Berita Kota Surabaya

Lestarikan Budaya dan Berdayakan Ekonomi Nelayan, Mahasiswa Perkapalan ITS Gelar Balap Perahu Layar

Mahasiswa yang akrab disapa Rana ini menerangkan, acara ini bertujuan untuk meningkatkan wisata di pesisir Surabaya.

surya/bobby constantine koloway
Mahasiswa Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggelar Surabaya Fisherman Sailing Competition (SFSC) 2023, Sabtu - Minggu (30/9-1/10/2023). 


SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA - Mahasiswa Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ikut memberikan perhatian kepada para nelayan perahu layar di Kota Pahlawan. Melalui Surabaya Fisherman Sailing Competition (SFSC) 2023, mereka menggelar lomba balap perahu layar di pesisir Kota Pahlawan, Sabtu - Minggu (30/9-1/10/2023).

Balap perahu itu berlangsung di sekitar Taman Suroboyo, Jalan Pantai Kenjeran, Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, dan diikuti oleh para nelayan di sekitar kawasan ini. Total ada 38 peserta yang ikut ambil bagian pada ajang tersebut.

"Kami menyajikan beberapa lomba. Di antaranya yang utama adalah lomba balap perahu layar dan lomba kapal indah," kata Ketua Pelaksana SFSC 2023, Pradnya Darana Wiratama dikonfirmasi di sela acara.

Dari jumlah peserta tersebut, diambil 6 peserta terbaik. "Mereka mendapatkan hadiah untuk juara 1, 2, dan 3. Serta, juara harapan 1, 2, dan 3," katanya.

Mahasiswa yang akrab disapa Rana ini menerangkan, acara ini bertujuan untuk meningkatkan wisata di pesisir Surabaya. Dampak ikutannya, bertujuan untuk mengerek ekonomi warga sekitar.

"SFSC untuk meningkatkan ekonomi di kawasan Kenjeran. Dengan mengundang pengunjung yang menyaksikan lomba ini, maka ada manfaat bagi pelaku UMKM yang berjualan makanan maupun produk lainnya. Khususnya yang ada di Taman Suroboyo ini," jelas Rana.

Dari pantauan di lokasi, memang tampak pengunjung di Taman Suroboyo memadati area ini. Beberapa di antara penonton turut mengabdikan momen melalui gawai mereka.

Kegiatan ini menjadi bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan Departemen Teknik Perkapalan tiap tahunnya. "Harapannya, para nelayan semakin semangat serta ada efek ekonomi juga yang dirasakan masyarakat," katanya.

Selain dari sisi ekonomi, acara ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya perahu layar. Diakui. perkembangan teknologi seperti mesin membuat perahu layar sebagai bagian dari budaya mulai dilupakan.

"Kami merasakan ini sebenarnya tradisi. Sebab berlayar kan merupakan budaya, khususnya yang ada di sekitar sini. Dari kita, inginnya budaya nelayan Kota Surabaya tak hilang," tambahnya.

Untuk melestarikan budaya perahu layar, pihaknya mengakui tidaklah muda. Operasional perahu layar sebagai teknologi tradisional memadukan cuaca, peralatan yang cukup, fisik yang prima, hingga ketangkasan mengoperasikan kapal.

Dalam hal cuaca misalnya, ajang ini juga harus memperhatikan pasang surut air laut hingga kecepatan angin. "Sebenarnya acara ini digelar awal September. Tetapi karena surut, acaranya baru bisa dilakukan di akhir September," katanya.

"Selain itu, tantangan terbesarnya adalah joki (pengendara). Untuk bisa menahan kapal, harus kuat bahkan ada yang sampai berdarah-darah. Harus menyesuaikan dengan arah angin. Jadi keterampilan joki ini memang sangat mempengaruhi dalam mengendalikan kapal," ia menjelaskan.

Terutama, dalam menentukan arah perahu. "Sebab, untuk mau belok saja, harus menarik bambu, kapal dibelokin, baru membentang layar. Sehingga joki harus terampil dalam mengendalikan kapal dan layar di waktu yang bersamaan," tegasnya.

Apabila saat meraih angin, kemiringan kapal terlalu tajam maka air bisa terlalu banyak yang masuk ke kapal. Termasuk saat melakukan manuver dalam berbelok. "Kalau air terlalu banyak yang masuk, kapal bisa tenggelam," urainya.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved