Versi SIR 2024, Bidang Keilmuan Pendidikan UM di Peringkat 1 Nasional dan 96 Tingkat Internasional

Versi Scimago Institutions Rankings (SIR) 2024, bidang keilmuan pendidikan Universitas Negeri Malang (UM) meraih peringkat pertama di tingkat nasional

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Cak Sur
Istimewa
Universitas Negeri Malang 

SURYA.CO.ID, MALANG - Versi Scimago Institutions Rankings (SIR) 2024, bidang keilmuan pendidikan Universitas Negeri Malang (UM) meraih peringkat pertama di tingkat nasional. Serta berada di posisi ke 96 di tingkat internasional.

SIR merupakan salah satu lembaga pemeringkatan internasional terkemuka dalam menilai kualitas dan prestasi institusi pendidikan tinggi di seluruh dunia.

Rektor UM Prof Dr Hariyono MPd menyatakan mengapresiasi hasil dari SIR 2024.

"Lembaga pemeringkatan tersebut mengambil data-data yang dimiliki perguruan tinggi. Kami tidak memberikan input. Dari data itu kemudian mereka bisa membuat pemeringkatan," jelas Hariyono saat ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (3/5/2024).

Informasi hasil pemeringkatan itu diperoleh pada awal Mei 2024

"Jika UM dalam aspek ilmu pendidikan menjadi nomer satu di Indonesia tidak mengejutkan kami. Sebab pada data pemeringkatan global seperti di THE (Times Higher Education) masuk di peringkat 300 an," katanya.

Ditambahkannya, hasil SIR diapresiasinya sebagai pendapat dari lembaga luar.

"Itu akan jadi motivasi UM yang sejak awal berdirinya berkecimpung di dunia pendidikan dan menjaga marwah pendidikan," kata Rektor.

Salah satunya adalah bagaimana menjaga kualitas dan layanannya untuk terus dikembangkan sesuai tuntutan zaman. SIR biasanya mengumumkan hasilnya setiap tahun.

Atas hasil itu, UM ingin melakukan tata kelola kampus yang sesuai SDG's (Sustainable Development Goals). Dalam SDG's itu ada 17 item. Yang ingin dilakukan UM selama ini kekuatannya di pendidikan, maka layanan kualitas pendidikan ingin dijadikan pintu masuk untuk penyelesaian problem-problem permasalahan yang ada di SDG's.

Salah satunya masalah kemiskinan yang tak mungkin diselesaikan tanpa ada peningkatan kualitas masyarakat. Juga masalah energi terbarukan yang tidak bisa diselesaikan tanpa pendidikan juga hingga problem perubahan iklim.

"Contoh sederhana, mayoritas masyarakat Indonesia memiliki ternak. Dan ternak menghasilkan kotoran. Jika terdidik, maka pengelolaan kotoran bisa menjadi energi ramah lingkungan," papar Hariyono.

Maka UM akan jadikan layanan dan kualitas pendidikan sebagai basis sekaligus penanganan problem pembangunan yang dikaitkan dengan SDG's.

Rektor berharap, nantinya bidang keilmuan lain bisa masuk peringkat di SIR. Maka bidang ilmu lain juga ditingkatkan.

Ia mencontohkan adanya pusat unggulan iptek di UM yaitu CAMRY (Centre of Advanced Materials for Renewable Energy) sudah dua tahun berturut-turut (2022 dan 2023) selalu masuk klaster satu.

Di beberapa lembaga pemeringkatan lain, bidang lain juga masuk seperti science, psikologi, akuntansi dan lainnya.

"Di beberapa aspek kami akan terus belajar agar layanan pendidikan baik di ranah pendidikan dan non pendidikan terus berkembang. Termasuk prodi Komunikasi. Kami sebagai perguruan tinggi memiliki PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) jadi cerminan baik di bidang tata kelola informasi dan dokumen," jelasnya.

Ini bisa jadi juga jadi bagian peningkatan dari prodi Komunikasi. Untuk itu masyarakat bisa memberikan masukan untuk kualitas pendidikan di UM.

Bukan hanya di ilmu pendidikan. Tapi lainnya dituntut tumbuh berkembang agar bisa jadi bekal mahasiswa UM dalam mencari pekerjaan.

Karena itu, pada tahun ini UM menerima mahasiswa berprestasi yang memiliki kemampuan bahasa dunia/bahasa Inggris.

Yaitu jika memiliki nilai Toefl di atas 550 dan IELTS di atas 6,5 dipertimbangkan masuk UM. Tanggung jawab UM tak hanya bangga pada ilmu pendidikan.

Ketika pada 1999 menjadi universitas, maka ilmu pendidikan tidak boleh kurang. Dan non ilmu pendidikan harus berkembang dan berkualitas. Ia mencontohkan pada Teknologi Informasi yang sudah memiliki jenjang S1 hingga S3.

Terpisah, Utomo Pudjianto, Kasubdit Pemeringkatan UM menambahkan, pada tahun lalu, peringkat UM di bidang pendidikan di nomer satu hingga sekarang secara nasional serta masuk peringkat internasional.

"Alhamdulilah seperti itu. Kami tidak pernah submit data sebenarnya ke SIR jika dibanding pemeringkatan yang lain seperti THE. Tapi effort SIR ini baik bagi perguruan tinggi yang mengejar peringkatnya terutama di publikasi. Sebab data basenya di Scimago adalah Scopus," jelas Utomo.

Ini ada bagian terkait eksistensi perguruan tinggi di dunia maya.

"Sebelumnya kan sudah ada webometrics. Namun sebagian kecil indikatornya tidak muncul Scimago," ujarnya.

Bobot besar di SIR adalah di publikasi Scopus dosen, jurnal perguruan tinggi yang terindeks Scopus dan jumlah dosen yang masuk author yang populer dengan sitasinya.


Ikuti Berita Menarik Lainnya di Google News SURYA.co.id


Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved