Berita Trenggalek
Komplotan Penipu Bermodus Bantuan Sosial Sasar Lansia di Kabupaten Trenggalek
Komplotan yang terdiri dari empat orang itu beraksi pada Senin (4/4/2022) di rumah-rumah warga di Kabupaten Trenggalek.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Polisi Trenggalek menangkap komplotan penipu bermodus bantuan sosial (bansos) yang menyasar para lanjut usia (lansia).
Komplotan yang terdiri dari empat orang itu beraksi pada Senin (4/4/2022) di rumah-rumah warga di Kabupaten Trenggalek.
Cerita soal aksi mereka sempat viral dan meresahkan masyarakat.
Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyaputera menjelaskan, keempat tersangka komplotan itu adalah ARK (28) warga Bandung, BK (30) warga Manggarai Timur, B (24) warga Karanganyar, dan SDCP (21) warga Pasuruan.
"Di Kabupaten Trenggalek, mereka memperdaya tiga orang lansia di tiga daerah yang berbeda. Yaitu di Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari; Desa Pucanganak, Kecamatan Tugu; dan Desa Karangsoko, Kecamatan Trenggalek," kata Dwiasi, Senin (11/4/2022).
Baca juga: Jelang Musim Giling, PTPN XI Targetkan Produktifitas Naik Jadi 80,7 Ton Per Hektar
Modus yang dijalankan komplotan itu pun sama di tiap lokasi.
Mereka menyasar lansia untuk mempermudah aksi tipu muslihat.
Para pelaku datang ke rumah korban menggunakan pakaian necis dan menggendarai mobil warna putih.
Saat masuk ke rumah korban, mereka mengakui pegawai dinas sosial (dinsos) yang hendak mendata penyaluran bantuan sosial Covid-19.
Dwisasi menjelaskan, para pelaku Sudan memetakan korban yang hendak disasar.
Salah satu tersangka, SDCP, adalah bekas sales regulator gas yang pernah bekerja di Trenggalek.
Baca juga: Kades di Kabupaten Trenggalek Tolak Aset Desa Disertifikatkan atas Nama Pemkab, Ini Alasannya
Para korban, kata Dwiasi, adalah mantan pelanggannya.
Pengalaman masuk ke rumah-rumah warga saat menjadi sales regulator membuat tersangka tahu rumah-rumah mana saja yang dihuni oleh lansia.
"Sasaran komplotan ini adalah uang tunai dan perhiasan yang dimiliki oleh para korban," kata Dwiasi.
Cara untuk mendapatkannya, mereka merpura-pura memotret dan merekam video sambil mewawancara korbannya.