Geliat UMKM di Bekas Dolly Surabaya

Kisah Para Eks Muncikari Dolly Surabaya Masa Kini, Ada yang Sukses Jadi Bos Batik, Punya Gym

Mami Bambang, Eks Mucikari Dolly yang kini sukses menjadi desainer dan mendirikan banyak tempat usaha

Editor: Adrianus Adhi
Firman/Tribunnews
Mami Bambang, Eks Mucikari Dolly yang kini sukses menjadi desainer dan mendirikan banyak tempat usaha 

“Kebetulan anak angkat saya, ada yang suka gym. Lalu bilang, mami coba bikin gym saja. Akhirnya ya sudah, bismillah. Alhamdulillah sekarang sudah tujuh tahun berjalan, member saya sudah mencapai ribuan,” sebutnya.

Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, Mami Bambang seolah ingin menebus kesalahan di masa lalu yang kelam. Ia membuka tempat fitness dengan mengedepankan konsep kekeluargaan dan kemanusiaan.

“Saya ingin memasyarakatkan olahraga gym ini. Saya kasih harga murah, cuma Rp 160 ribu. Itu pun kadang ada yang bayarnya telat. Saya tidak masalah.

Jangkauan saya menengah ke bawah, agar masyarakat di sini bisa sehat, bugar dan hasil akhirnya, bisa meningkatkan produktivitas karena kesehatan terjaga,” lanjutnya.

Selain berbisnis tempat fitness, Mami Bambang juga menggeluti dunia fashion. Ia memilih menjadi desainer batik dengan jangkauan kaum milenial. Beberapa desainnya juga sempat dipanggungkan dan berhasil menyabet tiga penghargaan di tiga event berbeda.

“Segmentasi saya milenial. Batik casual untuk milenial. Biar mereka punya kebanggaan pakai batik,” terangnya.

Kini, Mami Bambang hanya bisa berharap, lembar hitam yang telah ditutup berbuah manis di kemudian hari.

Penutupan Dolly pada 2014 juga berimbas pada warung kopi dan makanan milik Roro Dwi Prihatin Yuliastuti Sutanto (49). Lapaknya tidak pernah sepi dari kunjungan pembeli, di sekitar warungnya terdapat banyak sekali wisma.

Kini Dwi sudah memiliki usaha pengganti, yakni Keripik Samiler Jarak Dolly atau biasa disingkat Samijali. Usahanya ini berdiri satu tahun setelah penutupan Eks Lokalisasi Dolly.

Menurut Dwi, banyak sekali rintangan yang dihadapi saat merintis usaha tersebut. Sebelum Samijali lahir, ibu-ibu di kampungnya mendapat pelatihan dari Gerakan Menulis Harapan (GMH). Seperti memasak keripik mercon, kue kering, nugget lele, hingga mi ijo.

“Tapi dari semua itu tidak ada yang sreg. Lalu kemudian diberi pelatihan menggoreng keripik samiler. Akhirnya kami cocok dan ditekuni,” ujarnya, Jumat (11/3).

Dari situ kemudian ditingkatkan ke pelatihan membuat kemasan, menciptakan kreasi rasa hingga pemasaran produk. Tentu tidaklah mudah bagi Dwi, sapaan lekatnya, memulai inovasi tersebut.

Mami Bambang, Eks Mucikari Dolly yang kini sukses menjadi desainer dan mendirikan banyak tempat usaha
Mami Bambang, Eks Mucikari Dolly yang kini sukses menjadi desainer dan mendirikan banyak tempat usaha (Firman/Tribunnews)

“Dulu memasak di Balai RT. Lalu pindah tempat, hingga akhirnya diputuskan masak di bekas wisma,” bebernya.

“Sekarang dibantu saudara sama tetangga. Bahkan ada yang inisiatif menawarkan orang buat penambahan tenaga kerja. Mulai pengecekan stok, bahan baku, pembagian kirim produk, pengepakan sama pengepresan, dan menata produk di etalase,” jelasnya.

Keripik Samijali kini sudah dipajang di beberapa outlet dan hotel. Mulai dari Dolly Saiki Point, MERR, Siola dan Hotel Mercure

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved