KRONOLOGI Kematian Santri di Jambi yang Viral Berkat Hotman Paris, Awalnya Disebut Tersengat Listrik

Inilah kronologi lengkap kematian santri di Jambi yang kembali viral berkat Hotman Paris turun tangan.

kolase Tribun Jambi
Hotman Paris dan orangtua santri di Jambi yang viral kematiannya janggal. Smak kronologi lengkapnya. 

SURYA.co.id - Terungkap kronologi lengkap kematian santri di Jambi yang kembali viral berkat Hotman Paris turun tangan.

Ternyata, korban berinisial AH (13) ditemukan meninggal dunia dalam keadaan telungkup.

Awalnya pihak ponpes mengira AH meninggal akibat tersengat listrik.

Tapi hal itu terbantahkan dengan hasil autopsi.

Kronologi lengkap kasus ini diungkapkan oleh Kapolres Tebo, AKBP I Wayan Arta Ariawan.

Baca juga: Berkat Hotman Paris, Kematian Santri di Jambi Kembali Viral, Terungkap Kondisi Ngeri Jenazah Korban

Berikut rangkuman kronologinya melansir dari Tribun Jambi.

1. Ditemukan Kondisi Telungkup

Kematian AH (13), seorang santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Mujawwidin terjadi pada Selasa (14/11/2023) antara pukul 17:42 WIB hingga 17:56 WIB.

Ponpes itu berlokasi di Unit 6 Desa Tirta Kencana, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo.

Kronologis kejadian berawal dari salah satu santri berinisial FRR sekira pukul 18:00 WIB, mengecek toren air di lantai 3 asrama An-Nawawi Ponpes Raudhatul Mujawwidin.

Kemudian FRR menemukan AH dalam keadaan telungkup dan kepala sedikit miring serong ke arah kanan serta tangan lurus mengarah ke atas kepala.

"Selanjutnya saksi santri berusaha membangunkan almarhum, namun tidak bangun.

Selanjutnya saksi menyampaikan hal tersebut ke anak-anak santri lainnya dan pengurus pondok pesantren," kata Kapolres Tebo, AKBP I Wayan Arta Ariawan, Minggu (17/3/2024).

Baca juga: KEKEJAMAN Pelaku Pencurian Berujung Pembunuhan di Gresik, Tusukan Menembus Hati dan Jantung

2. Disebut Tersengat Listrik

Kemudian, beberapa santri dan pengurus ponpes memeriksa keadaan korban dan mengangkat korban lalu membawa ke Klinik Rimbo Medical Center Rimbo Bujang.

Berdasarkan pemeriksaan klinik dinyatakan Airul telah meninggal dunia dan disertai surat kematian yang menerangkan penyebab kematian karena kecelakaan atau tersengat arus listrik.

Lalu, korban kembali dibawa ke ponpes untuk disholatkan dan setelahnya pengurus membawa jenazah korban ke rumah duka di Dusun Kumpul Rejo, Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo.

"Namun sebelum sampai ke rumah duka, komunikasi dari orangtua korban, jenazah dibawa dulu ke RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo untuk dilaksanakan visum luar," kata I Wayan.

3. Orangtua Sempat Tolak Autopsi

Pihak kepolisian sempat menyampaikan kepada orangtua korban bahwa penyidik siap jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Saat itu, orangtua korban menolak untuk diautopsi karena akan dimakamkan.

Setelah tiga hari kemudian tepatnya pada Jumat, orangtua korban menghubungi penyidik untuk dilakukan autopsi.

"Selanjutnya penyidik koordinasi dengan dokter forensik di Jambi. Dan dilaksanakanlah autopsi pada Senin 20 November 2023," kata Wayan.

Baca juga: Nasib Santri dan Pondok Nuswantoro Usai Gus Samsudin Ditahan, Mengapa Baru Ditutup Sekarang?

4. Penyidik Periksa Saksi

Selama menunggu hasil autopsi keluar sekira dua pekan, penyidik melaksanakan pemeriksaan saksi-saksi.

"Jumlah saksi yang sudah diperiksa adalah sebanyak 47 orang saksi. Terdiri dari 36 orang santri, 9 orang pengurus ponpes, 1 dokter klinik dan 1 dokter RSUD Sultan Thaha Saifuddin," ungkapnya.

5. Hasil Autopsi

Kemudian, pada 6 Desember 2023 hasil autopsi keluar. AKBP I Wayan sebut dari hasil autopsi menerangkan bahwa penyebab kematian Airul Harahap adalah adanya patah batang tengkorak dan pendarahan pada otak.

"Selanjutnya penyidik menyampaikan hal tersebut kepada orangtua korban baik secara lisan maupun SP2HP," ujarnya.

6. Tak Ada Perkembangan

Namun, empat bulan berjalannya kasus itu hingga kini, belum ada tersangka yang ditetapkan Polres Tebo karena kekurangan alat bukti.

Baca juga: Pengakuan Keluarga Korban Pencurian Berujung Pembunuhan di Gresik, Mertua Heran dan Dugaan Suami

Saat ini, polisi mengantongi barang bukti baju berupa baju korban, CCTV, hp dan beberapa bukti lain yang masih dalam pendalaman.

"Ada beberapa CCTV yang aktif dan bisa kami jadikan petunjuk yang selama ini kami jadikan patokan terkait dengan apa kegiatan sesaat, sebelum dan setelah kejadian," ujarnya.

7. Mengadu ke Hotman Paris

Karena tak kunjung adanya perkembangan dari kepolisian, Salim Harahap dan istri selaku orangtua Airul berangkat ke Jakarta menemui pengacara kondang Hotman Paris.

Kasus ini semakin viral, karena Hotman Paris menggungah enam postingan di media sosial instagramnya menyoroti kasus itu pada Sabtu (16/3).

Dalam keterangannya, dia meminta agar kapolri dan kadiv propam turun tangan untuk mengungkap kasus itu.

Salim mengaku langkah itu ditempuh keluarga untuk mencari rasa keadilan.

"Semuanya dilakukan untuk mencari keadilan, sudah jalan lima bulan kasus kematian anak saya tapi sampai sekarang belum ada perkembangan," kata Salim.

Dalam kasus ini, berdasarkan SPDP yang sebelumnya dikirimkan polisi ke Kejaksaan Negeri Tebo, diterapkan pasal 351 tentang penganiayan.

Kasusnya Kembali Viral

Berkat pengacara kondang Hotman Paris Hutapea, kasus kematian santri di Jambi kembali viral.

Belakangan terungkap kondisi mengerikan jenazah korban yang awalnya disebut meninggal dunia karena tersengat listrik.

Hasil otopsi terjadap jenazah korban menunjukkan korban  diduga mengalami penganiayaan karena batang tengkoraknya patah dan alami pendarahan otak.

Diketahui, seorang santri berinisial AH (13) meninggal dunia di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Tebo, Jambi, pada Selasa 14 November 2023.

Penanganan kasus ini sempat berhenti lama dan kembali viral setelah orang tua AH mengadukan kasus tersebut ke pengacara kondang Hotman Paris Hutapea untuk meminta bantuan hukum.

Orangtua korban mengaku menemukan kejanggalan atas meninggalkan anaknya tersebut.

Melalui video yang beredar di media sosial, kedua orang tua AH mengatakan keluarga tidak diberi kabar ketika anaknya meninggal dunia.

"Tiba-tiba setelah maghrib orang itu membawa anak kami dalam kondisi sudah dikafani. Dan kami juga tidak diberi kabar atas meninggalnya anak kami," ungkap keterangan unggahan video yang viral di media sosial X, dulunya Twitter itu.

Dalam unggahan tersebut, korban diduga meninggal karena dianiaya.

Dugaan itu muncul lantaran adanya luka di bagian mulut korban.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved