Berita Tulungagung

Kisah Jarwo Merintis Om Jek di Tulungagung, Berbekal Modal Rp 80 Juta Hingga Ikut Jadi Sopir

Awal diluncurkan, hanya ada lima orang pemotor dan satu pengemudi mobil yang bergabung. Jarwo pun ikut bergabung dengan menjadi sopir mobil.

Penulis: David Yohanes | Editor: Titis Jati Permata
surya/david yohannes
Triatmaja Fajar Sulihtiawan (22) alias Jarwo (ketiga dari depan) pose bersama para awak Om Jek dan pembalap nasional, Faisal Si Doel selaku brand ambasador Om Jek. 

SURYA.co.id | TULUNGAGUNG - Merasakan kemudahan layanan ojek online di kota besar, Triatmaja Fajar Sulihtiawan (22) mencoba merintis usaha serupa di kampung kelahirannya, Tulungagung.

Kini usaha ojek online yang diberi nama Om Jek ini berkembang pesat, bahkan kekurangan pengemudi.

Jarwo, demikian anak muda kelahiran 8 april 1995 ini biasa dipanggil, merintis usaha ini sejak Februari 2017.

Awal diluncurkan, hanya ada lima orang pemotor dan satu pengemudi mobil yang bergabung.

Jarwo pun ikut bergabung dengan menjadi sopir mobil.

“Karena layanan mobil masih dirasa kurang, saya ikut jadi sopir. Jadi ada dua mobil dan lima motor yang ikut bergabung,” tutur Jarwo.

Untuk mendukung operasional, Jarwo memesan aplikasi berbasis Android ke developer di Bandung.

Total butuh dana Rp 80 juta untuk aplikasi dan kebutuhan operasional awal.

Nama Om Jek dipilih tanpa alasan khusus, hanya dianggap mudah diucapkan.

Ternyata Om Jek mendapat sambutan positif dari masyarakat Tulungagung.

Jarwo mengaku kewalahan melayani pesanan yang masuk. Dua bulan berselang Jarwo rekrekrut pengemudi baru.

Kini di Tulungagung ada 19 motor dan empat mobil yang bergabung.

Bahkan Om Jek juga merambah di Kediri. Ada tujuh motor dan empat mobil yang turut bergabung.

“Sekarang kami juga open recruitment. Masih kurang sekitar tujuh motor dan tiga mobil,” terang Jarwo, saat ditemui Selasa (22/8/2017) malam.

Ada tiga layanan yang ditawarkan, yaitu Om Ride untuk ojek motor, Om Car untuk layanan mobil dan Om Food untuk order makanan.

Om Food mencapai 70 persen dari total order yang masuk.

Sedangkan 10 persen di antaranya layanan antar barang, dan 20 persen layanan mengantar orang.

Untuk menunjang usahanya, Jarwo menjalin kerja sama dengan 30 resto yang ada di Tulungagung dan Kediri.

Pihak resto diuntungkan dengan order yang masuk lewat Om Jek.

Selain itu resto yang bekerja sama juga dipromosikan lewat aplikasi, lengkap dengan gambarnya.

Sedangkan Om Jek untung dari biaya kirim. Untuk layanan mobil, Jarwo menjalin kerja sama dengan hotel yang ada di Tulungagung.

“Awal pertama saya masukkan proposal Om Jek ke manajemen hotel, langsung diterima. Pihak hotel merasa terbantu, karena selama ini transportasi di Tulungagung masih kurang memadai,” ucapnya.

Selain itu ada perusahaan swasta yang menjalin kerja sama untuk mendapatkan layanan Om Car.

Di antaranya Apotek, untuk mengirim obat dari satu cabang ke cabang yang lain.

Tarif Murah
Tarif Om Jek juga dianggap masih terjangkau. Untuk layanan motor, tarif dasarnya dipatok Rp 10.000, kemudian Rp 2000 setiap kilometer.

Sedangkan layanan mobil, tarif dasarnya Rp 20.000, kemudian dikenakan Rp 4.000 setiap kilometer.

Tarif tersebut otomatis akan muncul di aplikasi, setelah perjalanan ke lokasi yang dituju.

Saat ini sudah ada 14.576 orang yang mengunduh aplikasi Om Jek.

Untuk operasional, Jarwo hanya mempekerjakan satu staf administrasi. Tugasnya hanya meneruskan order yang masuk tanpa melalui aplikasi.

“Kadang ada order yang masuk langsung telepon ke kantor, tanpa lewat aplikasi. Staf ini yang meneruskan order tersebut ke driver terdekat,” ungkap Jarwo.

Alumni Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya angkatan 2013 ini melanjutkan, pendapatan awak Om Jek cukup tinggi.

Untuk pengemudi motor yang mengambil waktu libur satu hari dalam satu minggu, bisa mendapatkan penghasilan bersih Rp 2.600.000 per bulan.

Sedangkan pengemudi mobil bisa mendapatkan Rp 1.500.000 per minggu.

Jarwo biasa mengumpulkan para awak Om Jek satu kali dalam seminggu.

Kesempatan tersebut untuk menyetorkan hasil selama seminggu. Total penghasilan akan dipotong 20 persen untuk perusahaan.

“Karena waktunya fleksibel. Siapa yang rajin, tidak banyak libur hasilnya juga lebih banyak,” ucapnya.

Saat ini Om Jek belum punya saingan berarti. Sebenarnya ada beberapa perusahaan ojek, namun hanya Om Jek yang sudah menggunakan aplikasi telepon pintar.

Meski demikian Jarwo terus melakukan pengembangan untuk memperbaiki layanan.

Rencananya Jarwo juga akan membuka Om Jek di kota sekitar. Target yang paling dekat adalah Trenggalek dan Nganjuk.

Di daerah tersebut peluangnya masih sangat besar, dan belum ada perusahaan sejenis.

“Yang dikhawatirkan hanya perusahaan nasional masuk ke daerah. Mereka bisa memberikan subsidi pada driver sehingga harganya jauh lebih murah. Perusahaan di daerah seperti kami akan sulit melawan,” pungkas Jarwo.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved