Jet Tempur MiG-21 AURI, Si 'Pencegat' yang Tak Sempat Unjuk Kehebatan Meski Daya Gertaknya Sangar

Walau tidak sempat mempertunjukkan kebolehannya, harus diakui, daya gertak pesawat Rusia satu ini memang hebat

Chris Lofting via Wikimedia
Pesawat Mikoyan-Gurevich MiG-21, jet tempur supersonik buatan Soviet yang ditakuti Sekutu. Indonesia memiliki 20 unit pesawat jenis ini di awal 1960-an 

Sementara MiG-21, dengan kecepatan Mach-2,1 mampu mencegat pembom pada ketinggian 20 kilometer pada jarak 1.800 kilometer.

“MiG-21 begitu luar biasa”, ujar Rusman Sebagai persiapan menyambut kedatangan si “pencegat”, AURI telah menyiapkan dua jalur pembentukan penerbang MiG-21.

Yang pertama, dengan cara mengirimkan langsung empat penerbangnya ke Uni Soviet. Yaitu Kapten Udara Sukardi, Letnan Udara I Jahman, Letnan Udara II Igon Suganda, dan Letnan Udara II Mundung dua penerbang terakhir di-grounded setibanya di Rusia.

Mundung didera sakit, sedangkan Suganda terlalu kecil. Pressure suit nomor kecilpun, masih terlalu besar untuknya. Karena itu kemudian diganti dengan Letnan Udara I Sobirin Misbach dan Letnan Udara I Saputro.

Langkah kedua, Mayor Udara Rusman ditunjuk Komodor Udara Leo Wattimena untuk mendapatkan pelatihan langsung dari instruktur yang sengaja didatangkan dari Rusia.

“Jadi kita dilatih hampir bersamaan. Hanya beda tempat,” tutur Marsda (Pur) Rusman.

Tim kecil yang dikirim ke Uni Soviet, persisnya di Lugowaya, sebuah kota kecil yang berbatasan langsung dengan India di mana sebuah pangkalan AU Uni Soviet bercokol.

Hanya empat bulan, “Sekadar just to know how to fly,” jelas Jahman.

“Bukan berarti tidak terbang, tetap terbang, kita solo,” tambahnya.

Ketika mendapat perintah berangkat ke Rusia, Jahman baru beberapa bulan standby di Letfuan, setelah sebelumnya siaga di Morotai dalam mendukung kampanye Trikora.

Menurut Jahman, kepindahannya ke Letfuan menyusul gugurnya Kapten Udara Gunadi setelah pesawat MiG-17 yang diterbangkannya gagal take off karena afterburner-nya tidak maksimal.

Tragedi itu terjadi tanggal 29 Juni 1962. Komandan skadron MiG-17 saat itu dijabat Mayor Rusman.

Bagi yang berangkat ke Rusia mungkin tidak terlalu kesulitan, karena langsung ke asalnya. Lain halnya Rusman.

“Saya harus melabeli dulu dengan bahasa Inggris semua panel-panel di kokpit, yang sebelumnya berbahasa Rusia,” aku Rusman.

Setibanya di Indonesia, pesawat MiG-21 langsung dirakit. Para teknisi Rusia segera membimbing teknisi Indonesia.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved