Gunung Semeru meletus

Akibat Gunung Semeru Meletus, Warga Lumajang Kena Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Apakah Itu?

Berikut penjelasan tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang dialami warga Lumajang akibat Gunung Semeru meletus.

Kolase surya.co.id/tony hermawan dan buoyhealth.com
Ilustrasu Warga Lumajang Kena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Akibat Gunung Semeru meletus. Penjelasan tentang ISPA ada di artikel ini 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah

SURYA.co.id, Lumajang - Akibat Gunung Semeru meletus pada Selasa (1/12/2020), sebanyak 25 warga Lumajang mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Dan diperkirakan jumlah penderita ISPA bisa meningkat, mengingat aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif.

Lantas, apa itu Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA?

Baca juga: VIRAL Video Gunung Semeru Semburkan Asap Tebal, Warga Lumajang Panik Lagi, Fakta Sebenarnya

Baca juga: Puluhan Warga Lumajang Terdeteksi Kena Infeksi Saluran Pernafasan Akut Akibat Gunung Semeru Meletus

Melansir dari Hellosehat, Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) adalah sekumpulan infeksi yang menyerang saluran pernapasan.

Infeksi saluran pernapasan ini merujuk pada kondisi yang mendadak muncul dan bisa saja memburuk dengan cepat.

Biasanya, ISPA dapat sembuh sendiri, tanpa perawatan apa pun.

 ISPA dibagi menjadi dua, yaitu infeksi saluran pernapasan atas (Upper Respiratory Tract Infection/URTI) dan infeksi saluran pernapasan bawah (Lower Respiratory Tract Infection/LRTI). 

Saluran pernapasan dimulai dari lubang hidung ke pita suara di laring, termasuk sinus paranasal dan telinga tengah.

Sementara itu, saluran pernapasan bawah merupakan kelanjutan saluran udara atas, mulai dari trakea, bronkus, bronkiolus, sampai ke alveoli. 

Beberapa gejala umum yang ditimbulkan dari ISPA adalah:

- Batuk yang mungkin mengandung dahak
- Bersin
- Hidung berair
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sesak napas
- Mengi
- Demam
- Merasa tidak enak badan

Tidak ada cara khusus yang digunakan untuk mengobati ISPA karena penyakit ini umumnya bisa sembuh dengan sendirinya.

Pengobatan ISPA di rumah sakit mungkin dibutuhkan jika gejala yang parah muncul. 

Dokter mungkin akan memberikan Anda resep obat untuk ISPA sebagai berikut:

- Acetaminophen (Tylenol, lainnya) untuk mengurangi demam
- Obat semprot hidung untuk membersihkan hidung tersumbat
- Antibiotik jika ada komplikasi bakteri, seperti pneumonia bakteri

Berikut adalah langkah sederhana atau perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ISPA:

- Menjaga kelembapan udara. Ciptakan udara yang hangat, tetapi tidak terlalu panas di tempat tinggal Anda.

- Pastikan juga untuk selalu menjaga kebersihan udara untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.

- Minum banyak air. Anda perlu minum banyak air agar pulih dari gejala yang mengganggu. Cairan hangat, seperti sup ayam, juga bisa dijadikan pilihan untuk melonggarkan saluran pernapasan. 

- Hindari asap rokok. Tak hanya aktif, merokok pasif juga bisa memperburuk gejala ISPA

- Cuci tangan. Biasakan mencuci tangan Anda dengan benar untuk menghindari penularan dari satu orang ke orang lainnya. 

- Jangan berbagi peralatan makan dan minum. Gunakan peralatan Anda sendiri, terlebih jika anggota keluarga Anda sedang sakit. 

- Kurangi kontak dengan orang lain. Kurangi kontak Anda dengan orang lain yang sedang sakit, bayi, atau bayi prematur. 

Seperti diketahui, pasca Gunung Semeru meletus pada Selasa (1/12/2020), sebanyak 25 orang mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, dr Bayu Wibowo Ignasius mengatakan, keseluruhannya adalah dari warga Desa Sapiturang dan Desa Sumberwuluh.

"Jumlah 25 dari 200 pengungsi terkena ISPA ringan," kata dr Bayu, Senin (7/12/2020).

Diperkirakan jumlah penderita ISPA bisa meningkat, mengingat aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif.

Bahkan, beberapa kali gunung api itu masih sering mengeluarkan guguran lava.

"Apalagi magma yang keluar dari perut bumi itu masih banyak yang mengendap di lereng-lereng Semeru. Asap pasti muncul jika terjadi hujan," ujarnya.

Menurut dr Bayu, abu vulkanik yang tersebar ini berbahaya jika terhirup manusia. Pasalnya abu vulkanik itu memiliki kandungan zat berbahaya seperti hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2).

Untuk itu, warga diimbau untuk selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.

"Tetap optimalkan penggunaan masker karena sekarang masker ada dua fungsi melindungi infeksi ISPA karena abu vulkanik maupun Covid-19," pungkasnya.

Viral Video Gunung Semeru Semburkan Asap Tebal

Tangkapan layar video yang menjadi viral di media sosial menampilkan kepulan asap membumbung tinggi dari wilayah Gunung Semeru. Warga juga terlihat panik berlarian, Minggu (6/12/2020).
Tangkapan layar video yang menjadi viral di media sosial menampilkan kepulan asap membumbung tinggi dari wilayah Gunung Semeru. Warga juga terlihat panik berlarian, Minggu (6/12/2020). (Istimewa/tangkapan layar)

Sementara itu, sejumlah video yang menjadi viral di media sosial menampilkan warga di kawasan Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, dikejutkan oleh asap tebal membumbung ke langit dari wilayah Gunung Semeru.

Dalam video tersebut, para warga terlihat panik. Mereka berlarian, juga terdengar suara warga diminta untuk segera mengungsi.

Bahkan, di media sosial video tersebut berisikan keterangan Gunung Semeru telah kembali mengeluarkan guguran lava panas. Ada juga yang menyebut Gunung Semeru meletus kembali.

Salah seorang warga Sumberwuluh, Hanafi mengatakan, bahwa kabar tersebut salah.

"Bukan meletus, itu asap keluar karena endapan lahar panas kena hujan," kata Hanafi, Minggu (6/12/2020).

Ia menceritakan, peristiwa itu terjadi di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, sekitar pukul 16.00 WIB.

Diketahui, sebelum kepulan asap terjadi, sebelumnya kawasan di Lumajang memang tengah diguyur hujan.

Hal inilah yang menurut Hanafi, memicu endapan lahar panas mengeluarkan asap tebal.

"Logikanya kalau ada erupsi kenapa kepulan asap hanya terjadi pada satu titik saja. Dan itu sumber kepulannya bukan dari atas puncak tapi dari lerengnya," ujarnya.

Baca juga: Ancaman Keras Kapolda Metro ke Rizieq Shihab agar Keluar dari Persembunyian Usai 6 Pengawalnya Tewas

Baca juga: Kabar Terbaru Ali Kalora Cs Tak Kunjung Tertangkap, Masa Tugas Satgas Tinombala akan Diperpanjang?

Hanafi membenarkan saat peristiwa itu terjadi warga yang tinggal di dekat Besuk Kobokan diminta untuk segera mengungsi.

Untungnya, lanjut Hanafi, gara-gara kejadian kepulan asap tebal yang membuat warga sempat panik itu, namun peristiwa tersebut tidak berlangsung lama.

"Sudah lama reda kok, sekarang sudah tidak tertutup kabut," pungkasnya.

Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo membenarkan pada Minggu (6/12/2020) sore, di lereng Gunung Semeru mengeluarkan kepulan asap tebal.

Namun, ia membantah jika kepulan asap itu disebabkan karena Gunung Semeru meletus.

"Kalau kepulan asap itu wajar karena memang sisa material lahar panas terkena hujan otomatis keluar asap," ujar Wawan, Minggu (6/12/2020).

Lebih lanjut, Kata Wawan, pasca Gunung Semeru erupsi pada Sabtu (1/12/2020), setiap sore warga yang tinggal di dekat Besuk Kobokan selalu mengungsi secara mandiri.

Sebab, dikhawatirkan saat malam hari aktivitas Gunung Semeru kembali meningkat. Mengingat karakteristik gunung yang fluktuatif.

"Memang setiap sore warga selalu mengungsi sendiri, pagi kembali ke rumah masing-masing. Terutama warga yang tinggal di Dusun Sumbersari, karena sangat dekat Besuk Kobokan," ungkap Wawan.

Adapun warga yang tinggal di Desa Supiturang biasanya mengungsi di dua titik. Yaitu SDN Supiturang IV dan Balai Desa Supiturang.

Sementara itu, terkait video yang menjadi viral menyebut Gunung Semeru meletus, ia pun meminta untuk segera dihentikan. Sebab hal itu justru bisa memicu kepanikan warga.

"Yang jelas masyarakat harus tenang tapi tetap waspada. Selain itu harus bisa menyaring berita mana yang benar dan yang tidak," pungkasnya.(Tony Hermawan/Putra Dewangga/Hellosehat/Surya.co.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved