Berita Tulungagung

Kisah Mariyam, Pengusaha Parut Kelapa Asal Tulungagung, 20 Tahun Bertahan di Tengah Gempuran Mesin

Usaha ini digeluti secara serius sejak 20 tahun silam. Bukan sekadar memproduksi parut, Mariyam juga merintis perdagangannya.

Penulis: David Yohanes | Editor: Titis Jati Permata
surya/david yohannes
Mariyam (55) menunjukkan parut kelapa bewarna kemerahan yang dibuat dari pohon rambutan. 

Bahkan istri Suyitno (65) ini menjadi juragan parut.

Setiap bulan Mariyam mengirim antar 100 hingga 200 kodi.

Tingginya permintaan membuatnya harus menggandeng warga sekitar.

Pekerjaan membuat parut kini semakin mudah.

Sebab ada inovasi alat baru, yang dibuat mirip mesin jahit.

Karena banyak ibu-ibu yang mengisi waktu dengan membuat parut dan disetor ke Mariyam.

Tercatat ada 15 orang yang menyetor produknya ke Mariyam.

Jika dihitung rata-rata, produksi per orang sekitar lima kodi per hari.

“Jadi ini bukan pekerjaan utama, tapi sambilan ibu-ibu untuk membantu suaminya. Biasanya yang hasil kerjanya dikumpulkan, kalau sudah sampai Rp 2.000.000 baru diambil,” tutur Mariyam.

Tantangan produksi parut saat ini ada pada bahan baku.

Sebab jenis kayu yang bisa dijadikan parut hanya rambutan dan sono.

Kedua jenis kayu ini mempunyai kekerasan yang sangat sesuai.

Selain itu penjualan parut juga mengenal musim paceklik.

Dari catatan Mariyam, setiap kali musim mangga maka penjualan parut pasti stagnan.

Biasanya stok barang melimpah, sehingga produksi harus dihentikan.

Namun begitu masa paceklik ini lewat, permintaan parut kelapa juga melonjak tajam.

Bahkan berapa pun stok barang yang ada, akan habis diserap pasar.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved