Lipsus
Longsor Menghantui Kawasan Pantura: Banyak Rumah di Lereng Bukit Kapur
Di Tuban, ada 18 daerah yang memiliki potensi gerakan tanah. Dari total itu, hanya satu kecamatan yang memiliki tingkat kerentanan menengah.
“Bukan longsor seperti di Nganjuk atau Ponorogo, tapi banjir bandang yang membawa berbagai material berupa tanah dan batu dari ketinggian,” ungkap Lukman, warga Guwoterus.
Awal tahun 2017, longsor juga terjadi di Desa Ngandong, Kecamatan Grabakan, Tuban. Setelah hujan deras mengguyur, tebing yang berada persis di atas permukiman warga runtuh hingga memotong jalan dan menghajar rumah warga. Sekarang tebing yang longsor sudah ditangkis batu dan dibronjong dengan kawat sebagai penahan. Lokasinya persis di atas permukiman padat penduduk tersebut.
Kecamatan Montong dan Kecamatan Grabagan merupakan kawasan perbukitan kapur. Banyak permukiman warga berada di lereng dan di bawah tebing, sehingga bencana longsor dan banjir bandang mengancam warga yang tinggal di kawasan itu. "Di sini yang rawan terjadi banjir bandang saat musim hujan," kata Suminasih, warga Desa Guoterus, Kecamatan Montong.
Kondisi serupa terlihat di Dusun Banteng, Desa Ngandong, Kecamatan Grabagan. Warga juga tinggal di lereng bukit kapur. Pada akhir Januari 2017, terjadi longsor di kawasan itu. Material longsor menimpa satu rumah warga.
Ketua RT 1 RW 3 Dusun Banteng, Kacib (45) mengatakan, ada 43 kepala keluarga yang tinggal di daerah rawan longsor. Kalau terjadi hujan deras, permukiman warga di kawasan itu rawan terkena longsor. "Kemarin longsornya hanya kecil. Plengsengannya ambrol," katanya.
Di beberapa lokasi rawan longsor, termasuk di Desa Guwoterus dan di Desa Ngandong, BPBD setempat telah memasang papan peringatan rawan longsor. “Kerawanan longsor di beberapa daerah di Kabupaten Tuban memang lebih cenderung berada di daerah perbukitan yang ada aktivitas tambang. Di pergunungan dan perbukitan lain, malah aman karena semua berupa batu,” ujar Kepala BPBD Tuban, Joko Ludiyono.
Potensi gerakan tanah di daerah perbukitan kapur juga terdata dalam pemetaan wilayah potensi gerakan tanah longsor yang dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gelologi di pada April 2017.
Di Tuban, ada 18 daerah yang memiliki potensi gerakan tanah. Dari total itu, hanya satu kecamatan yang memiliki tingkat kerentanan menengah, yaitu Jenu. Sisanya, memiliki potensi menengah-tinggi. Beberapa di antaranya adalah Bancar, Bangilan, Jatirogo, Kenduruan, Kerek, Merekurak, Montong, Palang,Parengan, Plumpang, dan Rengel.
Sedangkan di Kabupaten Lamongan, 17 titik memiliki potensi gerakan tanah menengah-tinggi. Antara lain, Brondong, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Sambeng, Solokuro, Candipuro, dan Pasirian.
Di Kabupaten Pasuruan, potensi gerakan tanah meliputi 15 wilayah. Sebanyak 10 wilayah masuk dalam kategori menengah-tinggi, yaitu Gempol, Lumbang, Nguling, Puspo, Tosari, dan Tutur.
Menurut Peneliti Kebencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo, longsor merupakan pergerakan miring, lurus, atau mendatar. Nah, di daerah perbukitan kapur dan bekas galian C, jenis longsor yang memungkinkan adalah ke bawah. “Perlu di lihat lokasinya seperti apa. Boleh dikatakan rawan longsor atau tidak rawan asal perlu penelitian dulu,” katanya.
Peringatan Dini
Kepala BPBD Tuban Joko Ludiyono menyatakan, penyebab longsor dan gerakan tanah di pegunungan kapur Tuban berbeda dengan di Nganjuk atau Ponorogo yang terjadi karena alam dan alih fungsi lahan. Sementara di daerah pegunungan kapur utara, terjadi karena perbuatan manusia, yakni eksploitasi batu kapur.
Dari 20 kecamatan di Tuban, 17 di antaranya memiliki potensi tersebut. “Saya melihat, rilis yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebagai sistem peringatan dini,” kata Joko Ludiyono.
Untuk itu BPBD Tuban membentuk daerah tangguh bencana. Ada 30 desa yang masuk dalam kategori tangguh bencana. “Warga di desa ini disiapkan untuk dapat mengantisipasi terjadinya bencana. Mereka juga dilatih untuk siap siaga menghadapi kebencanaan,” pungkasnya. (ufi/fla/sha)