Kilas Balik
Selain Tragedi Pesawat Woyla, Inilah 4 Kasus Pembajakan yang Menunjukkan Peran Pasukan Khusus TNI
Pasukan khusus TNI seperti Kopassus, Kopaska, dll kerap menunjukkan perannya dalam menangani beberapa kasus pembajakan. Simak kisahnya!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Eben Haezer Panca
Upaya pembajakan pesawat kedua terjadi pada 5 September 1977 terhadap penerbangan GA-488 dengan rute Jakarta-Surabaya.
Pesawat itu bersiap untuk lepas landas pada pukul 19.00.
Namun, karyawan sipil honorer TNI AU bernama Triyudo langsung mengeluarkan badik untuk menyandera pramugari.
Triyudo belum sempat mengeluarkan tuntutan, tetapi tahu-tahu diringkus oleh seorang penumpang dari belakang.
Ternyata penumpang itu kebetulan seorang pilot Garuda yang sedang menumpang di penerbangan itu dari bangku penumpang.
Setelah tahu Triyudo beroperasi sendiri dengan hanya berbekal senjata tajam, pilot itu tanpa ragu langsung beraksi untuk meringkus pembajak GA-488.
3. MV Sinar Kudus
Beberapa tahun silam, Indonesia juga dikejutkan dengan kabar perompakan terhadap kapal MV Sinar Kudus dengan 20 awak dari Indonesia.
Mereka ditawan bajak laut Somalia sejak 16 Maret 2011 selama 46 hari.
Untuk membebaskan anak buah kapal (ABK) MV Sinar Kudus, pihak Indonesia harus membayar uang tebusan 3,5 juta dollar AS.
Namun, penyerahan uang tidak dapat dilakukan begitu saja. Ada sejumlah persyaratan dan tata cara penyerahan yang berlika- liku.
Bahkan akhirnya, uang tebusan didrop dengan pesawat terbang selama lima kali ke dek MV Sinar Kudus.
Perompak jelas menolak pembayaran dengan cara ditransfer karena kemudian dapat dibekukan sewaktu-waktu.
Namun dalam keterangan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Senin (2/5/2011), terungkap bahwa pasukan TNI sempat mengejar rombongan terakhir perompak yang turun dari kapal.
Pasukan khusus dari Marinir, Komando Pasukan Katak, dan Komando Pasukan Khusus yang kemudian mengejar para perompak itu.
Empat perompak kemudian ditembak mati dalam pengejaran itu.
"Tindakan ini memberikan pesan kepada dunia bahwa Pemerintah Indonesia sama sekali tak menoleransi pembajakan," ujar Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (2009-2014) Djoko Suyanto (Kompas, 3 Mei 2011).
Djoko mengatakan, opsi militer disiapkan sejak awal.
Pasukan TNI bahkan telah dikirim ke Somalia sejak 23 Maret 2011.
Artinya, ketika selama berminggu-minggu terjadi polemik di media, atau ketika negosiasi sedang berlangsung, diam-diam pasukan TNI sudah dipersiapkan dan diterbangkan ke Somalia.
4. Perompakan Abu Sayyaf
Kita kembali dikejutkan dengan perompakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan tongkang Anand 12.
Sebanyak 10 warga negara Indonesia telah disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Indonesia tentu menghormati yurisdiksi Filipina.
Namun, ada pula keselamatan warga negara Indonesia yang dipertaruhkan. Bahkan lebih jauh lagi, ada stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara yang mulai diganggu.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, telah menyarankan negosiasi kultural.
Dikutip dari Kompas, Kamis (31/3/2016), Hikmahanto mengatakan, dapat saja Indonesia mempertegas posisinya sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia sebagai tawaran saat negosiasi.
Namun, di sisi lain, kita apresiasi pula pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Beberapa hari lalu, dia menyatakan, "Tentara sudah siap semua, tinggal (keputusan Filipina) di sana. Kalau di sana (Filipina) meminta bantuan, kita masuk," ujar Ryamizard.
Lantas, apa yang sedang dikerjakan tentara kita untuk menghadapi kelompok Abu Sayyaf?
Tampaknya, kita harus membaca ulang berita di harian Kompas, Senin, 30 Maret 1981, berjudul "Pesawat GA-206 Dibajak".
Alinea terakhir bertuliskan, "Oleh karena beberapa sebab, bahan-bahan yang sejauh ini terus dikumpulkan oleh Kompas belum bisa disiarkan".
Jadi kini, tentu saja pasukan khusus dari TNI sedang bersiap.
Namun, karena ada nyawa 10 WNI yang harus dipastikan keselamatannya, maka kemungkinan akan sangat berbahaya bila memublikasikan rencana operasinya.