Gunung Semeru meletus

Akibat Gunung Semeru Meletus, Warga Lumajang Kena Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Apakah Itu?

Berikut penjelasan tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang dialami warga Lumajang akibat Gunung Semeru meletus.

Kolase surya.co.id/tony hermawan dan buoyhealth.com
Ilustrasu Warga Lumajang Kena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Akibat Gunung Semeru meletus. Penjelasan tentang ISPA ada di artikel ini 

- Acetaminophen (Tylenol, lainnya) untuk mengurangi demam
- Obat semprot hidung untuk membersihkan hidung tersumbat
- Antibiotik jika ada komplikasi bakteri, seperti pneumonia bakteri

Berikut adalah langkah sederhana atau perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ISPA:

- Menjaga kelembapan udara. Ciptakan udara yang hangat, tetapi tidak terlalu panas di tempat tinggal Anda.

- Pastikan juga untuk selalu menjaga kebersihan udara untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.

- Minum banyak air. Anda perlu minum banyak air agar pulih dari gejala yang mengganggu. Cairan hangat, seperti sup ayam, juga bisa dijadikan pilihan untuk melonggarkan saluran pernapasan. 

- Hindari asap rokok. Tak hanya aktif, merokok pasif juga bisa memperburuk gejala ISPA

- Cuci tangan. Biasakan mencuci tangan Anda dengan benar untuk menghindari penularan dari satu orang ke orang lainnya. 

- Jangan berbagi peralatan makan dan minum. Gunakan peralatan Anda sendiri, terlebih jika anggota keluarga Anda sedang sakit. 

- Kurangi kontak dengan orang lain. Kurangi kontak Anda dengan orang lain yang sedang sakit, bayi, atau bayi prematur. 

Seperti diketahui, pasca Gunung Semeru meletus pada Selasa (1/12/2020), sebanyak 25 orang mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, dr Bayu Wibowo Ignasius mengatakan, keseluruhannya adalah dari warga Desa Sapiturang dan Desa Sumberwuluh.

"Jumlah 25 dari 200 pengungsi terkena ISPA ringan," kata dr Bayu, Senin (7/12/2020).

Diperkirakan jumlah penderita ISPA bisa meningkat, mengingat aktivitas Gunung Semeru masih fluktuatif.

Bahkan, beberapa kali gunung api itu masih sering mengeluarkan guguran lava.

"Apalagi magma yang keluar dari perut bumi itu masih banyak yang mengendap di lereng-lereng Semeru. Asap pasti muncul jika terjadi hujan," ujarnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved