Imlek di Surabaya
Penjelasan Dosen Sejarah Unair terkait Barongsai dan Leang-leong Tak hanya Dimainkan Warga Tionghoa
“Imlek itu tak ada kaitannya dengan Khonghucu. Imlek dilakukan oleh masyarakat petani saat musim semi musim atau awal bercocok tanam," tandas Shinta.
Selain itu, di sejumlah daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam merayakan Imlek.
Misalnya, di Jogja ada tradisi tumpengan kala warga Tionghoa merayakan Imlek.
Begitu juga di Solo, ada perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa saat perayaan Imlek, yakni Grebeg Sudiro.
Berbagai bentuk potensi sejumlah wilayah di Solo dan sekitarnya, utamanya Kampung Sudiroprajan, baik dalam bentuk Gunungan, Jodang, kesenian, replika, kostum, dan sebagainya
dihadirkan dalam kirab itu.
“Sebaliknya pula, warga Tionghoa juga turut melestarikan budaya Jawa. Salah satunya
Kelenteng Cokro yang merayakan Malam 1 Suro,” ujarnya.
Sementara itu, semua orang boleh merayakan Imlek. Sebab, tak ada hubungannya dengan agama.
Imlek merupakan salah satu tradisi masyarakat Tionghoa. Dalam tradisi ada ritual yang berkaitan
dengan pemujaan serta sembahyang kepada tuhan dan dewa.
Ataupun juga sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih kepada alam semesta.
“Jadi Imlek itu tak ada kaitannya dengan Khonghucu. Imlek dilakukan oleh masyarakat petani
saat musim semi musim atau awal bercocok tanam," tandas Shinta.
"Mereka meyakini bahwa pada musim semi adalah awal yang baik. Maka dari itu ada kepercayaan dari masyarakat China bahwa awal yang baik harus diawali dengan harapan baik pula supaya bisa tercapai di sepanjang tahun atau tahun
berikutnya,”imbuhnya.
Lalu harapan itu disimbolkan beragam macam kesenian, warna pakaian, dan makanan. Simbol-
simbol itu semuanya mengandung filosofi baik.
Kemudian pada perkembangannya perayaan Imlek juga dilakukan masyarakat lain. Penyambutan musim semi juga jadi penyambutan awal pergantian tahun.