Wawancara Eksklusif

Menjadi Politisi PDI Perjuangan, Novita Hardini Kampanyekan Program Prioritas Ganjar-Mahfud

Menjadi Caleg DPR RI dapil Jatim VII, Novita Hardini akan turut andil dalam pemenangan paslon Ganjar-Mahfud di dapilnya

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID
Talkshow bersama Novita Hardini, Istri Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang juga maju nyaleg DPR RI dapil Jatim VII dari PDI Perjuangan tentang Para Istri Bupati Rame-rame Nyaleg. Talkshow digelar di studio Tribun Jatim Network. 

SURYA: Pemilu saat ini kan sudah kurang dari sebulan. Bagaimana anda memanfaatkan waktu yang tersisa ini?

Novita Hardini: Pertama, 25 hari ini saya akan manfaatkan bagaimana Pak Ganjar dan Pak Mahfud ini sudah tersosialisasikan sampai ke pelosok daerah yang ada di Kabupaten Trenggalek. Tinggal penguatan.

Kedua, melalui digital media sosial.

Kemudian yang ketiga melalui penguatan-penguatan pendataan yang sudah masuk pada kami.

Nah sebenarnya satu bulan terakhir ini adalah bagaimana membicarakan masalah teknis. Karena saya sendiri sudah berbasis Pemilu digital. Jadi pendataan saya tidak lagi pakai Excel saja tapi sudah ada aplikasi.

Jadi bahan-bahan dari siapa yang sudah kami data ini, menjadi bahan acuan ketika reses nanti. Datanya lengkap sampai isu perdapil.

Sampai hari ini, insya Allah sudah sekitar 145 ribu yang masuk di aplikasi ini. Tapi belum bonus-bonus suaranya yang memang tingkat ketersukaan pada saya tinggi. Jadi tinggal memberikan penguatan dan penambahan.

Saya sudah menggunakan aplikasi ini sudah sejak November, dan aplikasi ini diberikan oleh DPP PDI Perjuangan. Inilah kenapa saya sebut PDIP adalah partai politik yang paling siap bertransformasi digital.

SURYA: Kembali ke Pilpres. Bagaimana anda melihat sosok Pak Ganjar dan Pak Mahfud?

Novita Hardini: Pak Ganjar pertama orangnya merakyat. Pengalaman DPR RI 2 periode, gubernur 2 periode, saya selalu melihat beliau turun ke masyarakat.

Kemudian, kedua, kebijakan-kebijakan beliau terbukti mampu bermanfaat. Termasuk ketika beliau menjadi gubernur, beliau menjadi gubernur terbaik di Indonesia.

Kemudian beliau itu masih muda, ramah kalau ditanya, sopan dan juga ganteng. Saya bangga kalau punya presiden nanti dengan sosok Pak Ganjar.

Pak Ganjar adalah orang yang paling tepat meneruskan programnya Pak Jokowi.

Kenapa bukan Prabowo, karena Prabowo bukan Jokowi. Pak Prabowo enggak bisa blusukan seperti Pak Jokowi.

Prof Mahfud MD saya mengenal dari Mas Arifin, karena sudah mengenal beliau ketika mas Arifin waktu itu mendukung Pak Prabowo di 2014.

Mengenal Pak Mahfud sebagai bapak bagi kami. Beliau jujur dan berani. Beliau saya lihat dengan mata kepala saya sendiri sangat-sangat sederhana. Termasuk dari dua sosok ini yang paling saya lihat adalah sosok calon Ibu negaranya. Saya berharap Ibu Atikoh jadi Ibu negara. Beliau mudah membaur.

SURYA: Terakhir, anda ini kan dikenal sebagai sosok komplet. Ibu rumah tangga, punya aktifitas sebagai Ketua TP PKK Trenggalek dan aktivis perempuan. Selain itu juga pengusaha. Bagaimana anda membagi waktu.

Novita Hardini: Pertama sebagai perempuan ini, saya mendengar sebuah kajian ketika saya mengaji. Perempuan itu harus menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan.

Nah ini memang saya alami betul, ketika saya menganggur di rumah pikiran saya itu bisa dibawa ke mana-mana. Perempuan secara naturalnya mudah menggunakan emosinya. Sehingga kalau tidak didasari oleh ilmu pengetahuan yang baik, maka dia tidak tahu bagaimana menempatkan emosional ini di tempat yang pas.

Nah kenapa seharusnya sebagai perempuan itu harus bangga ketika punya banyak kesibukan. Karena dengan banyaknya kesibukan itu, tidak ada satu celah pikiran negatif, perbuatan negatif atau bahkan membiarkan hati kita itu merasakan sakit hati.

Apakah karena ketidaksempurnaan pasangan kita, ketidak sempurnaan keluarga kita atau mungkin ketidaksempurnaan sebuah kondisi yang memang kita alami setiap harinya. Jadi kalau sudah terbiasa menyibukkan diri, biasanya kita itu sudah punya pola dan sistem bagaimana setiap masalah itu fokusnya pada solusi. Jadi solusi oriented.

Cara membaginya pertama mulai dari yang sederhana. Kalau yang belum kuliah, maka kuliah. Dari kuliah kita mulai dibiasakan untuk kritis ada isu apa ya ini, kira-kira kenapa solusinya apa.

Setelah kuliah sudah selesai, coba aplikasikan melalui gerakan nyata. Ada organisasi apa itu, teman-teman kita bikin organisasi apa. Kemudian setelah organisasinya berjalan dikembangkan. Terus networking-nya dikembangkan. Nah sampai pada akhirnya perjuangan-perjuangan kita tuh menemukan polanya sendiri.

Pertama yang saya lakukan adalah time management, kalau memang tidak bisa dikerjakan satu waktu bersamaan, maka delegasi menjadi penting.

Apa yang harus didelegasikan dan ketika semua bersamaan, harus tahu skala prioritas.

Ketika anak sakit, saya harus prioritaskan mereka. Parenting jadi kualitas.

Kemudian yang kedua, saya selalu dari tujuh hari itu ya ada satu hari yang saya gunakan untuk organisasi dan pekerjaan. Sisanya untuk PKK, untuk masalah politik.

Sabtu Minggu saya gunakan untuk suami saya. Ketika itu saya gunakan untuk diskusi.

Kalau katanya Bung Karno, perempuan itu sama seperti sayap merpati. Perempuan dan laki-laki sama seperti sayap merpati. Jadi dua-duanya harus mengepak sama kuatnya dan seirama. Sehingga kalau salah satu sayap patah, maka merpati tidak bisa terbang. Jadi ada kesetaraan. Bagi saya, merpati semacam kebermanfaatan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved