Penemuan Jasad Ayah dan Anak di Koja

KATA Kriminolog soal Istri Bos Travel di Koja, Diam saat Tahu Suami dan Anak Tewas: Semacam Tren

Ada satu hal yang ditemukan oleh ahli kriminolog saat menilik kasus penemuan jasad ayah dan anak di Koja yang membusuk.

Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Surya.co.id
Ahli kriminolog menyoroti perilaku istri bos travel umroh di Koja yang tewas membusuk di dalam rumah. Singgung soal tren di Jepang. 

SURYA.CO.ID - Ada satu hal yang ditemukan oleh ahli kriminolog saat menilik kasus penemuan jasad ayah dan anak di Koja yang membusuk.

Ahli kiriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala menyoroti sikap istri bos travel yang diketahui hsnya diam saat tahu suami dan anaknya tewas hingga membusuk di dalam rumah.

Perilaku istri bos travel itu disangkutkan dengan sebuah tren yang berkembang di Jepang yakni, Hikikomori.

Baca juga: NASIB Saksi Kunci Tewasnya Bos Travel Umrah dan Anaknya di Koja Memprihatinkan, Mau Dites Kejiwaan

Melansir Tribun Jakarta, Hikikomori adalah adalah gaya hidup tertutup dan enggan keluar rumah berhubungan dengan orang lain seperti mengurung diri.

Pada kasus penemuan jasad ayah dan anak di Koja, istri Hamka, tidak mengabarkan kematian suami pada warga. Bahkan, dia hidup bersama jasad suami dan anak selama hampir dua minggu.

Adrianus Meliala menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat orang menutup diri.

Misteri kematian ayah dan anak di Koja, sedikit demi sedikit sudah mulai diselidiki oleh pihak kepolisian. Sejumlah fakta lain mengenai kasus itu pun telah diungkap ke publik.
Misteri kematian ayah dan anak di Koja, sedikit demi sedikit sudah mulai diselidiki oleh pihak kepolisian. Sejumlah fakta lain mengenai kasus itu pun telah diungkap ke publik. (Kolase Surya.co.id)

Salah satunya adalah karena kondisi ekonomi yang miskin sehingga menimbulkan minder.

Ataupun karena kondisi kaya raya yang membuatnya enggan bergaul dengan orang yang tidak setara.

"kalau dari orang yang ekonomi bawah, atau orang dari ekonomi atas itu masing-masing memperlihatkan situasi seperti itu."

"Bawah, yang miskin misalnya, merasa minder, tidak merasa pantas misalnya untuk bergaul."

"Sementara dari keluarga (ekonomi) atas, hampir sama, yakni tidak merasa bahwa kalangannya, tetangganya, kerabatnya itu pantas untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan dia, saking kayanya," kata Adrianus di program Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Kamis (2/11/2023).

Selain kondisi ekonomi, Adrianus juga berbicara tentang hikikomori yang bisa saja dilakoni sang istri, Nur Hikmah.

Menurut Adrianus, sesaorang yang melakoni hikikomori bahkan sudah mempersiapkan kematiannya di tengah laku sunyinya.

"Ada semacam satu tren baru di Jepang yakni yang dalam bahasanya disebut sebagai Hikomori kalau gak salah."

"Semacam budaya atau tren untuk menarik diri. Bahkan mempersiapkan diri untuk menuju kematian," paparnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved