KONTROVERSI Gubernur Lukas Enembe Sebelum Ucap Orang Papua Tidak Happy, Dideportasi dari Luar Negeri

Pernyataan Gubernur Papua Lukas Enembe yang menyebut 'Orang Papua Tidak Bahagia' menjadi sorotan luas. Berikut daftar kontroversinya.

Editor: Musahadah
KOMPAS.COM/DHIAS SUWANDI
Lukas Enembe, Gubernur Papua yang kerap membuat kontroversi. Dia pernah dideportasi dari luar negeri, ditegur mendagri hingga tak mengakui kekuatan undang-undang. 

Mendengar apa yang diucapkan Lukas, Ketua Adat Papua Lenis Kogoya mengucapkan permintaan maaf.

"Kami biasa seperti itu, jadi maaf, kakak bukan marah tenang aja," imbuh Ketua Adat Papua, Lenis Kogoya.

"Kalau tidak aman, kan negara menjamin, negara memberikan perlindungan, sudah ada permintaan maaf, mau dibikin asrama gabungan," ucap Najwa.

 Lenis lantas memberikan tindak nyata yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mahasiswa Papua.

"Maaf contoh yang kami sudah koordinasi dengan pemerintah Surabaya, ada tiga rekomendasi, satu akan bangun asrama nusantara, disitu akan dilengkapi semua fasilitas mulai dari olahraga, fasilitas belajar, BLK dan sebagainya," ujar Lenis.

"Kementerian Sosial juga akan berikan ATM nontunai, kasih beasiswa, poin kedua menteri dalam negeri akan koordinasi MOU bersama Gubernur Papua dan Gubernur Jawa Timur, yang ketiga ada pertukaran CPNS dari Papua bisa kerja di Jawa, yang Jawa bisa ke Papua," sambung Lenis.

"Jadi itulah Bhineka Tunggal Ika," pungkasnya.

5. Sebut Orang Papua Tidak Happy

Gubernur Lukas Enembe disindir balik seusai menyebut orang papu tidak happy.
Gubernur Lukas Enembe disindir balik seusai menyebut orang papu tidak happy. (kolase tribun papua)

Pernyataan Gubernur Lukas Enembe itu terekam dalam video  berdurasi 1 menit 23 detik yang viral di media sosial.

Tampak Lukas Enembe berpidato di suatu daerah di pedalaman Papua.

Dalam sambutannya, Lukas mengatakan, orang Papua tidak happy.

“Seluruh Papua. Dimuka bumi ini, yang tidak happy itu orang Papua"

"Kamu catat itu. Orang tidak hidup dalam kebahagiaan.”

Ia menambahkan, sejumlah daerah ‘menangis’ saat ini. Ada Intan Jaya, Puncak, Nduga, Pegunungan Bintang, termasuk Maybrat.

“Orang tidak hidup normal di negeri sendiri. Tidak hidup aman, kami lahir bukan untuk itu," katanya. (tribun papua/berbagai sumber)

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved