SURYA Kampus
Sosok Jeki Perwira TNI yang Jadi Lulusan Terbaik S3 di UB, Dulu Jual Anting Istri untuk Biaya Kuliah
Inilah sosok Lettu Jeki Saputra yang jadi wisudawan terbaik S3 di Universitas Brawijaya Malang. Dulu jual anting istri untuk biaya kuliah.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Kisah perjuangan Lettu Jeki Saputra dalam menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya Malang memang sangat menginspirasi.
Perwira TNI tersebut sempat kehabisan biaya saat menempuh studi S1 dan S2 nya di UB.
Jeki pun sampai menjual anting istrinya untuk biaya kuliah.
Perjuangannya pun kini berbuah manis.
Jeki berhasil menjadi wisudawan terbaik jenjang doktor di Universitas Brawijaya (UB).
Lettu Jeki lulus jenjang S3 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Fisika dengan IPK 3,81.
Baca juga: Cerita Alumni Unpad Lulus dengan IPK 3.98, Ingin Lanjut S2 Demi Kembangkan Industri Peternakan
Bahkan dari capaiannya ini, ia menjadi satu-satunya Doktor Bidang Fisika di TNI AD.
Dilansir dari laman Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Lettu Jeki menulis desertasinya yang berjudul "Analisis Penilaian Tingkat Tremor Tangan Penembak Berdasarkan Aspek Pengalaman dalam Latihan Menembak”.
Melalui penelitian ini, dia berhasil mengembangkan sebuah prototype alat yang dapat menganalisis tingkat tremor penembak.
Lalu, memungkinkan evaluasi ketenangan penembak saat bernafas, dan berpotensi meningkatkan akurasi dan ketepatan sasaran dalam proses latihan menembak prajurit TNI AD.
Dari Kampung Pedalaman
Di balik pencapaiannya itu, terdapat kisah teladan perjuangan seorang prajurit Bintara TNI AD yang berasal dari keluarga kurang mampu asal pedalaman Sumatera ini.
Jeki meniti karier dari bawah hingga saat ini dengan berbekal tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah, Seperti dilansir dari podcast dalam saluran Youtube Penerangan Poltekad, Jeki menceritakan masa lalunya.
Jeki lahir di Sungai Abang, Desa Siabu, Kampar, Riau. Dia mengatakan orangtuanya tidak lulus Sekolah Dasar (SD).
Walau begitu, hal itu bukan menjadi masalah baginya dalam mengejar dan meraih cita-citanya. Dia menceritakan, jika kampungnya sangat minim penerangan.
Baca juga: Momen Haru Anak Guru Ngaji Lulus S2 Unair, Kuliah Lewat Jalur Fast Track dan Pernah Dapat Beasiswa
Listrik hanya ada saat malam hari dan hanya ada tiga genset yang dimiliki seseorang di desanya.
"Saya tinggal di suatu kampung dan sampai sekarang pun masih disebut dengan pedalaman. Kampung saya itu paling terakhir karena jarak dengan kampung sebelumnya itu sekitar 10-11 kilometer, jadi lewat hutan-hutan," tutur Jeki.
Jeki bercerita, dulu saat membeli sepatu selama enam tahun sekolah hanya mampu membeli sebanyak tiga kali.
"Kalau kekecilan, jari itu kan nekuk, nah sepatu bagian belakang itu diinjak," jelas dia.
Masalah biaya, memang menjadi kendalanya melanjutkan sekolah.
Dia sendiri saat itu berhasil sampai sekolah jenjang menengah, kemudian mendaftar TNI.
"Saya waktu itu daftar, saya penuhi.
Waktu tidur siang dibangunkan kakak saya. Terus saya disuruh liat pengumuman. Padahal jarak ke tempat pengumuman 70 km," ungkap dia.
Ternyata, dia berhasil lulus.
Lalu, dia mengikuti pelatihan sampai pada hari kelulusan Bintara PK 11.
Hanya pada saat kelulusan, orangtuanya tidak bisa datang karena ekonomi.
Baca juga: Sosok Jojo Rohi yang Sebut Ada Operasi Senyap Porak-porandakan Kubu 01 dan 03, Eks Aktivis Surabaya
"Semua (bintara) keluarganya datang. Bawa karpet merah terus duduk di bawah pohon. Saya mau deket, kan ga enak. Jadinya saya ngumpet di kamar mandi," tegas dia.
Keinginan Jeki untuk terus menimba ilmu juga semakin kuat. Dia mendaftar S1 di Universitas Gajayana Malang hingga lulus pada tahun 2011.
Selanjutnya, dia mendapat saran sekaligus perintah dari sang senior untuk melanjutkan ke jenjang Pascasarjana.
"Akhirnya saya baca Bismillah dan niat nuntut ilmu, langsung lah saya tulis nama dan ditandatangani sama Kadev," sebut dia.
Jeki pun mengaku saat menjalani pendidikan S1 dan S2 di Universitas Brawijaya (UB) dengan menggunakan biaya pribadi.
"Waktu semester dua mulai (kekurangan biaya), saya jual anting istri saya. Karena itu saya berterima kasih pada ibu dan istri saya yang selalu support," kata dia.
"Saya berpesan kepada semua mahasiswa jangan pernah menyerah dan jangan pernah gengsi dalam meraih cita-cita," pungkas dia.
Lulus S2 Statistik UB Berkat Beasiswa Bidikmisi
Kisah lainnya datang dari seorang mahasiswi S2 Program Studi Statistik Universitas Brawijaya (UB) Malang berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4.00.
Ia adalah Ulfah Maisaroh.
Ulfah menyelesaikan studi magisternya dengan masa studi 6 bulan saja.
Baca juga: Dulu Saingan Lesti Kejora dan Bangun Rumah Mewah, Pedangdut Ini Kini Bertahan Hidup dari Job Nikahan
Bukan tanpa alasan, rupanya Ulfah cepat menyelesaikan studi magister berkat program Fast Track yang ada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
"Saat semeter 7, saya sudah bisa mengambil mata kuliah program magister semester 1,“ kata wanita asal Lumajang ini, dilansir dari laman UB, Sabtu (2/3/2024).
Perjuangan Ulfah kuliah S2 tidaklah mudah.
Terlahir dari keluarga sederhana tentu membuatnya kesulitan biaya kuliah.
Apalagi ayahnya yang merupakan pensiunan karyawan Tata Usaha di SMP di Lumajang sudah meninggal dunia.
Tak habis akal, Ulfah yang saat S1 mendapatkan Beasiswa Bidikmisi, memutuskan untuk menabung uang dari Kartu Indonesia Pintar (KIP) kuliah.
Ia menabung sebagian uang saku dari Beasiswa Bidikmisi untuk bekal lanjut S2 ditambah sedikit tabungan pensiun dari ayahnya.
"Saat Covid-19 kan tinggal di rumah. Jadi uang yang ditabung itu lebih banyak. Nah dari situ juga ditambah bantuan dari uang pensiunan almarhum,” jelasnya.
Ulfah juga dimudahkan karena program magister hanya membayar 50 persen selama semeter 1 dan 2.
Ia menceritakan bagaimana ia suka matematika.
Ulfah tertarik pada statistika karena senang Matematika saat masih duduk di bangku SMA.
Namun, Ulfah tidak ingin masuk jurusan Matematika murni.
Akhirnya saat SNMPTN, Ulfah memilih Statistika.
Kegigihannya di saat S1 pun tidak sia-sia, ia mendapatkan IPK 3,84 dengan masa studi 3 tahun 10 bulan.
Kemudian saat S2, ia bisa lulus cepat karena ia tidak mengikuti ujian akhir tesis.
Sebab penelitian untuk tesisnya berhasil dipublikasikan di Jurnal Nasional Sinta 2, yakni BAREKENG : Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan serta JTAM (Jurnal Teori & Aplikasi Matematika).
Baca juga: Nasib Alumni UB Penerima Beasiswa LPDP Usai Tolak Kerja di Perusahaan Minyak, Prestasinya Melejit
Ulfah mengangkat penelitian berjudul ‘Pengembangan Model Struktural pada Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total Moderasi SEM Multigrup Model pengukuran SEM Multigrup’.
Penelitian ini tentang Structural Equation Modeling (SEM) yang merupakan pemodelan statistika multivariat yang melibatkan hubungan antar variabel dan model indikator dengan variabel latennya secara simultan.
SEM terus berkembang, hingga muncul pendekatan multigrup untuk data yang berasal dari dua atau lebih populasi.
Belum ada penelitian yang membahas tentang pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dengan moderasi multigrup.
Usaha Ulfah ini juga dikarenakan kebiasaannya pada saat kuliah S1. Salah satunya dengan mempersiapkan belajar materi yang akan dibahas di perkuliahan dan melakukan diskusi kelompok.
“Saya tipe orang yang belajar harus sambil nulis dan mengerjakan contoh soal. Biasanya dari situ saya cepat paham,” ungkapnya.
Setelah lulus S2, Ulfah berharap bisa bekerja di dunia pendidikan.
"Sekarang mau coba-coba tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) Dosen, saya pingin ngajar," tukasnya.
Jeki Saputra
Universitas Brawijaya Malang
lulusan terbaik
perwira TNI
SURYA Kampus
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Ksatria Muda Unair akan Taklukkan Gunung Arjuno Demi Kontribusi Hijau |
![]() |
---|
FKG Unair Gandeng Pemkab Pasuruan dan PDGI, Edukasi Kesehatan Gigi dan Penanganan Bibir Sumbing |
![]() |
---|
Perjuangan Ulin Nuha, Mahasiswa UGM Akhirnya Dapat Beasiswa di Jepang Setelah Gagal Seleksi 3 Kali |
![]() |
---|
Cegah Kanker Serviks, Dokter FK Unair : Jadikan Pap Smear Gaya Hidup, Periksa Setahun Sekali |
![]() |
---|
Dukung Smart Eco Campus, ITS Larang Mahasiswa Baru Gunakan Kendaraan Bermotor Selama PKKMB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.