunya yang menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sarjana di keluarganya.
Sang kakak hanya bisa menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SMA.
Begitu pun ayah Melly hanya tamatan SD. Pun, almarhumah ibu Melly.
"Sebenarnya mereka sangat ingin kedua anaknya bisa memperoleh gelar sarjana, namun kenyataan berkata lain, hanya saya yang mau dan bisa lulus kuliah, kakak saya mungkin memilih jalan hidup lain, " ujarnya.
Kesukaan Melly dalam belajar ternyata jarang ditemui di lingkungan rumahnya.
Meskipun tinggal di wilayah perkotaan, tetapi Melly melihat warga di sekitarnya kurang peduli terhadap pendidikan.
Rata-rata warga di sana merupakan pedagang informal dan pelaku usaha kecil.
"Memang ada yang melanjutkan hingga jenjang perguruan tinggi, namun persentasenya sangat kecil. Mayoritas menikah setelah lulus SMP ataupun SMA, "ujar Melly.
Kepergian sosok yang dicinta ke pangkuan Tuhan membuat Melly ingin menunjukkan prestasi-prestasinya demi sang ibu. Sejak SD-SMP, Melly langganan masuk peringkat tiga besar.
Saat masa SMA, Melly rajin mengikuti olimpiade sains dengan fokus di mata pelajaran matematika dan fisika. Selain itu, Melly juga pintar berbahasa Mandarin dan Inggris.
"Saat kelas 3 SMA pernah memperoleh juara 3 lomba bahasa Mandarin di Universitas Maranatha dan lolos ke babak semifinal olimpiade kimia UNY, "kata Melly.
Untuk melanjutkan kuliah, beruntungnya Melly meraih beasiswa KIP Kuliah.
Melly mengungkap beasiswa tersebut sangat berkontribusi dalam menamatkan S1-nya.
"Seandainya tidak ada bantuan KIP Kuliah, saya tidak tahu, mungkin akan sulit sekali untuk bisa berkuliah karena ekonomi keluarga sangat tidak mendukung," jelas Melly.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.