Liputan Khusus
News Analysis Pakar Pariwisata Universitas Ciputra : Wisatawan Domestik Bergerak Tetap dengan Prokes
Satu objek wisata itu harus tetap menjalankan protokol kesehatan (Prokes) dan melihat lalu mengkaji kapasitas tempatnya dia
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Titis Jati Permata
Jadi satu objek wisata itu harus tetap menjalankan protokol kesehatan (Prokes) dan melihat lalu mengkaji kapasitas tempatnya dia. Prokesnya juga harus ketat.
Menurut saya belum ada, kajian-kajian dari pemerintah; Kalau misalnya kamu mau jalan-jalan ke kebun binatang. Kalau kamu patuh cuci tangan, jaga jarak, pakai masker, itu aman. Kampanye itu belum ada.
Kajian atau iklan layanan sosial atau kampanye-kampanye itu belum ada. Kalau kita ngomong konteks pariwisata; bagaimana menurut orang itu berani berwisata, tapi dengan disiplin untuk kesehatan, itu belum ada.
Baca juga: Kapolres Gresik Cek Kantor Polisi di Wilayah Utara Kabupaten Gresik
Baca juga: Gus Ipul Gratiskan Rapid Tes Antigen untuk Santri yang Kembali ke Ponpes
Saya tidak pernah melihat itu ada kampanye di radio ataupun media atau di koran ataupun apa pun media sosial, menyatakan ayo berwisata, dari sisi wisatawannya.
Kalau dari sisi pengusahanya, kan banyak. Iklan-iklan menyatakan bahwa ini cuci tangan dulu, banyak. Tapi dari sisi; mengajak wisatawannya itu, belum ada persetujuan di situ.
Mungkin pemerintah ada budget untuk bisa mengalokasikan anggarannya itu untuk ke situ.
Tujuannya untuk meningkatkan motivasi wisatawan domestik dan meningkatkan kepercayaan diri untuk berani traveling lagi. Tapi disiplin prokesnya ketat.
Selama ini yang ada itu, kampanye prokes; cuci tangan di hotel. Tapi kan itu memang aturan SOP CHSE, bahkan ada videonya lengkap. Makanya sehingga orang itu kan masih ragu dalam berwisata.
Kuncinya, kalau itu bisa ditimbulkan, orang masih lebih banyak berwisata.
Tapi kalau di sisi pengusaha, menurut saya, silakan buka tapi properti harus ketat, tapi kapasitas tempatnya harus dijaga.
Bentuknya sosialisasinya seperti apa bisa sosial media, kampanye iklan di sosial media.
Atau mungkin bisa menggandeng perguruan tinggi untuk membuat kajian riset.
Karena orang cenderung mempertanyakan; apa buktinya kalau wisata saat ini aman. Maka bisa kita jawab. Ini lho ada penelitian ilmiah kampus yang mengatakan bahwa pariwisata secara ketat prokes sudah ada indikasinya.
Misal riset dari Universitas Ciputra, ITS, Unair, atau Universitas Brawijaya. Akhirnya membuat orang yakin.
Yang jadi masalah adalah pemerintah dengan adanya budget. Tapi biasanya yang paling banyak saya temui adalah (riset) mencari cari tahu dampak Covid-19 terhadap industri perhotelan atau restoran. Itu kan jelas, terdampak semua. Hanya sebatas itunya saja.
Jadi kita ini sudah enggak bisa lagi menunggu pandemi selesai. Seperti Pak Jokowi bilang, kita harus bisa hidup dengan pandemi.
Dan satu lagi, pemerintah juga bisa bilang seperti ini pada pemilik objek wisata; objek wisata boleh buka.
Tapi kalau ada klaster baru tercipta dari objek wisata itu, maka akan ditutup langsung.
Artinya harus berani bilang seperti itu, agar pihak wisata serius menerapkan prokes.