Lipsus

Mantan Pelatih Tenis Meja di Asian Games 1978 Achmad Djaja Ingatkan agar Atlet Pegang Kedisiplinan

Achmad Djaja (78), langsung terlihat bersemangat saat diminta menceritakan kembali karirnya yang gemilang sebagai seorang pelatih tenis meja.

Editor: Parmin
SURYAOnline/aflahul abidin
Achmad Djaja (kanan) bersama sang anak Peter Sudjaja. 

Indonesia bisa belajar dari China untuk perkara ini. Di negeri itu, banyak atlet yang bisa dipilih
untuk mengikuti sebuah kejuaraan besar. Sistem seleksi pun berjalan sesuai dengan standar.

Berdasarkan pengalaman Djaja, pemilihan atlet untuk tampil di sebuah kejuaraan besar masih
belum standar. Minimal itu yang ia rasakan ketika masih menjadi atlet. Ia harus memasukkan
pemain yang tingkat disiplinnya rendah karena kemampuannya di atas rata-rata.

“Kalau di negara lain, masih bisa dipilih yang lebih disiplin,” ujar Peter.
Punya rahasia.

Legenda tenis meja era 70-an Sinyo Supit juga memiliki harapan besar agar dunia tenis meja di
Indonesia bisa lebih maju.

Sinyo bersama Empie Wuisan adalah peraih medali perak Asian Games 1978 di Bangkok, Thailand.
Ketika masih berusia 15 tahun (1975), Sinyo diberangkatkan ke Yugoslavia bersama empat atlet
senior Indonesia.

Saat itu, Yugoslavia menjadi negara kedua yang pingpongnya maju. Urutan pertama tetap China. Selama 4 tahun di Yugoslavia, Sinyo dan atlet lain digempleng.

Sepulang dari Yugoslavia, ia dipanggil bos perusahaan rokok besar Gudang Garam. Ia bersama
Empie Wuisan dan Diana Wuisan Tedjasukmana memprakasai berdirinya Perkumpulan Tenis
Meja Surya Kediri. Ini adalah salah satu klub pingpong terbesar yang bubar pada 2008.

Ketika masih aktif di klub itu, Sinyo sering memberi dukungan ke semua atlet. Kini, ia hanya
fokus ke anaknya, Ficky Supit Santoso yang akan berlaga di Asian Games 2018.

Cita-cita yang masih ia impikan adalah mengajarkan tenis meja ke berbagai daerah di Indonesia.

“Ada rahasia dalam tenis meja. Dan itu yang ingin saya ajarkan. Namanya rahasia, tentu saya
tidak kasih tahu Anda,” selorohnya.

Hingga kini masih aktif menjadi pelatih mekanik di Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI) Jawa Timur.

“Ya berkat pengurus di sana, saya masih bisa memberi kontribusi buat atlet-atlet di Jatim,” ungkapnya. (fla/iit)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved