Citizen Reporter
Ubah Sampah Organik Jadi Kompos dengan Takakura ala Mahasiswa KKN Ubhara
Permasalahan sampah di Desa/Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo menjadi perhatian serius mahasiswa KKN Ubhara Surabaya.
SURYA.CO.ID - Sampah menjadi masalah serius bagi warga Desa/Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Hal ini sesuai dengan hasil survei kelompok 13, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya.
Ketika melewati sungai Desa Candi, tumpukan sampah banyak tergeletak di pinggir sungai, baik sampah organik ataupun anorganik.
Ini menandakan kurangnya pengetahuan warga desa Candi dalam mengelola sampah menjadi produk bermanfaat.
Winoto, Kepala Desa Candi mengakui hal itu. “Sampah menjadi permasalahan cukup serius di sini,” katanya.
Fakta ini membuat kelompok 13 yang dibimbing Vera Rimbawani Sushanty, SH MH memilih Desa Candi sebagai lokasi KKN yang dilaksanakan mulai tanggal 20 hingga 29 Mei 2022.
Baca juga: Memberi Nilai Lebih Ubi Cilembu, Mahasiswa KKN Ubhara Buat Inovasi Produk Olahan Baru
”Dengan hasil survei itu, kami memutuskan mengangkat tema Manajemen Sampah Rumah Tangga dan Penghijauan. Tujuannya membantu warga Desa Candi dalam mengatasi permasalahan sampah,” terang Muhammad Ery Kushermawan, anggota kelompok 13.
Untuk mengatasi permasalahan ini, mereka mengajak warga desa mendaur ulang sampah menjadi pupuk kompos menggunakan alat komposter Takakura.
Untuk itu, mereka mendatangkan mengundang aktivis lingkungan Linda Ariska Ambarsari.
Kegiatan diawali sosialisasi di Balai Desa Candi yang diikuti warga setempat pada Selasa (24/5/2022).
Linda Ariska Ambarsari menjelaskan sekaligus mengajarkan cara daur ulang sampah menjadi kompos menggunakan komposter Takakura.
“Komposter Takakura merupakan teknik pengomposan menggunakan keranjang cucian baju atau wadah cat bekas yang berlubang dilapisi kardus,” Kata Linda sembari menyiapkan perlengkapan untuk pengomposan dengan alat komposter Takakura.
Daur ulang dimulai dengan meletakkan sampah organik yang telah dicacah kecil di keranjang Takakura yang sudah diisi bantalan sekam.
Kemudian diaduk menggunakan centong plastik dan disiram dengan air yang sudah tercampur EM4 (Efektif Mikroorganisme 4). Setelah tercampur rata, baru ditutup dengan bantalan sekam di bagian atas.
“Alat Takakura ini akan memproses sampah organik tersebut dalam waktu 3 bulan. Dan selama 3 bulan sebaiknya rutin melakukan pengisian ulang sampah organik setiap hari,” ujar Linda.
Setelah 3 bulan, Takakura akan menghasilkan pupuk kompos alami yang dapat digunakan sebagai media penyubur tanaman.
“Kegiatan pengelolaan sampah organik dengan alat komposter Takakura ini memang sederhana, namun kita sudah ikut menjaga bumi agar bumi juga menjaga kita,” kata Linda.
Tampak warga Desa Candi antusias mengikuti sosialisasi tersebut. Mereka pun aktif bertanya ke Linda.
“Saya berterima kasih kepada Mahasiswa Ubhara karena kami menjadi mengerti bahwa sampah bekas rumah tangga seperti potongan sayur atau buah ternyata dapat dijadikan sebagai pupuk kompos yang cukup berguna untuk kegiatan bercocok tanam,” Kata Sucipto, salah satu warga desa Candi yang telah mengikuti sosialisasi.

Setelah sosialisasi, agenda selanjutnya penghijauan bersama siswa-siswa sekolah dasar dan MI daerah Candi.
Kegiatan dimulai pemberian arahan dan pengetahuan dasar mengenai lingkungan hidup yang bertujuan agar anak anak dapat mengetahui mengapa harus menjaga alam serta mengetahui cara menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Mereka lalu mengajak perwakilan kelas 4 SD dan MI untuk menanam bersama.
Botol plastik yang sudah dicat warna warni dijadikan sebagai pot.
Muhammad Rafly Apriansyah, anggota kelompok 13 mengatakan, kegiatan penghijauan perlu dilakukan meskipun sederhana.
“Ini bertujuan agar lingkungan sekitar Sidoarjo khususnya daerah Candi ini dapat terjaga dengan baik, melalui warga dengan melakukan pengelolaan sampah organik ataupun adek adek SD dan MI yang tahu apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan sekitar,” Ujar Rafly.
Sebagai kenangan, kelompok KKN 013 Ubhara Surabaya memberikan beberapa alat kebersihan seperti tempat sampah terbuat dari bambu yang dapat digunakan untuk sampah anorganik serta dari plastik untuk sampah organik.
“Pemberian beberapa alat kebersihan tersebut bertujuan agar dapat digunakan sebagai media menjaga kelestarian lingkungan sekitar khususnya di desa Candi Sidoarjo,” tegas Rafly.
Penulis:
Nadia Ajeng Putri Andini
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bhayangkara Surabaya
nadiaajeng82@gmail.com